JURNAL SUMBAR | Dharmasraya – Tikar seadanya nampak digelar di atas puing puing rumah sisa kebakaran. Beberapa botol minuman air tawar dan dua piring jeruk terletak di atasnya. Duduk seorang nenek berusia 68 tahun bernama Nurma dan sejumlah terangganya. Raut mukanya datar tanpa ekspresi. Si nenek rupanya sedang menunggu Bupati Dharmasraya Sutan Riska Tuanku Kerajaan yang berjanji akan datang ke rumahnya.
Baru setengah jam si nenek menunggu, Tuan Luak Dharmasraya itu datang memenuhi janjinya. Dia didampingi Kepala Dinas Sosial P3APPKB Bobby Perdana Riza, S.STP., M.Si., Ketua BAZNAS H. Abdul Gani, SH, dan Kepala Bank Nagari Cabang Pulau Punjung Alber Junaedi, Kepala Dinas PUPR Junaedi Yunus dan Kabag Humas Budi Waluyo. Begitu datang, Bupati Sutan Riska langsung menyalami dan memeluk si nenek.
“Saya turut berempati atas musibah yang nenek alami. Semoga ada hikmah dibalik peristiwa ini,” begitu kata Sutan Riska sambil memegang erat tangan si nenek. Tidak ada kata kata yang keluar dari mulut si nenek, kecuali tatapan hati yang demikian mendalam. Si nenek terpaku melihat kedatangan bupati yang masih muda dan gagah bersama para staf yang mendampinginya. Baru pertama si nenek berjabat tangan dengan para pembesar kabupten.
Kepala Dinas SosP3APPKB, Bobby Perdana Riza melaporkan, bahwa Nenek Norma merupakan korban kebakaran yang terjadi pada 22 September silam. Tidak ada yang bisa diselamatkan. Rumah, sepeda dan bahkan buku tabungan Lansia miliknya juga ikut dilalap si jago merah. “Cuma pakaian di badan yang bisa diselamatkan Pak Bupati,” jelas Bobby.
Selanjutnya bupati menyerahkan bantuan, berupa vocer uang Rp 20 juta. “Iko dari pemerintah daerah,” katanya. Kemudian bupati juga menyerahkan uang tunai dari Baznas sebesar Rp 8 juta. Terakhir orang nomor wahid di Dharmasraya itu menyerahkan Sembako bantuan dari Bank Nagari Cabang Pulau Punjung. “Ko ado bareh, mie instan, minyak goreng bagai,” imbuh bupati.
Usai menyerahkan berbagai bantuan, bupati bersama para pembesar pamitan untuk melanjutkan perjalanan. “Kito pamit dulu Nek, masih ado kegiatan lain nan harus ambo hadiri,” kata bupati. Sebelum melepas anak muda itu, si nenek kembali menawarkan untuk duduk dan minum. “Biarlah wak baok se,” kata bupati sambil mengambil minuman tawar yang disuguhkan si nenek.humas
editor;saptarius