JURNAL SUMBAR | Pariaman – Kembali adanya Kuburan Keramat menghebohkan masyarakat di Korong Sungai Asam, Kecamatan 2×11 Enam Lingkungan Kabupaten Padang Pariaman. Mister M yang dalam dunia kepakaran kebencanaan UNP dikenal dengan Prof Dr dedi Hermon mengupasnya pada chanel youtube Profesor TV.
“Kuburan meninggi bukan akibat gejala alam biasa”.
Terjadinya fenomena kuburan yang meninggi di Sungai Asam, Kecamatan 2×11 Enam Lingkung, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat, bukan gejala alam biasa,” ujarnya Mister M saat di wawancarai oleh Erianjoni dari Profesor TV.
Menurut Dedi Hermon kepada media ini, Selasa (6/4), tidak ditemukan tanda tanda adanya aktifitas gas bumi di lokasi tersebut, hal ini diperkuat karena lokasi tersebut bukan kawasan yang terpengaruh dari aktifitas gunung Tandikat, Singgalang, maupun Marapi.
Selain itu, katanya, lokasi tersebut bukan pula kawasan pengendapan, tapi kawasan yang tanahnya terbentuk akibat pelapukan batuan induk di bawahnya. Sehingga, peninggian tanah di atas kuburan akibat gejala dari gas bumi tidak mungkin terjadi. Apalagi tidak adanya material fluida yang dikeluarkan, dan tidak ditemuinya sedikitpun saluran gas ke permukaan. Kalau akibat aktifitas gas bumi, pasti ada saluran yang keluar ke permukaan.
Apakah itu gejala Diapir?
Dirincinya, diapir itu merupakan gejala geologi, dimana batuan yang berdensitas rendah menerobos batuan berdensitas tinggi, terobosan ini vertikal ke permukaan akibat adanya desakan atau tekanan dari energi magma/bumi di bawahnya. Karena yang menerobos adalah material berdensitas rendah, seperti material mengandung garam (salt diapir) atau material pecahan (shale diapir), keduanya terbentuk dari proses pengendapan pada masa lalu.” jelasnya.
Dipaparkannya, dilihat dari karakteristik daerah, lokasi kuburan meninggi bukan zona sinklinal, dan pembentukan fisik kawasan bukan akibat pengendapan. Proses ini terjadi dalam waktu yang lama dan perlahan, tidak secara tiba tiba langsung mengelembung.
“Dalam fenomena kuburan meninggi di Sungai Asam tersebut, ciri-ciri dari gejala diapir ini tidak di jumpai, karena permukaan yang menggelembung mempunyai karakteristik tanah yang berbeda dengan tanah asal, dan tanah yang meninggi tersebut sudah tercampur antara horizon O, A, B, dan C, dan anehnya sisa sisa akar tanaman keras yang seharusnya berada pada horizon B dan C, muncul kepermukaan dalam kondisi sudah terputus,” terangnya.
Kemudian, pada sisi sisi kuburan meninggi tersebut tidak di jumpai sedikitpun retakan-retakan tanah, sehingga fenomena ini akibat diapir sangat di ragukan.
Apakah fenomena ghaib?
Dari wawancaranya dengan masyarakat sekitar, diketahui bahwa daerah kuburan meninggi di Sungai Asam tersebut memang daerah yang sering terjadi peristiwa-peristiwa mistis yang tidak bisa di cerna oleh logika manusia.
“Apakah mungkin itu tanah timbunan?
Semua kemungkinan pasti ada. Kalau dilihat dari karakteristik tanah pada kuburan yang meninggi tersebut, besar kemungkinan itu adalah tanah timbunan. Atau memang ada peristiwa alami pada meningginya tanah pada kuburan tersebut, kemudian masyarakat merapikan dengan menambahkan tanah, agar posisi kuburan kembali tertata dengan baik.” ungkapnya.agusmardi