Jelajah Desa, Dana Desa Bebaskan Nagari Katiagan dari Keterisoliran

1833
H. Febby Datuk Bangso berbincang dengan masyarakat di atas Jembatan Taluak Batiang Mandiangin, yang dibangun dari dana desa tahun anggaran 2016, saat kunjungan tim Jelajah Desa Kemendes PDTT (KLIKPOSITIF/Cecep Jambak)

JURNAL SUMBAR | Pasaman Barat – Wajah H. Febby Datuk Bangso sumringah. Bagaimana tidak, realisasi dana desa sangat menyentuh persoalan akar rumput.

Salah satunya tampak jelas di Kenagarian Katiagan, Kecamatan Kinali, Kabupaten Pasaman Barat. Kenagarian Katiagan yang bertahun-tahun terisolir, kini mendapatkan kemudahan akses dengan berdirinya sebuah jembatan.

Dengan dana desa tahun anggaran 2016, jembatan sepanjang 180 meter dan lebar 2 meter merubah Kenagarian Katiagan. Satu jorong yakni Jorong Mandiangin yang dulu terisolir, kini sudah terlepas dari sematan gelar itu.

Dengan anggaran Rp280 juta, yang dibangun secara swakelola, jembatan yang menghubungkan Jorong Mandiangin dan Katiagan, kini telah berdiri kokoh. Manfaat besarpun telah dinikmati oleh masyarakat Mandiangin yang berjumlah sekitar 1500 jiwa ini.

“Dulu, sebelum ada jembatan, akses masyarakat ke Jorong Mandiangin bisa sampai sehari semalam. Karena harus menggunakan perahu sampan yang dapat berlayar, harus menunggu naiknya arus pasang teluk dulu,” ungkap Kepala Jorong Mandiangin, Lefdi Siska di sela-sela kunjungan Tim Jelajah Desa (Nagari) silaturahmi nagari dan Ramadan berbagi Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) RI, Minggu 10 Juni 2018.

Lefdi bersyukur, dulu, kata dia, masyarakat antar dua jorong itu tak saling kenal. Walaupun kenal, masyarakat saling memperlihatkan ego masing-masing. “Padahal satu kenagarian, namun sangat sering bertengkar,” ungkapnya.

Pengalaman lain, Lefdi berkisah, dengan kesulitan akses transportasi ada ibu hamil yang sampai melahirkan di atas perahu penyeberangan. “Tak jarang ada ibu hamil berjuang melahirkan di atas perahu. Kalau perahunya tersangkut, ibu hamilnya digotong bersama-sama,” ucapnya.

Tokoh masyarakat Katiagan, Horizon Nangkodorajo, mengatakan, biaya untuk transpotrasi masyarakat jauh lebih ringan, dan jarak tempuh menjadi dekat.

“Namun yang terpenting adalah silaturahmi menjadi semakin erat. Secara ekonomi juga terbantu, dulu seharga hingga Rp 200 ribu. Sekarang, kalau pakai ojek paling kecil Rp 10 hingga Rp 15 ribu,” ungkapnya.

H. Febby Datuk Bangso menambahkan, pembangunan jembatan swakelola, dan memberikan banyak manfaat bagi masyarakat. Tak hanya itu, bahan bangunan seperti pasir dan batu juga didistribusikan pada masyarakat.

“Ini memang salah satu tujuan dana desa. Selain manfaat pembangunan, juga efek ekonomi yang terserap dari pembangunannya. Contohnya, ada 25 orang pekerja yang digaji. Belum lagi material bangunan. Diutamakan materi kepunyaan masyarakat,” pungkas H. Febby Datuk Bangso. (rilis tjd kemendes)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here