Silaturahmi dengan Warga Lengayang, Epyardi Disambut Meriah

JURNAL SUMBAR | Padang – Epyardi Asda makin terkenal sebagai bakal calon Gubernur Sumbar. Meski ia Bupati Solok, namanya dikenal hingga ke Lengayang, Pesisir Selatan, kecamatan yang penduduknya terbanyak di kabupaten tersebut. Karena itu, sewaktu menghadiri halalbihalal dan silaturahmi Ikatan Keluarga Warga Lengayang (Ikwal) di Padang, Sabtu (4/5/2024), ia disambut warga ratusan warga Lengayang secara antusias dan meriah.

Dalam kegiatan itu Epyardi bernyanyi dan bergoyang bersama warga Lengayang. Di sana ia jga berjumpa dengan sahabatnya, Hendrajoni, Bupati Pesisir Selatan 2016–2021, yang ikut bernyanyi dan bergoyang dengan Epyardi diiringi musik orgen.

Kepada warga Lengayang, Epyardi menceritakan kisah hidupnya agar dikenal lebih jauh. Ia bercerita bahwa ia lahir dari keluarga miskin, kuliah Pendidikan Perwira Pelayaran Besar di Semarang, bekerja sebagai kapten kapal di Singapura sebelas tahun, bekerja dan mendirikan perusahaan di Tanjung Priok, lalu menjadi anggota DPR tiga periode dan menjadi bupati. Karakternya yang keras dan tegas, kata Epyardi, dibentuk oleh kehidupannya yang keras sejak kecil hingga dewasa. Hal tersebut mempengaruhi gaya kepemimpinannya sebagai bupati.

“Inilah saya apa adanya. Gaya kepemimpinan boleh apa saja. Yang penting adalah output (hasil) kepemimpinan untuk masyarakat,” ujarnya Bupati Solok tersebut.

Gaya kepemimpinannya yang tegas, kata Epyardi, membuat Kabupaten Solok maju secara ekonomi karena, salah satunya, pariwisatanya maju. Pada Lebaran 2024 angka kunjungan wisatawan ke kabupaten tersebut terbanyak di Sumbar, yaitu 1,3 juta orang.

“Saya menjadi bupati bukan untuk mencari uang. Gaji saya saja (sebagai bupati) saya sumbangkan kepada orang miskin. Saya menjadi bupati karena ingin mengabdi untuk kampung halaman,” tutur politikus Partai Amanat Nasional itu.

Dalam kegiatan itu Epyardi menyatakan kepada warga Lengayang untuk maju sebagai calon gubernur untuk memajukan Sumbar hingga menjadi provinsi terbaik di Sumatera. Ia lantas meminta dukungan dan doa dari warga Lengayang.

“Silakan nilai siapa diri saya. Kalau menurut Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu saya layak memimpin Sumbar, mari kita bersama-sama membangun Sumbar. Kalau tidak layak, haramkan memilih saya,” katanya.

Epi

Warga Lengayang begitu antusias mendengarkan cerita Epyardi. Mereka mengangguk-angguk ketika memahami apa yang disampaikan Epyardi, tertawa ketika cerita Epyardi lucu, dan bertepuk tangan saat kagum dengan cerita Epyardi.

Hendrajoni mengatakan bahwa ia suka terhadap gaya kepemimpinan Epyardi yang tegas. Katanya, gaya kepemimpinannya sewaktu menjadi Bupati Pesisir Selatan dulu lebih kurang sama dengan Epyardi.

“Saya tadi makan di restoran membicarakan Pak Epyardi saja. Saya mendukung Pak Epyardi karena benar-benar tegas, berani. Kata orang Pak Epyardi pemarah. Gak ada pemarah. Kalau melanggar aturan, ‘digigit’ oleh beliau. Sama dengan saya, Pak,” ujar Hendrajoni.

Ia lalu menceritakan enam kriteria yang harus dimiliki pemimpin menurut Buya Syafi’i Maarif, yang bertemu dengannya di sebuah bandara. Pertama, pemimpin harus berani. Kedua, pemimpin harus tegas dalam menegakkan aturan. Ketiga, pemimpin harus punya jiwa sosial yang tinggi.

“Setelah pemimpin terpilih, lihatlah rakyat yang menderita. Perjuangkan mereka supaya hidup layak dan sejahtera,” ucap Hendrajoni.

Keempat, pemimpin harus pekerja keras. Kelima, pemimpin harus punya jiwa membangun.

“Kalau pemimpin tidak punya jiwa membangun, tidak bisa maju negeri ini. APBD tidak cukup untuk membangun. Tugas pemimpin bagaimana mencari uang untuk membangun,” tutur Hendrajoni.

Terakhir, pemimpin harus punya hubungan dengan pemerintah pusat. Hendrajoni mengatakan bahwa hal itu kunci menjadi pemimpin untuk membangun daerah.

“Kalau tak ada hubungan dengan pemerintah pusat, jangan harap maju negeri ini,” ucapnya. (HA)

Tinggalkan pesanan

Alamat email anda tidak akan disiarkan.