JURNAL SUMBAR — Dunia pendidikan adalah sektor sentral dalam aktivititas manusia. Di dalamnya dilakukan pengajaran bagi banyak hal, dan proses transisi dari “belum tahu” menjadi “tahu”. Suatu proses yang diajarkan Allah kepada manusia pertama yang Ia Ciptakan, bernama Adam
Allah Ta’ala berfirman :
وَعَلَّمَ آدَمَ الأسْمَاءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلائِكَةِ فَقَالَ أَنْبِئُونِي بِأَسْمَاءِ هَؤُلاءِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar!” [QS Al-Baqarah : 31]
Setiap orang diminta untuk belajar dan kemudian dan kemudian mendapatkan kemuliaan lebih, dengan mengajarkan apa yang sudah diketahuinya, kepada orang lain. Hal ini berarti juga berlaku untuk kaum perempuan. Perempuan dianugerahi sifat-sifat penyayang, kelembutan, ketekunan, dan sebagainya yang sangat dominan bermanfaat dalam mendidik dan membina seorang anak. Hal ini adalah modal dasar yang sangat berharga.
Menjadi seorang pendidik, adalah pekerjaan yang sangat mulia. Para pendidiklah yang membantu seseorang untuk mengoptimalisasi fungsi otak yang dididiknya untuk lebih mengenali ayat-ayat qauliyyah dan ayat-ayat kauniyyah. Dengan demikian membantu seseorang untuk lebih bertakwa dan mengenali akan kekuasaan Allah swt
Allah swt berfirman
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,
Peran para pendidik inilah yang akan terus menghasilkan generasi-generasi tangguh, yang akan bermanfaat pula bagi masyarakatnya. Sehingga Allah mengganjar seorang pendidik dengan pahala yang tak terputus alirannya walaupun dia sudah meninggal, asalkan hasil dari didikannya terus-menerus bergulir menebar manfaat. Sebagaimana Rasulullah telah bersabda
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara yaitu: sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631)
Sungguh sebuat keutamaan dan kemuliaan yang telah Allah dan RasulNya janjikan kepada siapa saja yang mengajarkan ilmunya untuk menjadi kemanfaatan bagi orang lain.
Betapa banyak teladan bagi kaum perempuan, tokoh-tokoh yang berperan dalam dunia pendidikan. Di antaranya yang terbesar adalah Siti ‘Aisyah radhiallahu ‘anhu, istri Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam. Beliau sejak kecil sudah menghafal ribuan hadits dan Al Qur’an. Sebagian besar hadits mengenai kewanitaan, diriwayatkan dari beliau, dan begitu pula hadits lainnya.
Di era perjuangan penjajahan, Indonesia dan khususnya Sumatera Barat, memiliki sosok Roehana Koeddoes, yang berjuang untuk menghapus kebodohan dan buta huruf dan keterampilan dari kaum perempuan Sumatera Barat.
Roehana menghabiskan waktu sepanjang hidupnya dengan belajar dan mengajar. Mengubah paradigma dan pandangan masyarakat Koto Gadang terhadap pendidikan untuk kaum perempuan yang menuding perempuan tidak perlu menandingi laki-laki dengan bersekolah segala. Namun dengan bijak Roehana menjelaskan “Perputaran zaman tidak akan pernah membuat perempuan menyamai laki-laki. Perempuan tetaplah perempuan dengan segala kemampuan dan kewajibanya. Yang harus berubah adalah perempuan harus mendapat pendidikan dan perlakukan yang lebih baik. Perempuan harus sehat jasmani dan rohani, berakhlak dan berbudi pekerti luhur, taat beribadah yang kesemuanya hanya akan terpenuhi dengan mempunyai ilmu pengetahuan”. Emansipasi yang ditawarkan dan dilakukan Roehana tidak menuntut persamaan hak perempuan dengan laki-laki namun lebih kepada pengukuhan fungsi alamiah perempuan itu sendiri secara kodratnya. Untuk dapat berfungsi sebagai perempuan sejati sebagaimana mestinya juga butuh ilmu pengetahuan dan keterampilan untuk itulah diperlukannya pendidikan untuk perempuan.
Selain itu adapula Rahmah El-Yunusiah dengan lembaga pendidikan Diniyyah Putri-nya, yang juga mengangkat derajat pendidikan kaum perempuan di Pasar Usang Padang Panjang. Dan masih banyak lagi, tokoh perempuan yang berperan dalam dunia pendidikan. Yang dengan pendidikan tersebut, membantu negeri ini secara langsung maupun tak langsung, lepas dari belenggu penjajahan, dan terus berkembang hingga seperti saat ini/
Pendidikan yang baik dan bermanfaat, telah berhasil mengubah dunia ini, lebih baik dari sebelumnya. Pendidikan dapat membuka mata hati dan akal, dari kegelapan dan kebodohan, sehingga setiap manusia hidup lebih layak dan lebih bermanfaat.
Wallahu a’lam bishshawab.