Keresahan akan Korona mulai mencuat di Sumatra Barat. Hal ini berkenaan dengan pernyataan resmi Gubernur Sumatra Barat, Irwan Prayitno, yang memberikan konfirmasi bahwa sejauh ini Sumbar memiliki lima pasien berstatus positif Korona. Lima pasien positif tersebut diantaranya berasal dari Padang, Pesisir Selatan, Bukittinggi serta Tanah Datar. Disamping itu, tugas pengecekan status pasien belum kunjung usai mengingat masih adanya Orang Dalam Pantauan (ODP), Pasien Dalam Pantauan (PDP), begitu pula dengan pasien yang masih menunggu hasil pemeriksaan spesimen. Jumlah ini berkemungkinan masih mengalami peningkatan dalam beberapa hari kedepan.
Ramainya pemberitaan yang beredar mengenai kabar buruk bagi Sumbar ini secara tak langsung juga “mengaktifkan” kekhawatiran masyarakat Sumbar. Kekhawatiran masyarakat pada saat ini adalah suatu hal yang wajar, mengingat wabah virus Korona yang diklaim telah menjadi pandemi ini sudah membuat genting keadaan di berbagai penjuru dunia. Dikarenakan virus yang sangat mudah menyebar, maka kekuatan bersama telah hadir dalam berbagai bentuk usaha, baik nasional maupun internasional dengan harapan mematikan rantai penyebaran virus, diantaranya dengan melakukan social distancing, self quarantine sampai himbauan untuk melaksanakan Work From Home guna memperkecil kontak dengan orang sekitar.
Kritis dalam Bertindak
Diantara berbagai kebijakan beserta himbauan yang diserukan oleh pemerintah, upaya-upaya perlawanan Korona tersebut tak jauh dari keterlibatan masyarakat. Hal tersebut menunjukkan bahwa masyarakat menjadi kunci utama dalam menghentikan penyebaran virus, yang nantinya akan meminimalisir jumlah kasus. Posisi masyarakat sebagai kunci utama ini haruslah diiringi dengan respon yang baik dari masyarakat, sebagai bentuk adanya kerjasama yang baik antara masyarakat dan pemerintah dalam menuntaskan masalah bersama ini.
Sebagai kekuatan bersama, tindak tanduk masyarakat sejatinya harus berdasar kepada adanya kesadaran dari masyarakat itu sendiri. Permasalahan melawan Korona dengan kekuatan bersama ini terletak pada abainya masyarakat dalam mengindahkan himbauan pemerintah. Hal ini terlihat dari tidak sedikitnya masyarakat yang masih melakukan aktivitas yang tidak penting diluar rumah seperti jalan-jalan, nongkrong, dan sebagainya. Walaupun gambaran kesadaran masyarakat terhadap himbauan pemerintah belum mencapai kata “memuaskan”, namun belum terlambat bagi masyarakat untuk berubah. Pernyataan 5 pasien positif Korona di Sumbar dapat menjadi cambukan agar masyarakat dapat lebih mematuhi segala macam himbauan demi kebaikan bersama.
Sifat kritis masyarakat dalam melawan Korona juga dapat diterapkan dalam perwujudan sikap selektif dalam memilah informasi yang bukan hoaks. Gencarnya masyarakat dalam mengakses informasi terkait perkembangan kasus Korona menjadi keuntungan sekaligus ancaman secara tidak langsung dari masyarakat. Hal ini dikarenakan disamping adanya rasa ingin tahu masyarakat agar dapat lebih menumbuhkan kesadarannya dengan cara mengakses informasi, namun hal ini juga menjadi ladang yang empuk bagi para oknum-oknum tidak bertanggung jawab untuk menimbulkan kondisi tidak aman ditengah masyarakat.
Mengingat jumlah penikmat berita hoaks yang tidak sedikit, maka diperlukan upaya dari masyarakat untuk membentengi diri agar dapat menyeleksi berita yang patut dipercayai. Hal ini lagi-lagi memerlukan sikap kritis dari masyarakat dalam melawan berita yang tidak benar tersebut. Sekali lagi, terlihat jelas bahwa peran masyarakat dalam menciptakan kondisi stabil ditengah kegentingan ini sangat besar, bahkan dapat dimulai dengan hal-hal kecil sekalipun.
Namun, langkah pemerintah dalam menghadapi permasalahan Korona juga perlu mendapat apresiasi, mengingat adanya upaya pemerintah dalam menciptakan kondisi yang terkendali ditengah situasi yang genting ini. Salah satunya tergambar dari bidang pendidikan, yang membuat kebijakan online learning sebagai alternatif dalam menjalankan proses belajar mengajar (PBM). Hal ini menunjukkan pemerintah dapat memanfaatkan perkembangan teknologi yang ada, sehingga dapat menjadi jalan keluar dalam melawan ketidakstabilan saat ini.
Kritis sebagai Pemantau
Wujud sikap kritis masyarakat sebagai penggerak dalam mengatasi kasus Korona ini juga dapat diterapkan melalui kritis dalam menilai langkah pemerintah. Tuntutan masyarakat agar pemerintah lebih menyikapi permasalahan ini dengan serius tergambar sebagai wujud rakyat dalam mengontrol tindakan pemerintah. Masyarakat dapat menjadi dorongan kepada para jajaran pemerintah agar dapat mengambil langkah yang tepat dalam menangani masalah ini secara bersama.
Disamping itu, pada zaman yang semakin berkembang ini respon-respon rakyat acap kali dituangkan dalam bentuk tulisan, tak terkecuali pada tulisan kritis. Tulisan memiliki pengaruh yang ampuh dalam memberikan berbagai macam hal positif terhadap masyarakat baik dalam bentuk edukasi mengenai Covid-19, berita terkini sampai himbauan agar masyarakat mematuhi kebijakan-kebijakan yang disuguhkan pemerintah dalam upaya menghentikan penyebaran virus.
Tulisan dalam media cetak serta media online ataupun himbauan dalam media elektronik berperan sebagai penyuguh informasi kepada masyarakat. Hal ini diharapkan mampu menjadi “pancingan” bagi masyarakat agar dapat lebih kritis lagi dalam melawan berbagai persoalan yang terjadi akibat kehadiran Korona, baik persoalan dibidang ekonomi, sosial ataupun politik. Pancingan semacam ini berguna agar masyarakat dapat menyuarakan suara baru setiap waktunya kepada pemerintah sehingga dapat membuat pemerintah membuka mata untuk membuat keputusan atas nama keamanan masyarakat.
Korona tak hanya masalah Indonesia, ataupun Sumatra Barat, namun menjadi masalah bersama masyarakat global yang memerlukan kekuatan bersama untuk diberantas. Dengan demikian, diperlukan kerjasama yang baik dari seluruh lapisan masyarakat dalam upaya melawan virus Korona ini. Kerja sama yang baik tentunya lahir dari sikap kritis masyarakat dalam mempertimbangkan banyak hal yang terbaik dalam menyudahi persoalan Korona. Setiap masyarakat memiliki peran yang besar dalam mencapai tujuan bersama kita saat ini, yaitu terlepas dari korona. Bersama kita bisa, bersama kita kuat untuk lawan korona !
(Penulis adalah Mahasiswa Jurusan Ilmu Politik Universitas Andalas)