JURNAL SUMBAR | Bali – Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) menggelar Forum Tematik Badan Koordinasi Hubungan Masyarakat (Bakohumas) di Bali, Senin-Rabu (23-25/7). Tujuan dari forum ini adalah untuk menyatukan pemahaman dalam menyosialisasikan pentingnya Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dalam meningkatkan ekonomi perdesaan.
Menurut Kepala Biro Humas dan Kerjasama Kemendes PDTT, Bonivasius Prasetya Ichtiarto, BUMDes sebagai salah satu program unggulan Kemendes PDTT akan menjadi motor penggerak ekonomi desa. Keseriusan dalam mengelola dan menggeliatkan program BUMDes diyakini mampu membawa desa tertinggal menjadi desa mandiri.
“Peran BUMDes ini adalah untuk meningkatkan ekonomi masyarakat desa atau bisa disebut microfinance. Sebagai motor penggerak ekonomi desa kami ingin berbagi praktik langsung (keberhasilan) BUMDes dalam upaya percepatan pembanguna desa,” ujarnya, Senin (23/7) malam.
Ia mengatakan, keberhasilan membawa desa tertinggal menjadi desa mandiri bukan angan dari Kemendes PDTT semata, melainkan angan dari seluruh elemen pemerintahan republik Indonesia. Hal itu tertuang dalam nawacita ke tiga pemerintah yakni membangun Indonesia dari Pinggiran dengan Memperkuat Daerah-daerah dan Desa dalam Kerangka Republik Indonesia. Untuk itu menurutnya, perlu adanya kekompakan dari forum Bakohumas dalam menggeliatkan informasi tentang BUMDes melalui narasi tunggal.
“Forum Bakohumas ini menjadi salah satu wadah untuk saling meningkatkan pemahaman akan kebijakan dan kinerja pemerintah serta konsolidasi kekompakan Humas pemerintah,” ujarnya.
Di sisi lain, Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika, Rosarita Niken Widiastuti, mengungkapkan pentingnya peran BUMDes dalam mengubah tingkat kesejahteraan masyarakat desa. Menurutnya, tak sedikit jumlah BUMDes yang berhasil meraih keuntungan besar dan mampu meningkatkan ekonomi masyarakatnya.
“Kita ingin BUMDes menjadi basis ekonomi perdesaan. Melalui strategi komunikasi seperti yang kita miliki bersama, kita informasikan tentang BUMDes ini. Karena peran BUMDes dalam meningkatkan ekonomi perdesaan semakin hari semakin meningkat,” ungkapnya.
Menurutnya, BUMDes yang kreatif dan inovatif bisa mendatangkan keuntungan begitu besar. Ia mencontohkan Desa Ponggok, Jawa Tengah, yang mampu menyulap desa tertinggal menjadi desa berpenghasilan miliaran rupiah melalui BUMDes. Tak hanya Ponggok, masih banyak desa kreatif lainnya yang mampu mengangkat ketertinggalan melalui BUMDes.
“Tema ini (BUMDes) penting sejalan dengan apa yang telah dilakukan oleh pemerintahan Presiden Joko Widodo. Presiden memberikan perhatian yang sangat tinggi terhadap masyarakat desa dan daerah 3T. Terlebih dengan diberikannya dana desa tahun 2015 Rp20 Triliun, Tahun 2016 Rp47 Triliun, tahun 2017 Rp60 Triliun, dan Tahun ini Rp60 Triliun,” ujarnya.
Ia mengatakan, pemerataan kesejahteraan seluruh masyarakat adalah hal yang menjadi fokus pemerintah. Yang mana lebih dari 80 persen masyarakat Indonesia berada di desa. Melalui dana desa, masyarakat dapat membangun infrastruktur dasar seperti jalan dan sarana produktif seperti halnya BUMDes sesuai kebutuhan masing-masing desa.
“Kalau di Bali ini BUMDes bisa bergerak di Bidang Pariwisata. Seperti di Klaten (Desa Ponggok), BUMDes wisatanya terkelola dengan sangat baik,” ujarnya.