Head to Head, Siapa yang Paling Kuat Dalam Pilbup Sijunjung?
JURNAL SUMBAR | Sijunjung – Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Sijunjung, Sumatera Barat, dipastikan diikuti oleh dua pasang calon (Paslon), yaitu Benny Dwifa Yuswir,S.STP., M.Si., – H. Iraddatillah, S.Pt., (petahana-red) yang akan bertarung dengan H. Hendri Susanto,Lc.,- Mukhlis,S.Hi.,dan itu dibuktikan hingga berakhir pendaftaran pada Kamis (29/8/2024) hingga berakhir pendaftaran pukul 23.59 WIB hanya diikuti dua Paslon yang mendaftar di KPU.
Tidak adanya calon lain yang maju dalam kontestasi Pilkada serentak di Ranah Manih pada 27 November 2024 mendatang dan itu membangun keyakinan publik bahwa kontestasi dua pasang calon ini akan berlangsung ketat.
Sebagai petahana jelas Benny-Radi memiliki keunggulan dibandingkan Hendri Susanto-Mukhlis, terutama akses dan kendali pada kekuasaan yang ada di tangannya sebagai Bupati dan Wabup Sijunjung saat ini.
Walau begitu, bukan berarti calon non-petahana tidak memiliki kesempatan mengembangkan sumber dayanya untuk bisa menang. Tinggal bagaimana calon non-petahana, yaitu Hendri Susanto-Mukhlis menyusun strategi dalam Pilkada serentak ini.
Strategi Pemetaan Kekuatan
Lantas bagaimana memetakan kekuatan kedua pasang yang akan bertanding dalam Pilkada serentak mendatang di Pilbup Sijunjung?
Siapa yang unggul dari dua pasang tersebut? Kalau kita lihat, kedua pasang calon yang bertanding, tentu ada kekuatan dan kelemahan masing-masing.
Misalnya, selain sebagai calon petahana, Benny-Radi diusung parpol koalisi gemuk, setidaknya ada 10 partai pengusung dan juga tentu memiliki kader partai di akar rumput.
Begitu juga dengan kader yang dimiliki Paslon Hendri Susanto-Mukhlis, juga dikenal militan hingga akar rumput.
Kerja politik yang dilakukan kader PKS, serta koalisinya (NasDem dan Hanura, serta partai Umat-red) sangat sistematis dan terstruktur dengan kemampuan persuasi mereka dalam meyakinkan masyarakat untuk memilih calon diyakini berpeluang untuk menang.
Di samping itu, mereka bekerja tidak bergantung pada pembiayaan yang disediakan pasangan calon, apalagi partai politik mereka. Ini sedikit berbeda dengan kader partai politik lain yang sangat bergantung pada logistik dan pembiayaan di lapangan.
Selain itu, Paslon Hendri Susanto-Mukhlis juga sudah dikenal sebagai mantan anggota legislatif di DPRD Sijunjung.
Walaupun belum terpilih, namun diyakini pemilihnya masih loyal kepada Hendri Susanto-Mukhlis.
Yang jelas, Paslon petahana memiliki dukungan logistik yang kuat, apalagi didukung dari Partai Gerindra, Golkar, PAN, Demokrat, PKB, PPP, Perindo, PBB, PDI-P dan Partai Gelora tentu akan memudahkan relawan dan mesin partai politiknya bekerja untuk memenangkan pasangan yang dikenal sukses memimpin Sijunjung walau hanya berlangsung selama tiga tahun delapan bulan menjadi Bupati dan Wabup.
Selain Koalisi Parpol Pengusung Petahana termasuk partai yang kuat di Sijunjung dengan dukungan konstituennya yang hampir merata di semua kecamatan hingga nagari di Kabupaten Sijunjung.
Kekuatan ini tentu akan melengkapi dukungan yang sudah diberikan kader dari 10 parpol koalisi yang cukup kuat di kecamatan – kecamatan.
Sementara, koalisi parpol petahana itu juga menguasai suara pemilih hampir di tiap nagari dengan bukti memiliki 23 kursi di DPRD Sijunjung hasil Pileg 2024, yang menyumbangkan perolehan suara terbanyak. Jika koalisi petahana solid, diyakini bisa menang.
Selain itu, juga diyakini Paslon petahana memiliki jaringan pemilih yang luas karena rekam jejaknya cukup bagus, apalagi Radi juga pernah menjadi anggota DPRD Sijunjung dan DPRD Sumbar.
Kekuatan Paslon Petahana ini dapat dipetakan di beberapa kecamatan hampir merata yang tentu jaringan dukungannya akan terus diperluas, yang memiliki pemilih yang banyak seperti Kamangbaru, Sijunjung, Koto VII dan Sumpurkudus.
Namun, dukungan masyarakat untuk Hendri Susanto-Mukhlis juga memiliki basis pendukung yang tidak boleh diabaikan, terutama di daerah Tanjung Gadang dan Kamangbaru. Hal itu cukup beralasan, karena Hendri Susanto berasal dari Tanjung Gadang dan Mukhlis asli Kamangbaru–yang tentunya bakal bisa menarik simpati warganya.
Daerah pertempuran yang sangat menentukan dalam pemilihan bupati Sijunjung itu, berada di Kecamatan Sijunjung, Koto VII dan Sumpurkudus. Jumlah pemilihnya paling banyak sehingga akan menjadi rebutan kedua pasangan calon Bupati-Wabup Sijunjung.
Tujuan Head to Head
Jika dirunut pembicaraan yang terjadi di kalangan elite partai politik dan tokoh informal di Kabupaten Sijunjung setiap Pilkada, mereka memang menginginkan terjadinya kontestasi yang hanya diikuti oleh dua pasang calon saja.
Tujuannya adalah agar dukungan masyarakat kepada calon Bupati dan Wabup ini tidak terpolarisasi sehingga sulit membuktikan siapa yang benar-benar mendapatkan dukungan kuat dari publik di Ranah Lansek Manih. Karena calon kepala daerah yang memperoleh suara melebihi 50% plus satu, maka akan memenangkan Pilkada.
Alasan lainnya adalah hanya dengan menghadirkan dua pasanga calon kepala darah saja dapat menyaingi kedigdayaan partai – partai besar.
Sedikit banyaknya catatan sejarah Pilkada di Sijunjung ini membuat partai politik lain yang mengusung pasangan calon kepala daerahnya harus hati-hati untuk mengusung calon kepala daerahnya. Karena pengalaman menunjukan harus ada figur kepala daerah yang kuat agar bisa memenangkan Pilkada ini dan diskenariokan dengan cara head to head.
Singkatnya, sepanjang figur pasangan kepala daerah yang dicalonkan memiliki impresi politik yang kuat di mata masyarakat, tentu dukungan politik akan mengalir kepada mereka.
Jadi yang dibutuhkan sekarang ini adalah kekuatan figur penantang yang harus benar-benar memiliki impresi politik yang unggul atau setidaknya sama dengan calon petahana.
Dengan demikian, persaingan ketat akan terjadi di antara mereka. Sebaliknya, jika impresi politik calon kepala daerah penantang ini tidak lebih baik, maka dukungan akan tetap mengalir ke petahana pada Pilkada tersebut.* penulis adalah Wartawan Utama Anggota PWI Sumbar/Ketua F.Yanlik Kabupaten Sijunjung