Puncak Festival Pemalayu Bakal Dihelat di Dharmasraya

Jurnal Sumbar

JURNAL SUMBAR | Dharmasraya – Nama Kabupaten Dharmasraya yang makin besar dan makin disegani dalam kancah Sumatera Barat dan Nasional, belakangan tercabik cabik akibat isu pelarangan ibadat natal yang sengaja dihembuskan oleh pihak yang tidak bertanggungjawab. Warga Dharmasraya yang punya sejarah panjang dan besar disentakkan dengan viralnya tudingan sebagai masyarakat intoleran. Tentu ini sangat melukai warga Kabupaten Dharmasraya.

Dalam sejarahnya, warga Kabupaten Dharmasraya dikenal sebagai warga yang suka damai, bisa hidup berdampingan selama bertahun tahun dengan yang berbeda etnis dan agama. Itulah sebabnya, begitu datang badai isu Sara menimpa, banyak warga yang mengurut dada. Mereka menangis dalam hati, dimana masih ada orang yang tega membuat ketenangan di kabupaten yang penduduknya multi etnis dan multi agama terusik kehidupannya. “Sesungguhnya kami menangis dalam hati menghadapi isu Sara ini,” kata Ketua LKAAM Kabupaten Dharmasraya H. Abdul Haris Tuanku Sati.

Bupati Dharmasraya, Sutan Riska Tuanku Kerajaan mengajak warga Kabupaten Dharmasraya untuk tidak berlarut larut dalam suasana sedih, dongkol dan konyol akibat isu Sara yang sengaja dihembuskan oleh kelompok anti perdamaian. Warga Kabupaten Dharmasraya harus segera bangkit dan berbenah. Salah satunya dengan mensukseskan Festival Pamalayu. “Mari kita tunjukkan bahwasannya kita ini masyarakat yang berbudaya, kita ini besar dan punya sejarah panjang,” kata Bupati Sutan Riska Tuanku Kerajaan saat memberi pengarahan pada acara pengukuhan pengurus PWI Kabupaten Dharmasraya kemarin.

Rajo Koto Besar itu menjelaskan, melalui Festival Pamalayu, Dharmasraya akan menunjukkan diri sebagai masyarakat yang punya budaya luhur, budaya yang mengajarkan bersyukur dan berterima kasih, budaya yang mengajarkan kepedulian terhadap lingkungan dan budaya yang membuat Indonesia bersatu. “Saya kira ini momentum yang pas untuk menyatakan kepada Indonesia bahwa kita adalah masyarakat berbudaya, cinta damai, toleran dan saling menghargai,” kata Sutan Riska.

PERANTAU SIJUNJUNG

Oleh karena itu, Sutan Riska mengajak seluruh warga Kabupaten Dharmasraya untuk ikut serta mensukseskan Festival Pamalayu yang dipusatkan di candi Padang Roco. “Ajak anak anak kita, ajak saudara saudara kita dari kabupaten lain untuk datang dan menyaksikan puncak Festival Pamalayu di Padang Roco,” kata bupati termuda Indonesia ini.

Kabag Humas Setda Kabupaten Dharmasraya Budi Waluyo menjelaskan, puncak Festival Pamalayu akan diisi dengan berbagai kegiatan, antara lain pameran artefak kuno, jalan santai, penampilan kesenian Jawa, Minangkabau, Sunda dan Batak, teater kolosal, seminar PDRI dan ada juga karnaval budaya. “Siang dan malam hari selama tujuh hari tujuh malam ada kegiatan yang layak kita tonton dan kita nikmati keseruannya,” Imbuh Budi.

Oleh karena itu, Budi mengharapkan, agar warga Kabupaten Dharmasraya tidak melewatkan waktunya untuk menikmati tampilan budaya dan tradisi daerahnya. Semua bisa datang ke komplek Candi Padang Roco dan menikmati betapa besar dan indahnya tradisi dan budaya serta keatifan lokal dari kehidupan rakyat Dharmasraya. Justeru itu, akan rugi jika warga Kabupaten Dharmasraya tidak datang ke Padang Roco.

Selain dapat menyaksikan aneka penampilan tradisi daerah, masyarakat juga bisa mendapatkan hadiah doorprize dari panitia. Seperti acara jalan santai, panitia akan menghimpun hadiah yang akan dibagikan kepada masyarakat. “Pak Bupati mentargetkan hadiah utama jalan santai adalah mobil. Mudah mudahan apa yang beliau inginkan bisa terkabul,” kata Budi.

Komplek candi Padang Roco berada di Nagari Suguntur. Untuk mencapai kawasan tersebut, dapat melalui tiga jalur. Pertama melalui jalur lintas sumatra masuk melalui simpang samping rumah dinas bupati Dharmasraya, bisa juga masuk melalui gang di sebelah RSUD Sungai Dareh atau melalui sippang depan pasar Pulau Punjung. Kedua bisa melalui jalur Timpeh melewati jalan baru Bukit Lantak yang pemandangannya indah dan juga bisa melalui jalur Siguntur dengan menyeberangi sungai Batanghari.humas
editor; saptarius

Tinggalkan pesanan

Alamat email anda tidak akan disiarkan.