Jaho, Nagari Tokoh

Oleh Yulizal Yunus

Nagari Jaho dikenal melalui nama besar ulama Syekh Jamil Jaho (1875-1945). Ia salah seorang ulama pendiri Tarbiyah Islamiyah namun dengan karakter moderasinya ia pula yang mendirikan Muhammadiyah di Padang Panjang. Saksi kebesaran ulama pembaharu pendidik Islam ini masih dapat dilihat pada eksistensi MTI Jaho (Yulizal Yunus, Fikir.Id 19 Agt 2024).

Selain ulama besar Syekh Muhammad Jamil. Jaho banyak melahirkan tokoh di antaranya punya nama besar, mantan Gubernur Sumatera Barat, Ketua Umum LKAAM Sumatera Barat (1987-1997) dan pernah menjadi Menteri Negara Agraria RI (1998-199) ialah Hasan Basri Durin Dt. Rangkayo Mulia Nan Kuniang (1935-1916). Tokoh lainya Nawawi Satha mantan Kakan Sospol berpengaruh dan bergengsi di masanya. Tokoh lainnya antara lain Prof. Rahmat Syahni, Masdar Saisa, Mansurdin Arma, Prof. Azhar Januis, Prof Diana K lainnya.

Penilaian Pengimplementasi ABS SBK

Tahun 2024 ini sebelumnya, Organisasi Adat Nagari Jaho yakni “KAN” dinyatakan terpilih sebagai KAN terbaik No.1 di Tingkat Provinsi Sumatera Barat, setelah dinilai 19 Agustus 2024 oleh Tim Provinsi Sumatera Barat. Tim Penilai KAN Tingkat Provinsi itu ialah Amriman (Sekretaris Dinas PMD sebagai Ketua) dengan anggota Prof. Dr. Raudha Thaib, Quartita Evari Hamdiana, Yuzirwan Rasyid Dt. Gajah Tongga, YY Dt Rajo Bagindo, Zaitul Ikhlas Saad Rajo Intan, Akral Sinaro Mangkuto, Romlus dengan staf lainnya dari DPMD Provinsi Sumatera Barat. Tim disambut Bupati Tanah Datar diwakili Kadisbud Abdurrahman Hadi. Hadir Wali Nagari Junaidi Dt Tambijo, Ketua KAN Erizal Dt. Pandak serta 37 Penghulu Andiko didampingi struktur Penghulu: Condong ka Panungkek Lamah Ka Panuah dan Tuo Kampuang serta masyarakat adat lainnya. Mereka baralek gadang menyambut tim provinsi, meriah.

Tahun 2024 ini juga, Nagari Jaho kembali mendapat kesempatan dinilai Tim Provinsi Sumatera Barat. Adalah dalam Pernilaian Nagari Pengimplementasi Adat Basandi Syara’ Syara’ Basandi Kitabullah (ABS SBK) Provinsi Sumatra Barat Tahun 2024. Justru Nagari Jaho kembali diajukan Pemerintah Kabupaten Tanah Datar sebagai Nagari Terbaik untuk dinilai sebagai pengimplementasi ABS SBK.

Tim Penilai adalah Dinas Kebudayaan Provinsi Sumatera Barat turun ke Nagari Jaho, Selasa 3 Desember 2024. Mereka dari unsur cadik pandai – intelektual akademisi, ulama dan pemangku adat, ialah Prof. Dr. Nursyirwan Effendi, Dr. Hasanudin Yunus Dt. Tan Patiah, MSi, Buya Dr. Gusrizal Gazahar Dt. Palimo Basa, Buya Mas’ud Abidin Jabbar, Prof. Dr. Rudha Thaib dan YY Dt. Rajo Bagindo. Rombongan Tim dipimpim Kepala Dinas Kebudayaan Dr. Jefrinal Arifin, SH, MSi diwakili Kabid Jaranitra Disbud Provinsi Sumatera Barat Fadhli Junaidi, SSTP.

Aspek yang dinilai pada Nagari Jaho sebagai nagari implementasi ABS SBK ada 8 perspektif adat “undang nagari” dan “undang dalam nagari”. Delapan perspektif itu: (1) Bakorong bakampuang, (2) Basuku banagari, (3) Balabuah batupian, (4) Basawah ba ladang, (5) Babalai bamusajik, (6) Bahuma babendang, (7) Bahalaman bapamedanan, (8) Bapandam bapakuburan/ bapusaro.

Perspektif Pemerintahan NKRI

Dari perspektif pemerintahan NKRI, Nagari Jaho dipimpin oleh Wali Nagari Junaidi Dt Tambijo (pemerintah) dengan DPRN Ketua Azwarnel.

Luas Nagari Jaho 6,40 km² dengan penduduk 1.105 jiwa (2017) dengan 284 KK/ Rumah Tangga. Wilayah pemerintahan terdiri dari Jorong Hilia dan Jorong Mudik.

Orbitasi Nagari Jaho ini terletak pada dataran tinggi ketinggian 690 meter di atas permukaan laut dan berjarak 74,6 km dari Kota Padang ibu Kota Provinsi Sumatera Barat. Sekitar 7 km ke ibu kota Kecamatan Panyalaian dan 32 km dari Batusangkar ibu kota Kabupaten Tanah Datar.

Batas Nagari secara pemerintahan, sebelah utara Nagari Gunung, sebelah selatan Nagari Tambangan, sebelah timur Nagari Batipuah Baruah dan sebelah barat Kabupaten Padang Pariaman. Sedangkan batas adat adalah alam, bukit, sungai dan atau kayu. Hutan lindung adalah ulayat sebagai harta cadangan anak nagari.

Perspektif Adat dan Monografi Toponimik

Secara toponimi linguistik dalam monografi Nagari Jaho ini, terambil dari kata tanaman Jahe yang kemudian berubah menjadi Jaho. Ada juga asalnya dari perspektif jarak, “jauh dan jauh” kemudian berubah menjadi Jaho (Erizal Dt.Pandak, 2024).

Asal usul Masyarakat Hukum Adat Nagari Jaho, berasal dari Batipuah abad 17. Mereka merantau (imigrasi) semula berangkat dari Batipuah 12 suku. Katika ninik ini berada di kawasan wilayah Subang Anak, ada 1 orang ninik kehilangan “Subang Anak”, lalu dicarinya dan tak balik-balik, maka kawasan itu bernama Jorong Subang Anak terletak di Batipuah Baruah. Jadi Ninik 12 tadi menjadi 11 lagi. Kemudian 5 suku/ ninik langsung ke Nagari Jaho dan 6 sampai ke Nagari Tambangan.

Sebagai Nagari, Jaho mempunyai kelembagaan adat terdiri dari: (1) Limbago Penghulu Nagari dipimpin 37 Penghulu Andiko dibantu perangkat adat di setiap suku yakni “Condong Ka Pungek Lamah Ka Panuah” dan “Tuo Kampuang”. (2) Organisasi Adat Nagari yakni Kerapatan Adat Nagari (KAN) Jaho. KAN didirikan1965 atas kesepakatan 37 Penghulu Andiko dan perangkatnya “Condong ka Panungkek” dan “Tuo Kampuang”. Kembali dikukuhkan dengan didasari Perdaprov Sumatera Barat No. 13/ 1983 tentang Nagari.

Limbago Penghulu mempunyai struktur, dari perspektif peradilan adat, berjenjang naik dan bertangga turun. Jenjang dimulai dari Kaum, Barek Sapikua, Pasukuan dan Kerapatan Adat Nagari. Dalam pasukuan, struktur limbagonya adalah Rumah Tanggo, Paruik, Kaum dan suku. Struktu jabatan limbago penghulu andiko di kaumnya adalah penghulu andiko “ko condong ka panungkek” dan “Tuo Kampung”.

Organisasi Adat “KAN” Jaho mempunyai Kantor yang representatif mempasilitasi persidangan musyawarah Limbago Penghulu Nagari 37 Penghulu Andiko dan persidangan Kerapatan Adat yang merupakan forum perwakilan tertinggi dalam menyelesaikan sengketa adat setelah sengketa tidak selesai pada tingkat Limbago Penghulu Nagari 37 Penghulu Andiko.

Para penghulu dan perangkatkanya Condong ka Panungkek dan Tuo Kampung serta 111 ninik mamak datuk-datuk pada setiap suku serta Mande Sako sebagai Bundo Kanduang memiliki SDM yang cukup lumayan baik. Kata Ketua KAN Jaho Erizal Dt. Pandak, Ninik mamak ini berbasis pada 5 suku yakni suku Koto, suku Guci, suku Pisang, suku Sikumbang dan suku Panyalai. Setiap suku ada struktur urang 4 jinih (U4J) dan urang jinih nan 4 (UJ4). Urang 4 Jinih: Penghulu, Manti, Malim, Dubalang. Urang Jinih Nan 4 koordinasi Malim ialah: Imam, Katik, Bila, Qadhi.

Resort Adat – Syara’

Jaho sebagai Nagari, merupakan resort, menarik untuk dikunjungi, melihat suasana nagai yang kaya dengan pengalaman upacara adat kelarasan bodi caniago dan pertunjukan budaya dan agama. Aman dari narkoba, tawuran, LGBT dan penyakit masyarakat lainnya. Justru Dubalang berfungsi bersama aparat keamanan dan ketahanan nagari yakni Polri dan TNI. Secara regulasi keamanan dan ketertiban sudah punya Peraturan Nagari selaras hukum adat yakni tantang “Barih Balabeh”.

Sebagai resort, Nagari Jaho memiliki: (1) service center, (2) market town dan (3) regional center. Menggambarkan nagari ini seperti Nagari Adat – Syara’.

Service center Nagari Jaho bidang pendidikan, punya lembaga pendidikan SDN 05 Jaho dan 1 SMPN dan Madrasah Tarbiyah Islamiyah Jaho (Tingkat SD, Tsanawiyah dan Tingkat Aliyah) yang cukup punya nama besar mengharumkan nama pendirinya ulama besar moderasi beragama yang kuat, ialah Syekh Muhammad Jamil Jaho. Service center bidang kesehatan punya Puskesmas Pembantu 1 unit. Aspek pelayanan ibadah, ada masjid nagari Masjid Nurul Falah, serta 1 surau gadang dan 2 surau lainnya.

Nagari resort aspek market town, terdapat tempat-tempat berbelanja tradisional warung-warung dan toko lainnya. Sedangkan pasar ke Padang Panjang.

Nagari resort aspek Regional senter, di Nagari Jaho terdapat jalan-jalan akses nagari dan ke Kota Kabupaten dan Kota Padang Panjang cukup baik. Jalan-jalan ke/ dari Jaho efektif sebagai tali nadi ekonomi masyarakat di sana.

Peduli Pembangunan Adat dan Agama

Dalam membangun Nagari, Jaho mempunyai kepedulian terhadap aspek pembangunan kelembagaan masyarakat adat dan keagamaan. Dari data Wali Nagari, tahun 2024 ini. dari jumlah anggaran nagari – Rp 1,4 M, menyediakan anggaran pembangunan bidang agama dianggarkan, Rp 11.515.000,00 dan pembangunan kelembagaan masyarakat termasuk adat dianggarankan Rp.36.409.000,00.***

Penulis adalah akademisi, budayawan dan ninik mamak di Sumatera Barat.

Tinggalkan pesanan

Alamat email anda tidak akan disiarkan.