Ikuti Workshop, Guru Sijunjung Ciptakan Sekolah Anak Tanpa Diskriminasi

JURNAL SUMBAR | Sijunjung – Sebanyak 50 orang peserta terdiri dari Lembaga PAUD, Sekolah Dasar (SD) dan Menengah se- Kabupaten Sijunjung ikuti Whorkshop Guru Pembimbing Khusus (GPK) Program Inklusif yang dilaksanakan di Ruang Pertemuan Wisma Keluarga Muaro Sijunjung dari Kamis hingga Sabtu, 8 – 10 November 2018.

Kegiatan yang diselenggarakan oleh Aparatur Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sijunjung itu dibuka secara resmi Kepala Dinas Dikbud Sijunjung Ramler, SH.MM dan dihadiri Instruktur Nasional dari SLB Centre Kota Payakumbuh, Dewi Marza,MPd dan Gantino Habibi MPd SD Al Azhar Bukittinggi serta Narasumber Daerah, Syamsul Bahri, S.Pd.MM ( Ketua Pokja Inklusif Kabupaten Sijunjung), Suhardi,S.Pd (Kepala SLB N Muaro Sijunjung), dan Kasi PAUD, Delvianti Basri, SE.

Kadis Dikbud, Ramler, SH MM, menyampaikan, sesuai Permendiknas No.70 tahun 2009, bahwa pada dasarnya semua anak berhak seluas luasnya untuk mendapatkan pendidikan, tanpa ada diskriminasi, baik ia memiliki kelainan fisik, emosional, mental, dan sosial, atau memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa.

“Kita diharuskan dan bersikap untuk saling menghargai keanekaragaman bagi semua peserta didik, disamping itu sebagai orang yang beragama kita tentu sangat menyadari bahwa setiap orang terlahir ke dunia merupakan karunia Alloh dan Alloh tidak pernah menciptakan segala sesuatu itu dengan tanpa tujuan, dan semua ada hikmahnya,” kata Ramler.

puasa noverma

“Lahirnya Program Pendidikan Inklusif , menurut saya merupakan sebuah jalan menuju surga, sebab dengan program inklusif tidak ada lagi diskriminatif terhadap anak, sebab Sekolah Inklusif adalah sekolah yang menampung semua murid di kelas yang sama, menyediakan program pendidikan yang layak, menantang, yang disesuaikan dengan kemampuan dan kebutuhan setiap murid maupun bantuan dan dukungan yang dapat diberikan oleh para guru, agar anak-anak berhasil sesuai dengan potensi yang ia miliki,” papar Ramler yang juga pernah jadi guru itu.

Walaupun beberapa kebijakan dan kegiatan telah kita lakukan, kata Ranmer, namun masih belum semua sekolah memahami sepenuhnya terhadap penanganan anak berkebutuhan, apalagi
pemahaman masyarakat yang masih rendah.

“Untuk itu pada kesempatan ini kepada semua peserta Worshop saya himbau agar setelah kegiatan ini berakhir semua kita lebih optimal memberikan pengertian kepada teman teman kita dari kalangan guru, masyarakat dan semua pemegang kebijakan lainnya, sehingga pada waktunya tidak ada lagi diskriminasi terhadap anak dengan semboyan, ” SEKOLAH RAMAH ANAK TANPA DISKRIMINASI,” harapnya.

” Nah, untuk itu, ikutilah kegiatan ini dengan baik, disiplin dan berdampak terhadap penyelenggaraan pendidikan daerah kita,” harap Ramler. andri kampai/saptarius

Tinggalkan pesanan

Alamat email anda tidak akan disiarkan.