UIII Dibangun, Kabiro Umum Kemenang: Indonesia akan Jadi Pusat Peradapan Islam Dunia
JURNAL SUMBAR | Depok — Ini benar-benar kabar gembira. Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Agama (Kemenag) RI, akan segera membangun Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII), di lokasi exs Pemancar RRI di kawasan Cimanggis, Depok, Jakarta.
Rencana pembanguna UIII itu berada di areal seluas 143 hektar. Lokasi tersebut sebelumnya bekas pemancar RRI, yang saat ini sudah diserahkan pada Kemenag RI, atas persetujuan Presiden RI.
Kamis (8/6) tim dari Kemenag bersama unsur aparat keamanan telah melakukan survei ke lokasi tanah yang saat ini berdiri bangunan-bangunan liar penduduk.
Bahkan tim saat mau berkunjung meninjau lokasi tersebut, didapat kabar akan dihadang warga penghuni bangunan liar di exa pemancar RRI itu.
“Ya, kami sempat dapat kabar akan diancam dilembari air raksa dan molotov termasuk akan diserang dengan panah oleh warga. Untuk itulah kami minta pengawalan ketat dari pihak keamanan, anggota Bromob berpakaian dan persenjataan lengkap,” kata Kabiro Umum Kemenag RI, Syafrizal Syofyan Intan Kayo, pada Jurnal Sumbar, Kamis (8/7) malam.
Disebutkannya, bersama unsur PUPR, Seswapres dan Brimob, mereka menentukan rencana titik pembangunan UIII. “Direncanakan kegiatan itu akan berjalan 4 minggu ke depan, tim pemetaan tanah dan tim topografi akan melaksanakan tugas mereka menentukan titik pembangunan,” kata tokoh masyarakat Sijunjung, Sumbar, asal Lubuktarok itu.
Dikatakannya, setidaknya terdapat 12 unit antena radio ukuran raksasa yang harus dibongkar termasuk bangunan liar yang dihuni antara 700 hingga 1.000 kepala keluarga (KK), suka tak suka harus mengosongkan lokasi itu.
“Keberadaan UIII di Indonesia, akan mengembangkan Islam yang ramah, toleran dan presiden melalui Menteri Agama RI LHS meresponnya. Karena UIII itu direncanakan untuk tingkat S2 dan S3, bagi mahasiswa asing dan mahasiswa dalam negeri (Indonesia’),” jelas Kabiro Umum Kemenag RI.
Dengan berdirinya UIII itu nanti, kata Syafrizal, diharapkan Indonesia mampu menjadi pusat peradapan Islam Dunia.
“Karena di Jazirah Arab sangat tidak ramah. Sesama mereka bangsa Arab, bahasa sama, ras sama, budaya sama, jubah sama dan kipiye sama. Mereka saling membunuh, sehingga mereka menoleh ke Indonesia. Karena Indonesia berbagai agama, suku berbagai bahasa dan budaya mampu damai, karena Islam mayoritas di Indonesia,” jelas Syafrizal pada Jurnal Sumbar. [Saptarius]