JURNALSUMBAR | Pesisir Selatan – Dalam rangka mengevaluasi kelangkaan dan mahalnya harga Elpiji di pasaran, Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan melakukan survei ke lapangan dengan cara menyasar ke sejumlah pangkalan dan pedagang enceran, Selasa (20/3/2018).
Kabag Perekonomian Pemkab Pessel Rosdi, mengatakan bahwa langkah tersebut adalah untuk mengantisipasi kelangkaan Elpiji yang terjadi sejak beberapa bulan terakhir di Pessel.
“Kita akui dari hasil survei lapangan, tim menemukan kenaikan harga pada tabung gas 3 Kg. Kelangkaan dan naiknya harga Elpiji tersebut, telah menyulitkan sejumlah masyarakat, khususnya Ibu-Ibu rumah tangga dan pedagang kuliner,” jelasnya.
Menurutnya, selain kelangkaan gas Elpiji, tim juga menemukan adanya kenaikan harga pada sejumlah harga bahan pokok seperti cabai yang biasa dijual Rp40 ribu per kilo sekarang menjadi Rp60 ribu.
“Benar, banyak kita temukan pengecer menjual di atas Harga Eceran Tertinggi (Het). Terkait kondisi ini, dalam waktu dekat Pemkab Pessel akan menggelar rapat di Padang dengan pihak Pertamina dan sejumlah intansi lainnya untuk mencari solusi,” sebutnya.
Sementara itu, Teti (42) salah satu pedagang di Painan mengatakan, ia mengaku kesulitan untuk mendapatkan gas elpiji bersubsidi tersebut. Akibat kondisi itu, dia pun harus mencari ke agen atau pangkalan lain yang stoknya masih banyak.
“Benar, sudah hampir tiga minggu ini gas elpiji 3 kilogram sulit dicari di kota Painan, sehingga saya harus mencari ke tempat lain. Kalau di pangkalan selalu kehabisan stok, jika ada pun hanya mendapatkan satu tabung saja dan harga mahal,” ungkapnya.
Hal senada dikatakan, Ujang (48) warga Batang Kapas lainnya yang mengaku juga kesulitan mendapatkan gas elpiji 3 kilogram akibat stok di pangkalan habis dan susah di dapat. Dia pun menuding dengan langkanya gas elpiji tersebut, diduga ada permainan sejumlah oknum yang menimbun stok.
“Mungkin ada permainan pangkalan. Palingan juga ditimbun sehingga gas elpiji 3 kilogram menjadi langka dan mahal,” ujarnya dengan nada kesal. Rega Desfinal