Tak Hanya Perdesaan, Dana Desa Juga Antisipasi Potensi Kemiskinan di Kota

576

JURNAL SUMBAR | Jakarta – Sekretaris Jenderal Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Sekjen Kemendes PDTT) Anwar Sanusi mengatakan, digulirkannya dana desa tak hanya untuk mengatasi persoalan kemiskinan di desa. Menurutnya, program dana desa juga untuk mengantisipasi potensi peningkatan angka kemiskinan di kota.

Hal tersebut disampaikan usai penandatanganan MoU antara Kemendes PDTT dan PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten di Kantor Kemendes PDTT, Jakarta, Kamis (30/8).

“Potret urbanisasi, data dari statistik, sebanyak 1,2 persen setiap tahun. Sehingga kalau tidak ada intervensi konkret, tahun 2045 kita bisa estimasikan bahwa orang yang akan tinggal di desa hanya tinggal 35 persen,” ujarnya.

Ia mengatakan, masyarakat desa yang melakukan urbanisasi tersebut mengadu nasib ke kota dengan bekal pengetahuan yang minim. Hal tersebut menurutnya, akan berpotensi menambah jumlah angka kemiskinan di kota.

“Menurut saya, dihadirkannya Undang-Undang Desa, kemudian dengan disalurkannya dana desa adalah upaya optimal untuk mengubah potret dan stigma negatif tentang desa. Kita buktikan bahwa desa adalah wilayah penuh harapan. Sehingga yang awalnya orang ingin ke kota, suatu saat justru orang kota yang ingin pergi ke desa,” ujarnya.

Anwar Sanusi mengatakan, jumlah dana desa yang bergulir sejak tahun 2015 tak sedikit, tahun 2015 sebesar Rp20 Triliun, tahun 2016 sebesar Rp46,9 Triliun, Tahun 2017 sebesar Rp60 Triliun, Tahun 2018 sebesar Rp60 Triliun. Rencananya, dana desa tahun 2019 akan meningkat menjadi Rp73 Triliun.

“Tahun depan dana desa akan ditingkatkan menjadi Rp73 Triliun. Dengan begitu, dana desa yang digulirkan selama 5 tahun jumlahnya cukup besar yakni Rp260 Triliun,” ungkapnya.

Ia meyakini, dana desa mampu memberikan perubahan wajah yang konkret bagi desa. Menurut dia, dana desa akan mampu mengubah stigma desa yang dianggap sebagai daerah miskin.

“Suatu saat, (kalimat) wong ndeso (orang desa) akan menjadi atribut yang Prestigious (bergengsi). Kalau sekarang, ‘alah wong ndeso’, suatu saat akan berbaik, ‘alah wong kuto (orang kota),” candanya. humas kemendes

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here