Bupati Limapuluh Kota Safaruddin berdialog dengan supir pengangkut daun gambir. (foto:ist/ klikpositif.com)
JURNALSUMBAR|Limapuluh Kota – Menyusul semakin membaiknya harga gambir di pasaran, makin menyurutkan animo para petani di Kabupaten Limapuluh Kota, Provinsi Sumatera Barat (Sumbar), untuk alih komoditas, termasuk ke kelapa sawit.
“Belum kepikir (pindah ke sawit),” ujar Edy, 43, seorang petani gambir di Nagari Koto Alam, Kecamatan Pangkalan Koto Baru, Kabupaten Limapuluh Kota, Minggu (21/4/2024) kepada Evi Endri dari Jurnalsumbar.Com di Limapuluh Kota.
Dikatakan Edy, dengan nilai jual gambir sekarang yang mencapai Rp40.000/kg di tingkat pedagang pengumpul, seorang kuli kasar di perkebunan gambir bisa mendapatkan upah setidaknya Rp1 juta/pekan.
“Coba, dalam kondisi saat ini, kerja kuli apa yang bisa mendatangkan penghasilan sebanyak itu?” ujar Edy, bertanya.
Iril, 44, petani pemilik ladang gambir di nagari yang sama, mengakui harga jual gambir di pasaran terus menunjukkan gejala yang menggembirakan.
“Seperti ada harapan,” ungkap Iril, sambil mengilas-balik masa kejayaan gambir, yang pernah menyentuh angka Rp125.000/kg.
Sependapat dengan Edy, Iril lebih memilih bertahan dengan komoditas gambir, dan menjalani semua dinamika yang terjadi, daripada alih komoditas yang hasilnya belum tentu seperti yang diharapkan.
Pantauan di lapangan, sejak beberapa waktu belakangan nilai jual gambir terus membaik. Kalau sebelumnya jarang melewati angka Rp20.000/kg, belakangan pergerakan harganya sudah di atas Rp40.000/kg.
Selain yang diolah di rumah-rumah produksi, petani pemilik ladang juga bisa menjual daun gambir ke sejumlah perusahaan pengolah gambir yang beroperasi di daerah itu. Nilai jualnya cukup tinggi, mencapai Rp3.500/kg.
Kabupaten Limapuluh Kota merupakan salah satu daerah sentra gambir di Sumbar, selain Kabupaten Pesisir Selatan. Gambir dari daerah ini sebagian besar diekspor ke India, dan sejumlah negara lainnya di kawasan Asia Selatan.
Karena gambir merupakan komoditas perkebunan yang sudah diwarisi turun-temurun, Bupati Limapuluh Kota Safaruddin Dt. Bandaro Rajo mengakui sulit bagi masyarakatnya untuk beralih ke komoditas lain.
Termasuk ke kelapa sawit. “Apalagi harga sawit kan juga fluktuatif, sama halnya dengan gambir,” kata Bupati Safar, beberapa waktu lalu.
Bupati Safar juga mengakui, selama menjabat Bupati Limapuluh Kota ia hanya sekali didatangi calon investor yang akan menanamkan modalnya dalam usaha perkebunan sawit di daerah itu.
“Topografi lahan di daerah kita tidak mungkin melakukan budidaya tanaman kelapa sawit dalam skala besar,” jelas mantan anggota DPRD Sumbar itu. ombak