Kenang Sejarah Perjuangan Roehana Koeddoes, FJPI dan IKWI Sumbar Lakukan Napak Tilas

1543

JURNAL SUMBAR | Padang – Forum Jurnalis Perempuan Indonesia (FJPI) Sumatera Barat mengadakan napak tilas mengenang perjuangan Roehana Koeddoes, wartawati pertama Indonesia dan tokoh perempuan dari Koto Gadang, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, pada Sabtu (21/12/2019). Napak tilas diikuti pula oleh sejumlah anggota Ikatan Keluarga Wartawan Indonesia (IKWI) Sumatera Barat.

Napak tilas dilakukan sebagai wujud syukur atas ditetapkannya Roehana Koeddoes sebagai pahlawan nasional oleh pemerintah Indonesia pada November 2019 setelah sekitar tiga tahun diperjuangkan. Selain itu, napak tilas juga diadakan sekaitan dengan hari lahir Roehana Koeddoes tanggal 20 Desember sekaligus HUT FJPI ke 12 dan peringatan Hari Ibu.

Ketua FJPI Sumbar, Nita Indrawati Arifin mengatakan, semangat Roehana Koeddoes serta gagasan-gagasannya demi memberdayakan perempuan harus terus dijaga. Apalagi sebagai wartawati pertama di Indonesia dan juga pendiri surat kabar perempuan pertama di Indonesia, Soenting Melaju, banyak hal yang harus diteladani oleh generasi penerus, terutama jurnalis perempuan di zaman ini.

FJPI yang mewadahi para wartawati di Sumatera Barat dirasa perlu untuk selalu mengambil pelajaran dan keteladanan dari ketokohan sosok Roehana Koeddoes.

“Tahun lalu FJPI Sumbar mengadakan Roehana Koeddoes Award, yaitu lomba penulisan tentang perempuan inspiratif Sumbar. Tahun ini, FJPI Sumbar mengadakan napak tilas untuk mengenang perjuangan Rangkayo Roehana Koeddoes. Insya Allah kita akan agendakan setiap tahun meski bentuk kegiatannya berbeda,” katanya.

Napak tilas dimulai dari kantor Kerapatan Adat Nagari (KAN) Koto Gadang disambut Wali Nagari Koto Gadang, M Budi Zulfikar. Dilanjutkan ke rumah kerajinan Amai Setia, sekolah kerajinan yang didirikan oleh Rangkayo Roehana Koeddoes untuk mengajarkan perempuan-perempuan sekitar. Yayasan Amai Setia yang hampir berusia 108 tahun itu kini dikelola oleh Yusna Farida, masih memiliki hubungan kekerabatan dengan Roehana Koeddoes.

Di rumah kerajinan Amai Setia itu, kini tak lagi menjadi tempat gadis-gadis dan anak perempuan belajar menyulam dan merenda seperti yang dilakukan pada awal-awal didirikan. Karena, hampir setiap rumah di nagari itu kini memiliki usaha kerajinan sendiri. Yayasan Amai Setia hanya melakukan pemasaran dan menerima kunjungan dari para wisatawan yang ingin membeli atau sekadar bertanya-tanya tentang kerajinan sulaman Koto Gadang dan berbagai produk kerajinan perak dan lainnya.

Rumah kerajinan Amai Setia kini juga menjadi tempat pameran merenda dan menyulam bagi wisatawan yang ingin mencoba. Dipajang pula peralatan lama yang dulu pernah digunakan oleh Roehana Koeddoes.

Dari rumah kerajinan Amai Setia, napak tilas dilanjutkan ke rumah kediaman Roehana Koeddoes, sekitar 500 meter dari sana. Rumah Roehana saat ini masih dalam proses pemugaran oleh Dinas PUPR Kabupaten Agam. Menurut ahli waris, Zulhadi didampingi istrinya, pemugaran belum begitu selesai. Baru selesai pengecatan dan beberapa perbaikan perabotan rumah.

Plang pemugaran pun masih terpasang di depan rumah. Tertulis bahwa pemugaran dimulai sejak Februari 2018.

Rombongan FJPI dan IKWI Sumbar melanjutkan perjalanan ke rumah dua sahabat Roehana, keduanya sudah meninggal dunia. Dua sahabat Roehana tersebut adalah Rekni Putri dan Hadisah. Bersama kedua sahabatnya itulah, Roehana mendirikan Kerajinan Amai Setia untuk mengajarkan keterampilan bagi perempuan-perempuan di Koto Gadang dan sekitarnya.

Wali Nagari Koto Gadang, M.Budi Zulfikar menyambut baik kegiatan napak tilas yang digagas oleh FJPI Sumbar. Ke depan, ia berharap banyak kegiatan yang bisa disinergikan antara Nagari Koto Gadang dengan FJPI Sumbar, katanya. rel/melba
editor; ssptarius

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here