JURNAL SUMBAR | Padang – Rektor UNP Prof Genefri ditunjuk sebagai Koordinator Posko Ranah Minang Peduli Palu (PRMPP) pada pertemuan sejumlah tokoh masyarakat Sumatera Barat di Rumah Makan Sederhana, Padang, Selasa (2/10).
Para tokoh masyarakat Sumbar mengajak semua elemen dan potensi urang awak untuk peduli Palu secara bersama-sama, terintegrasi dan lebih kompak.
“Pengorganisasian Ranah Minang Peduli diketuai oleh Ganefri, Rektor UNP, Sekretaris Asnel, Sekko Padang, Bendahara Guspardi Gaus, owner Citra Swalayan,” demikian Duski Samad, Ketua MUI Kota Padang, Rabu (3/10).
Duski mengungkapkan sebutan Minang di kalangan masyarakat Palu tidaklah sebatas rumah makan, akan tetapi ia sudah bahagian dirinya orang Palu. IAIN Palu membuktikannya dengan menjadikan nama ulama Minang Dato Karamah sebagai nama insitusinya.
Situs makam Dato Karamah adalah tempat dimakamkannya seorang tokoh Agama Islam yang pertama kali masuk ke Sulawesi Tengah pada abad XVII. Makam ini terletak di Kelurahan Lere, Kota Palu.
Dikatakannya, Dato Karamah adalah gelar yang berarti seorang dato yang sakti/keramat. Sedang nama asli beliau adalah Abdullah Raqie berasal dari Sumatera Barat. Karena kesaktiannya maka Raja Kabonena I Pue Njidi serta rakyatnya memeluk Agama Islam.
Isteri Dato Karamah bernama Intje Djille sedangkan anaknya bernama Intje Dongko dan Intje Saribanong, Injte Dongko kawin dengan pemuda dari Sulawesi Selatan.
Sejarah pengabdian tokoh Minang di Sulawesi Tengah dicatat bahwa Gubernur pertama Propinsi Sulteng adalah urang Payakumbuh, Anwar yang bergelar Dt Majo Basa Nan Kuniang, begitu juga Gubernur ke-4, Brigjen Moenafri, SH, urang awak Padang Panjang.
Sementara itu Rektor Prof Ganefri menambahkan, dari sisi adat Rajo Tiangso, nama satu suku yg terkenal di Sulteng, adalah keturunan Minang. Pendiri Universitas Tadulako Palu tahun 1960-an, berkat jasa dan perjuangan Drh. Nazri gayur Datuak Nan Hitam dan merupakan Rektor pertamanya.
Begitu kuat jejak kultural dan hubungan emosional suku Minang dengan umat di Palu maka sangat patut semua anak nagari Minang di ranah dan rantau untuk peduli dan berbagi dengan dunsanak, anak bako, anak pisang dan urang awak yang tengah dilanda musibah besar di Palu dan daerah sekitarnya.
Pada kesempatan lain, Guspardi Gaus mengungkapkan, musibah gempa dan tsunami yang meluluhlantakkan Kota Palu dan sekitarnya di Propinsi Sulawesi Tengah telah menimbulkan duka bangsa. Duka masyarakat Palu bagi masyarakat Sumatera Barat, khususnya Kota Padang, Kota Pariaman, Kabupaten Padang Pariaman dan Kabupaten Kepulauan Mentawai sungguh dapat dirasakan pedih, sulit dan mencekamnya karena kondisi seperti itu sudah pernah mereka alami belum cukup satu dasawarsa.
“Kesedihan mendalam dan kedukaan yang sulit melupakan nampak terbersit di raut wajah saudara kita di Palu, hal seperti itu juga masih belum pupus di hati orang Sumatra Barat, karena suasana haru mendalam tidak bisa lekas hilang. Saat duka lara bantuan, perhatian dan kepedulian dari siapapn sungguh besar arti dan maknanya,” ujar Guspardi,
Ungkapan pengalaman duka, pedih dan kecemasan 9 tahun lalu itu, diungkap oleh tokoh-tokoh Sumatera Barat, Selasa (2/10), dalam acara pengalangan kekuatan masyarakat dan pemerintah menghimpun dana dari semua komponen yg dikordinasikan melalui Ranah Minang Peduli Palu.
Rencana pengumpulan donasi umat, dunia pendidikan, pemerintah, dunia usaha dan perantau Minang diharapkan terkordinir, terpadu, akuntabulity untuk di sumbangan ke saudara se bangsa dan se iman di Palu dan sekitarnya itu dimaksudkan untuk “membonehka” atau menjadikan bantuan itu besar dan menjadi lebih berarti. (Agusmardi)