Syaiful Husein Ketua PGRI Sijunjung
JURNAL SUMBAR | Sijunjung – Ketua PGRI Sijunjung, Sumatera Barat, Syaiful Husein meminta semua elemen masyarakat, orang tua murid, pemegang kebijakan dan bahkan aparatur lainnya tidak melakukan segala bentuk intimidasi terhadap guru, saat proses belajar mengajar (PBM) berlangsung.
Hal ini disebutkan demi memberi kenyaman bagi kelangsungan tugas dan fungsi guru dalam mendidik.
Hal itu disampaikan sekaitan kejadian yang terjadi di SDN 2 Koto Baru, Kecamatan IV Nagari, Kabupaten Sijunjung. Dimana, salah seorang wali murid, Ririn Puspita Sari, melaporkan guru Ke Polsek setempat, tertanggal 13 November 2024, tentang dugaan perkara tindakan pidana kekerasan terhadap anak. Berdasarkan laporan No : B/41/IX/2024 Polsek IV Nagari, langsung melayangkan surat kepada Kepala Sekolah Darul Hasni, S.Pd, guru kelas dan salah seorang walimurid.
Menurut Syaiful, yang juga mantan Ketua PWI Sijunjung priode 2004 – 2017, ia sangat menyayangkan persoalan sesama siswa, berujung kepada undangan kepala sekolah ke Polsek.
“Kami PGRI Sijunjung siap mendampingi dan tidak membiarkan anggota mengalami trauma dalam menjalankan tugas. Apalagi yang menyangkut dengan kejadian yang dialami di SDN 2 Koto Baru,” terang Syaiful wartawan senior itu.
Ia menyebutkan, dalam melaksanakan tugas, guru sudah dilindungi oleh Peraturan Pemerintah yang tertuang dalam PP No. 74 tahun 2008, (Padal 39 ayat 1 dan 2) Pasal 40 dan pasal 41.
Intinya, semua yang termaktub dalam PP itu perlu diindahkan oleh Murid/Wali Murid, Kepolisian, Kejaksaan, Pengadilan Negeri (PN) dan Pengadilan Tinggi (PT). Sehingga guru mendapatkan rasa aman dan jaminan keselamatan serta mendapatkan perlindungan hukum dari tindak kekerasan, ancaman, perlakuan diskriminatif, intimidasi, atau perlakuan tidak adil dari pihak peserta didik, orang tua peserta didik, masyarakat, birokrasi, atau pihak lain.
Berdasarkan keterangan Kepala SDN 2 Koto Baru, Darul Hasni,S.Pd, kepada pasbana.com, seperti dikutip Jurnalsumbar.Com, berawal dari peristiwa yang menimpa siswa kelas 1 (Abizar) Rabu (13/11) saat jam istirahat (berkisar antar pukul 09.50-10.20). Beberapa siswa laki-laki kelas 1 bermain lempar-lempar batu ke dalam genangan air di sebelah labor komputer secara bergantian. Ketika ada percikan air mereka tertawa dengan senangnya.
Saat Abizar sedang mengambil batu, temannya Barig sedang mengangkat batu, namun batu yang diangkat Bariq tersebut terjatuh dan mengenai ujung jari telunjuk Abizar yang sedang mengambil batu didalam genangan air, sehingga jari Abizar berdarah.
Teman-teman yang bermain bersama Abizar membawanya ke kantor majelis guru. Melihat jari Abizar berdarah guru kelas (Orbita Suriani) mengikatnya dengan kasa steril dan lansung membawanya ke Pustu bersama mahasiswa PL (Septa Gian).
Setiba di Pustu Bidan (Fani) menyuruh lansung ke Puskesmas. Sampai di puskesmas jari yang luka dibersihkan perawat, kemudian Abizar dirujuk ke RSUD Sijunjung untuk memastikan apakah ada tulang jarinya patah atau tidak. Dari hasil rontgen di RSUD dipastikan tidak ada tulang yang retak atau patah, namun daging/ ototnya harus dijahit. Untuk medapatkan hasil yang lebih baik maka diambil kesimpulan untuk dioperasi oleh dokter bedah.
Kepala sekolah bersama semua guru dan orang tua Bariq semuanya tiba di RSUD untuk membezuk Abizar. Kepala sekolah menyampaikan rasa prihatin dan minta maaf kepada orang tua Abizar atas kejadian yang menimpa siswanya. Esok harinya (Kamis, 14/11/2014) kepala sekolah, seluruh guru, komite sekolah dan orang tua Bariq kembali ke RSUD untuk membezuk Abizar. Kepala sekolah ingin berbicara dengan orang tua Abizar terkait musibah ini, namun Sepertinya saat itu kondisi tidak memungkinkan untuk membahas masalah ini.
Akhirnya kepala sekolah menyampaikan kepada orang tua Abizar bahwa penyelesaian masalah ini akan ditangani komite. Sambil pamit pulang guru kelas 1 menyampaikan bahwa esok hari (Jumat) teman-teman akan membezuk ke rumah, Namun Jumat pagi orang tua Abizar mengrim pesan WA kepada salah seorang guru bahwa Abizar tidak usah dijenguk dulu karena demam.*