Dihadiri Bupati dan Wabup Sijunjung, Ferimen Wandri,SKM, Dinobatkan sebagai Datuak Sindaro Nan Putieh di Nagari Tanjung Gadang

Datuak Sindaro Nan Putieh

JURNAL SUMBAR | Sijunjung – Ferimen Wandri,SKM, secara sah, pada Senin (23/1/2023), di Rumah Gadang Suku Piliang Rumah Nan Salapan, di Nagari Tanjung Gadang, Kecamatan Tanjung Gadang, Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat, resmi dinobatkan sebagai Datuak Sindaro Nan Putieh dalam prosesi Batagak Gala Suku Piliang Rumah Nan Salapan di daerah itu.

Putra ke-empat dari enam bersaudara buah pasangan Syawalludin/ Ratna Wilis
(bapak/ibu-red) itu, merupakan sosok aparatur sipil negara (ASN) yang menjabat sebagai Kasubag Keuangan, Kepegawaian dan Umum di Dinas Kesehatan (Dinkes) Sijunjung.

Mantan Kabid Pengendalian Penduduk dan KB Pemkab Pelalawan yang lahir di
Timbulun, pada 17 Desember 1977 lalu itu, pada hari yang sakral itu (Senin,23/1/2023-red) resmi telah Dilewakan/Dinobatkan oleh Pangulu Ajo dari Suku Melayu sebagai wakil dari Tiang Panjang. Dan disaksikan 25 orang Ninik Mamak dari lima suku Piliang Godang, Melayu, Chaniago, Patopang, Piliang 5) yang ada di Nagari Tanjung Gadang.

Menurut suami dari Petri Yanti, S.Psi, itu, sebelumnya, jabatan pengulu yang disandangnya itu dijabat oleh Ali Muslim Dt Sindaro Nan Putieh. “Beliau telah meninggal pada 6 Desember 2022 lalu,”kata mantan ASN Pelalawan (2000-2020) itu.

Gelar ‘Sako’ dan ‘Pusako’ yang disandangnya merupakan gelar turun-temurun, ‘dari niniak turun ka mamak, dari mamak turun ka kamanakan’. Dengan upacara batagak gala dengan kebesaran dengan segala kelengkapannya.

Prosesi batangak gala itu kata Datuak Sindaro Nan Putieh, juga dilakukan memotong se-ekor kerbau. Bak pepatah, darah sama di kacau, tanduk sama ditanam, daging sama dimakan, dan adat diisi lembaga dituang.

OTW 2

“Darah sama di kacau adalah sebagai lambang bahwa upacara adat batagak gala dilaksanakan atas musyawarah dan mupakat. Tanduk sama ditanam adalah lambang menanamkan hal-hal yang buruk dan berbisa. Daging sama dimakan adalah lambang keputusan bersama yang dinikmati secara bersama. Adat diisi lembaga dituang adalah sebagai lambang bahwa untuk melaksanakan batagak gala memenuhi berbagai persyaratan yang digariskan di dalam adat. Dan itu telah dilaksanakan, dan makanya langsung dilaksanakan penobatan yang ditandai pemasangan saluak,”tambah Datuak Sindaro Nan Putieh.

Datuak Sindaro Nan Putieh.

Dengan demikian pemotongan kerbau atau sapi merupakan persyaratan yang harus dipenuhi dalam perjamuan batagak gala itu.

“Hal itu juga sesuai pituah minang, Kamanakan barajo ka mamak
Mamak barajo ka pangulu
Pangulu barajo ka mufakat
Mufakat barajo ka nan bana
Bana badiri sandirinyo
Bana manuruik alua jo patuik
Manuruik patuik jo mungkin.Ini harus kita jalani. Yang penting lagi, seorang mamak, bahati lapang dan baa alan laweh. Insha Alloh, amanah itu akan kita emban,”tambah Datuak Sindaro Nan Putieh.

Penobatan Datuak Sindaro Nan Putieh tersebut telah sesuai dengan hirarki adat serta alur yang sebenarnya .

Pada kesempata itu, Datuak Sindaro Nan Putieh, menyampaikan rasa syukurnya kepada Sang Khaliq, sembari menyatakan gelar yang disandangnya tersebut sebagai amanah yang cukup berat sekaligus memohon bimbingan dan arahan serta saran dari seluruh barisan ninik mamak dan lainnya selama dirinya menyandang jabatan adat tersebut.

Acara penobatan Datuak Sindaro Nan Putieh tersebut juga dihadiri Bupati-Wabup Sijunjung, Benny Dwifa Yuswir Sutan Gumilang, S.STP,M.Si – H. Iradatillah,S.Pt dan undangan lainnya.

Bupati  Sijunjung mendoakan agar Datuak Sindaro Nan Putieh, dapat menjalankan amanah yang dipikulnya itu dengan sebaik-baiknya sesuai tugas dan fungsinya. Selamat pak Datuak Sindaro Nan Putieh. Semoga Amanah dalam menuntun cucu kamanakan.*

Foto-foto istimewa/keluarga

Tinggalkan pesanan

Alamat email anda tidak akan disiarkan.