JURNAL SUMBAR | Kambang — Pada akhir pekan, Minggu 19 Juli lalu, komunitas Lengayang Bike Club (LBC) gowes ke monumen tugu uang, tanda sejarah pusat percetakan uang di Kampung Koto Pulai, Nagari Kambang Timur, Kecamatan Lengayang, Kabupaten Pesisir Selatan-Sumatera Barat. Sebagai warga Lengayang, LBC peduli dengan bekas jejak yang bersejarah.
“Menelusuri jejak yang bersejarah di masa lalu atau napaktilas memang menjadi penelusuran kami akhir pekan ini. Ternyata disamping bersepeda untuk kebugaran kami pun juga mencoba jejak-jejak bersejarah di Lengayang,” ujar Rozi Kaveri, pegiat LBC, Senin (20/7/2020).
Ia menjelaskan , usai start didepan kantor Telkom Kambang jam 07.00 wib berangkat menuju Koto Pulai, sesampai di Koto Baru istirahat sejenak sambil sarapan pagi dan melanjutkan perjalanan menuju Kota Pulai.
Menurut Rozi, dalam perjalanan menuju monumen tugu uang ini terletak di gerbang masuk Kampung Koto Pulai yang berbatasan langsung dengan Kampung Koto Kandis, Nagari Kambang Timur. Berjarak sekitar 16 kilometer dari pusat Kecamatan Lengayang, tugu ini dibangun pada tahun 2004 lalu, ketikan dipendakian jembatan Kalumpang gowes LBC belok kanan menuju arah SMA Negeri 3 Lengayang, sekedar mencari sedikit jalur ekstrim, pendakian yang lumayan terjal dan penurunan sedikit curam.
“Jalan alternatif itu diinisiasi Zainal Sikumbang sewaktu beliau menjabat Wali Nagari kambang sebelum pemekaran, namun sayangnya pemerintahan nagari tidak bisa melanjutkan apa yang sudah beliau rintis, sebenarnya jalan tersebut merupakan jalan alternatif dari tampunik ke SMA negeri 3 Lengayang,” terangnya.
Dari rute itu, dikatakannya gowesnya menuruni bukit yang lumayan licin sampai di Tampunik, lebih kurang 10 menit perjalanan gowes LBC ini sampai Bendungan Irigasi Koto Kandis.
Dengan sedikit kelelahan mengayuh sepeda terutama bagi pemula sampai di Kampung Koto Pulai, daerah yang sangat bersejarah, yaitu yg pertama sejarah nenek moyang turun dari Muaro Labuah ke Koto Pulai untuk memperluas wilayah.
Kampung Koto Pulai ini, lokasi monumen tiga pantung pejuang dengan ukiran mata uang Rp25 dan Rp50 serta ukiran tulisan yang menandakan sejarah itu pernah ada. Tugu monumen ini diperkirakan memiliki tinggi 4 meter dan lebar 1,5 meter diatas tanah seluas 15 meter persegi berlantai keramik dengan hamparan bukit. (Agusmardi)