JURNAL SUMBAR | Jakarta – Pilkada 2018 yang baru lalu sedikit banyak mampu meredakan ketegangan di tengah masyarakat. Diharapkan suasana saat Pemilu 2019 mendatang akan lebih kondusif.
Hal ini disampaikan praktisi media, Teguh Santosa dalam dialog program Pojok Dot Com di RRI, Rabu pagi (4/7).
Menurut Teguh, Pilkada 2018 memperlihatkan watak asli kompetisi politik yang pragmatis. Apa yang sebelumnya diyakini sebagai nilai dan kepentingan absolut ternyata bisa dinegosiasikan.
“Terlepas dari berbagai analisa yang berkembang mengiringi hasil sementara pilkada serentak yang baru lalu, saya rasa ada peredaan ketegangan politik identitas berbau SARA sisa pemilihan gubernur DKI Jakarta,” ujar pendiri Indonesian Online Media Syndicate (IOMS) itu.
Menurut Teguh, apapun konstelasi yang mungkin terjadi dalam pemilihan presiden tahun depan, dia berharap setelah ini berbagai lembaga survei politik dan juga media tidak memperlakukan pemilihan presiden seperti layaknya arena adu jangkrik.
“Jangan hanya menyoroti aspek kalah dan menang tokoh atau kandidat, seperti mengadu jangkrik. Beri porsi yang cukup untuk membicarakan track record kandidat juga kebijakan dan program yang diusungnya. Sehingga masyarakat punya gambaran mengenai konsekuensi dari pilihan mereka,” sambung Teguh.
Di sisi lain, dia juga mengingatkan anggota masyarakat untuk lebih berhati-hati dalam menyimak informasi.
“Jangan mudah termakan informasi provokatif dan isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan,” demikian Teguh. (rilis/dey)