JURNAL SUMBAR | Padang – Pendapatan asli daerah (PAD) dan dana alokasi khusus (DAK) Kabupaten Solok di bawah kepemimpinan Epyardi Asda naik tiap tahun. Puspa Indah Armydea, juru bicara (jubir) muda calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sumbar, Epyardi-Ekos, menyebut bahwa capaian tersebut terjadi berkat kepala daerahnya jujur dan cerdas.
Berdasarkan data dari Badan Keuangan Daerah Kabupaten Solok, PAD daerah itu pada 2020 sebanyak Rp70,57 miliar Pada 2021, tahun pertama Epyardi menjadi bupati, PAD merangkak naik menjadi Rp75,85 miliar lalu naik lagi pada 2022 menjadi Rp86,83 miliar terus naik pada 2023 menjadi Rp91,98 miliar. Data terbaru, per 30 September, PAD pada 2024 naik menjadi Rp111,30 miliar.
Sektor terbesar penyumbang PAD Kabupaten Solok pada 2024 ialah retribusi daerah (Rp52,25 miliar), kemudian pajak daerah (Rp39,95 miliar), lalu lain-lain PAD yang sah (Rp10,68 miliar), dan hasil pengolahan kekayaan daerah yang dipisahkan (Rp8,4 miliar).
Berdasarkan data dari institusi yang sama, DAK Kabupaten Solok pada 2020 sebesar Rp190,93 miliar. Di bawah kepemimpinan Epyardi, DAK 2021 naik menjadi Rp231,83 miliar, lalu naik pada 2022 menjadi Rp267,76 miliar, terus naik pada 2023 menjadi Rp293,88 miliar, dan pada 2024 Rp330,27 miliar.
Kenaikan signifikan terjadi pada DAK fisik (untuk pembangunan fisik), yaitu Rp45,93 miliar pada 2020 menjadi Rp84,87 miliar pada 2021, naik menjadi Rp97,89 miliar pada 2022, kemudian pada 2023 angkanya sebesar Rp79,48 miliar Pada 2024 Kabupaten Solok mendapatkan Rp107,59 miliar, yang merupakan PAD terbesar di Sumbar pada 2024.
Jubir muda Epyardi-Ekos, Puspa Indah Armydea, mengatakan bahwa PAD diperoleh dari menggali potensi daerah, sedangkan DAK didapatkan dari pemerintah pusat. Menurutnya, naiknya PAD Kabupaten Solok tiap tahun terjadi karena Epyardi berhasil menggali potensi-potensi daerah, sedangkan naiknya DAK daerah tersebut tiap tahun terjadi lantaran Epyardi piawai dalam melobi pos-pos dana APBN di pusat.
“Dibutuhkan kecerdasan kepala daerah untuk melihat dan menggali potensi-potensi daerah dan membawa dana dari pusat. Bukan hal yang mengherankan Pak Epyardi bisa melakukan hal itu karena beliau pernah menjadi koordinator badan anggaran di DPR RI. Beliau memang punya banyak jaringan di pusat sehingga tahu pos-pos dana dan tahu cara mendapatkannya,” tutur influencer media sosial tersebut.
Jika PAD dan DAK bertambah, kata Puspa, bertambah pula APBD. Jika APBD suatu daerah besar, katanya lagi, dana itu dapat digunakan untuk berbagai keperluan, seperti melakukan pembangunan, memperbaiki jalan, membayar pegawai kontrak, dan membiayai beasiswa untuk putra-putri daerah.
Hal yang lebih penting dari naiknya PAD dan DAK, kata Puspa, ialah tidak dikorupsinya dana itu. Ia menyebut bahwa Epyardi tidak pernah diberitakan terlibat dalam kasus korupsi apa pun dan jauh dari lingkaran korupsi.
“Kepala daerah yang tidak korupsi adalah kepala daerah yang jujur dalam bekerja. Pak Epyardi orang jujur. Tujuannya jadi bupati ialah untuk membenahi Kabupaten Solok, kampung halamannya. Pak Epyardi jadi bupati bukan untuk mencari uang karena uangnya sudah lebih daripada cukup,” ucapnya.
Puspa menambahkan bahwa Sumbar membutuhkan pemimpin cerdas seperti Epyardi agar bisa menambah PAD dan DAK provinsi sehingga APBD Sumbar bertambah besar. Selain itu, kata Puspa, Sumbar memerlukan pemimpin jujur seperti Epyardi, yang jauh dari kasus korupsi, agar dana APBD tidak dicuri. (Adib)