JURNAL SUMBAR | Sijunjung – Siapa yang tidak kenal rendang? Sajian yang dianugerahi gelar terlezat di dunia ini, ternyata memiliki berbagai jenisnya sendiri di daerah asalnya. Salah satunya adalah rendang daun singkong yang berasal dari Sijunjung, Sumatera Barat. Ternyata, rendang ini sudah mulai mendunia melalui tangan Mya Harma yang memasarkannya dengan nama cuk.bi.
Mya Harma adalah sosok wanita muda kelahiran Tanjung Ampalu, 22 Mei 1990 dengan latar belakang pendidikan
Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen,
Institut Pertanian Bogor yang saat itu tinggal dikediaman Wakil Bupati Sijunjung, Arrival Boy di Bogor, Jawa Barat.
Kini Rendang Daun Singkong
“Cuk, Bi” itu telah mendunia. Konsep Usaha dan Harapan Rendang daun singkong atau biasa dikenal dengan istilah “Cuk, Bi” merupakan makanan khas dari Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat.
Berawal dari tugas mata kuliah kewirausahaan yang memberikan kesempatan untuk menjalankan ide usaha Cuk, Bi agar dikenal oleh masyarakat Indonesia pada umumnya. Makanan ini sudah lumrah ditemui di masyarakat Sijunjung seperti dalam upacara pernikahan ataupun sebagai makanan sehari-hari. Dengan pengemasan yang menarik, sehingga dapat menjadikan cukbi bernilai jual tinggi. Harapannya dengan adanya “Cuk,Bi” ini masyarakat Indonesia ataupun luar negeri dapat mengenal kearifan lokal yang ada di Kabupaten
Sijunjung.
Pasalnya, Produksi dan Pemasaran “Cuk, Bi”Dapur Produksi berada di Tanjung Ampalu, Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat. Perumahan Bogor Raya Permai Blok FC 3 Nomor 7, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor termasuk sebagai Kantor Pemasarannya.
“Ini usaho “Cuk, Bi”yang dulu dirumah Bogor dan lalu di kembangkan dek mahasiswa IPB termasuk dalamnya Mya Harma. Lalu Izin-izin usahanya pun diurus yang kemudian dapur usahanya beralamat dirumah kita di Bogor. Artinyo, banyak yang bisa dibueknyo untuk Sijunjung kalau kita mau,”ucap Arrival Boy, pada awak media, Minggu (28/4/2019).
“Secara umum orang tahunya rendang itu masakan Minang, dan rendang khas dengan daging sapi. Padahal, kalau ditinjau ke Sumatera Barat langsung, setiap daerah punya rendang khas selain daging sapi. Misalnya, Sijunjung dengan khas rendang daun singkong,” ungkap Mya Harma, founder cuk.bi seperti dilansir Liputan6 kaka itu.
Mya bercerita, sebagai anak kos, ia sering dikirimkan makanan oleh ibunya. Rendang daun singkong ternyata paling sering dikirimkan karena daya tahannya yang lama. Ternyata, teman-teman satu kos juga senang, bahkan mereka menunggu kiriman rendang daun singkong kalau sudah habis.
Setelah kejadian tersebut, Mya akhirnya bertekad untuk menjadikan rendang daun singkong sebagai kuliner khas Sijunjung. Didorong oleh teman-temannya yang sangat menggemari rendang, akhirnya Mya ingin mewujudkan rendang daun singkong sebagai ide bisnis. Peluang ini juga tampak makin besar dengan banyaknya orang yang menyukai sajian ini.
Motivasi Awal
Setelah menamatkan pendidikan di Program Diploma IPB, barulah ia mendapatkan kesempatan mewujudkan idenya ketika semester 4 di Program Alih Jenis Agribisnis IPB. Saat itu, prototipe cuk.bi diajukan dalam tugas mata kuliah praktik kewirausahaan, yang harus mewujudkan ide bisnis agar mampu dijalankan. Respons dosen ternyata sangat positif, dan produk ini berhasil terpilih menjadi produk bisnis terbaik praktik kewirausahaan tahun 2015.
“Dosen konsultan dan dosen agribisnis lainnya menyarankan usaha cuk.bi untuk tetap dilanjutkan. Tahun 2016 alhamdulillah terpilih dalam Penumbuhan Wirausaha Muda Pertanian kerja sama Kementerian Pertanian dengan IPB,” ujar Mya.
Ternyata usaha ini tidak mudah dijalani saat pertama kali diwujudkan. Karena untuk daun singkong yang digunakan dalam produk cuk.bi, tidak tersedia banyak di Kota Bogor. Sehingga hasil rendang daun singkong akhirnya menggumpal dan hancur.
Siap Mendunia
Tanpa daging, rendang daun singkong asal Sijunjung, Sumatera Barat ini siap mendunia. Inilah Rendang Cuk.bi.
Akhirnya setelah enam bulan penelitian dan uji coba produk, barulah daun yang tepat ditemukan. Daun singkong mentega menjadi yang paling cocok digunakan dan hanya satu orang yang menjual produk ini. Barulah produksi besar bisa dilakukan pada akhir 2016 hingga saat ini.
“Dapur produksi sendiri sekarang ada di Bogor, dan saat ini sedang berusaha untuk membuat dapur produksi di Sijunjung. Rencananya akan ada produksi sekaligus packing,” ungkap Mya.
Ternyata tidak main-main, rendang daun singkong yang dulu hanya dikenal di Tanjung Ampalu, Sijunjung, kini sudah mendunia. Mya bercerita rendang cuk.bi ini sudah dibawa teman-teman dan dosennya ke Thailand, Mesir, hingga Belanda. Sedangkan di Indonesia sendiri, sudah menjangkau kota besar di Indonesia.
“Saya mau membuktikan bahwa makanan yang sering jadi bahan ledekan oleh masyarakat asli, ternyata bisa jadi menjanjikan. Ternyata masyarakat luar malah menyukai dan saya berharap bisa menjadi ikon dari Kabupaten Sijunjung,” ujar Mya.
Kini produk cuk.bi sendiri memiliki tiga rasa berbeda, yaitu yang original, pedas, dan rasa petai. Adapun favorit orang-orang adalah rasa pedas, yang memiliki cita rasa menggigit ketika dimakan. Satu bungkus cuk.bi dibanderol mulai dari Rp 20 ribu hingga Rp 25 ribu saja. Apakah Anda berminat mencobanya? saptarius