JURNAL SUMBAR | Padang – Drum dan jeriken kosong berjejeran di depan rumah-rumah warga Kelurahan Batang Arau, Kecamatan Padang Selatan, Kota Padang. Drum dan jeriken tersebut menunggu diisi oleh truk tangki dan air hujan. Akan tetapi, tak ada truk tangki yang datang dan hujan tak kunjung turun hingga siang hari itu. Sudah dua bulan belakangan ini terjadi kemarau di sana. Warga kesulitan air untuk mandi, cuci, kakus (MCK), apalagi untuk minum.
Bak pucuk dicinta, ulam pun tiba, tiga truk tangki tiba di Kelurahan Batang Arau, Kamis (8/8/2024). Truk tangki tersebut membawa air dari Gunung Talang, Kabupaten Solok. Air tersebut jernih dan bersih, bahkan langsung bisa diminum tanpa direbus. Air tersebut merupakan air yang biasa digunakan oleh pengusaha galon isi ulang.
Hari itu salah seorang warga Batang Arau memang mengirimkan pesan via WhatsApp kepada Epyardi untuk mengadukan masalah kekeringan dan kesulitan air bersih di daerah tersebut.
Tak butuh waktu lama bagi Epyardi menjawab keluhan warga tersebut. Ia langsung mengirimkan tiga truk tangki air bersih sebagai bantuan pribadi darinya. Hatinya iba mendengar berita kekeringan dan kesulitan air bersih yang dialami warga di kelurahan tersebut.
“Tadi pagi saya menerima WhatsApp dari warga Batang Arau tentang kesulitan air bersih di sana. Meski Bupati Solok, saya tetap membantu warga di daerah lain yang membutuhkan bantuan. Bantuan kemanusiaan tidak mengenal batas administrasi pemerintahan. Hari ini saya membantu warga Kota Padang air bersih. Beberapa waktu yang lalu saya mambantu korban bencana galodo di Agam dan Tanah Datar. Saya sudah mewakafkan diri saya untuk masyarakat,” tutur Epyardi.
Begitu truk tangki air bersih tiba, warga Batang Arau berbondong-bondong mengerubungi truk tangki tersebut untuk memasukkan air dari tangki melalui selang besar ke drum dan jeriken mereka. Meski antusias, mereka tetap antre dan bergantian mengisi wadah air mereka.
Ramadanis, warga RT 5 RW 3 Batang Arau, mengatakan bahwa tiap tahun warga di sana kekeringan karena kemarau. Saat kemarau, warga kesulitan mencuci pakaian karena sulitnya air bersih. Pada kemarau tahun lalu ia dan warga lainnya pergi ke sungai di Lubuk Minturun untuk mencuci pakaian.
“Saking sulitnya air bersih, 20 hari yang lalu warga Bukit Gado-Gado memandikan jenazah dengan air galon untuk minum,” ucapnya.
Untuk mencukupi kebutuhan air, Ramadanis mengambil air di mata air milik warga lain di atas bukit. Air tersebut dialirkan dengan selang kecil ke rumahnya. Akan tetapi, ia hanya mendapatkan sedikit air karena di mata air itu banyak warga lain yang mengambil air.
Ia berterima kasih kepada Epyardi atas bantuan air bersih tersebut. Sejauh ini baru Epyardi bakal calon kepala daerah yang memberikan bantuan air bersih kepada warga setempat.
“Kami sangat bersyukur ada orang yang peduli dengan kami,” katanya.
Ketua RT 03 RW 4 Batang Arau, Zainal Komboi, mengatakan bahwa warga Batang Arau, khususnya yang berada di lereng bukit, kesulitan mendapatkan air bersih karena banyak mata air yang kering saat kemarau, padahal warga di sana mengandalkan mata air sebagai sumber air bersih.
Sementara itu, di sana air PDAM tidak masuk.
“Di sini tempatnya tinggi dan jauh dari sumber air PDAM. Mungkin karena itu air PDAM tidak sampai di sini,” tuturnya.
Zainal merasa sangat terbantu atas bantuan air bersih dari Epyardi. Menurutnya, politikus yang peduli terhadap masyarakat yang kesusahan harus didukung.
Ketua RT 2 RW 4, Anton Hidayat, mengatakan bahwa sejauh ini tidak ada bantuan air bersih dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumbar. Menurutnya, seharusnya pemprov membantu warga Batang Arau air bersih karena Padang bagian dari Sumbar, bahkan ibu kota Sumbar.
“Selama ini bantuan air bersih datang dari BPBD Kota Padang. Sudah sepuluh tangki air bersih dari BPBD. Datanya sekali dua hari. Airnya hanya digunakan untuk mandi dan mencuci pakaian dan piring. Untuk direbus untuk diminum, saya agak ragu karena airnya kurang jernih. Meskipun begitu, kami tetap bersyukur karena sudah dibantu. Air bantuan Pak Epyardi ini jernih dan bisa langsung diminum. Selama kekeringan ini kami minum dari air galon isi ulang,” ujarnya.
Menurut Zainal, pemimpin yang didambakan masyarakat ialah pemimpin yang peduli kepada masyarakat kecil.
“Kami berharap tokoh yang peduli kepada kesulitan masyarakat yang menjadi pemimpin, seperti Pak Epyardi,” ucapnya.
Zainal mengharapkan bantuan tangki dari pemerintah daerah di tiap RT sehingga warga punya stok air sebelum datang bantuan air bersih dari pemerintah daerah. Untuk solusi air bersih secara permanen, ia mengharapkan pemerintah daerah membuatkan sumur bor.
“Di sini tinggi karena lereng bukit. Karena itu, biaya membuat sumur bor mahal, sampai Rp200 juta. Dulu ada anggota DPRD Padang yang membantu warga membuatkan sumur bor dengan dana pokirnya,” kata Zainal. (Adib)