Seminar Parenting, Dirjen PAUD dan Dikmas: Pola Asuh Tentukan Karakter dan Prestasi Anak

JURNAL SUMBAR | Padang – Keberhasilan pembangunan sangat ditentukan oleh sumber daya manusia (SDM). Untuk itu, pembentukan karakter dalam pembangunan kualitas SDM mesti jadi perioritas. Dan, pendidikan keluarga sangat penting dalam menumbuhkan karakter dan budaya prestasi anak.

Demikian disampaikan Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Pendidikan Masyarakat (Dikmas), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) RI, Harris Iskandar, Ph.D pada Seminar Parenting yang diselenggarakan oleh Perguruan Islam Nibras Padang dan Yayasan Pendidikan Pencerdas Bangsa yang bekerja sama dengan Kemendikbud dan Pemprov Sumbar, Sabtu, 5 Agustus 2017 di Auditorium Gubernur Sumatera Barat di Padang.

Dalam paparannya, Harris Iskandar yang dimoderatori oleh Ketua Pembina Yayasan Pendidikan Pencerdas Bangsa yang juga Konsultan Kemdikbud, Prof. dr. Fasli Jalal, Ph.D itu mengatakan, keluarga sangat berperan dalam menumbuhkan karakter dan budaya prestasi pada anak. “Anak harus dibentengi dari pengaruh negatif pergaulan globalisasi, terutama perkembangan IT yang sangat pesat dan tidak bisa dibendung,” katanya.

Harris Iskandar memaparkan, sistem pendidikan di Indonesia masih perlu disempurnakan. “Lebih setengah anak SD hilang di tingkat SMA karena drop out, dan tidak melanjutkan sekolah karena terkendala biaya dan minat yang rendah,” ujarnya. “Untuk itu, keluarga dan masyarakat harus dilibatkan sebagai mesin penggerak pendidikan anak,” tegasnya.

“Tujuan pelibatan keluarga adalah, untuk mewujudkan kerja sama dan keselarasan program pendidikan di sekolah, keluarga dan mayarakat sebagai tri sentra pendidikan dalam membangun ekosistim pendidikan yang menumbuhkan karakter dan budaya prestasi anak,” sebut Harris Iskandar.

Pentingnya pelibatan keluarga dalam pendidikan adalah, lanjut Harris Iskandar, karena keluarga merupakan pendidik yang pertama dan utama yang paling berpengaruh terhadap kehidupan anak. “Pelibatan keluarga dalam pendidikan dapat mengingkatkan perilaku positif, prestasi belajar, minat untuk melanjutkan pendidikan, mencegah dari tindak kekerasan dan pengaruh negatif lainya,” jelasnya.

Ditambahkan Harris Iskandar, ada tiga peran keluarga dalam pendidikan anak. Yaitu Asah, melakukan ransangan dini pada semua aspek perkembangan. Asih, menciptakan rasa aman, nyaman dan perlindungan dari tindak kekerasan dan pengaruh negatif, dan Asuh, memenuhi kebutuhan nutrisi dan gizi, imunisasi, kebersihan diri dan lingkungan, pengobatan dan bermain.

“Fenomena sekarang adalah, anak-anak dari keluarga kaya cenderung  hanya diasuh oleh pembantu dan sopir-sopirnya, sedangkan keluarga sederhana masih diasuh langsung oleh orang tuanya,” sebut Harris Iskandar. “Karena itu, Kemendikbud terus mengumpulkan pola-pola pengasuhan yang hidup di banyak suku di Indonesia, untuk kembali dibudayakan dalam pengasuhan anak,” tegasnya. “Karena, pendidikan keluarga sangat menentukan dalam pembentukan karakter dan budaya prestasi anak,” pungkasnya.

Epi

Di seminar yang dihadiri lebih 500 orang itu, Ketua Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat, Yuliandre Darwis, Ph.D juga menekankan akan pentingnya pendidikan keluarga dalam pembentukan karakter dan budaya prestasi anak. “Karena, banyak tayangan media berdampak negatif pada perkembangan anak,” ujarnya. “Contohnya, tayangan kekerasan berdampak meningkatkannya perikalu kekerasan pada anak,” tambahnya.

Dikatakan Yuliandre, banyak pelanggaran oleh lembaga penyiaran yang bisa merusak mental anak dan remaja. “Bentuk pelanggarannya adalah, tidak adanya klasifikasi acara, menampilkan kekerasan, SARA, melecehkan kaum minoritas, menampilkan adegan berbahaya dan lain sebagainya,” sebut Yuliandre. “Makanya, KPI Pusat terus menertibkan acara yang tidak mendidik dan bisa merusak mental generasi muda tersebut,” tegasnya.

Pembicara Buya H. Masoed Abidin menegaskan, parenting atau pengasuhan adalah kewajiban syar’i bagi umat Islam. “Alquran menegaskan akan kewajiban kita menjaga diri dan keluarga,” ujarnya. “Ajaran Islam, pendidikan dimulai dengan kasih sayang, dan kasih sayang mulai didapat dalam pengasuhan,” tambahnya.

Dosen FDok Unand, Dr. Helmizar, SKM, M.Biomed menekankan pentingnya pengasuhan sejak kehamilan. “Perlu diperhatikan gizi si Ibu untuk pembentukan sel otak bayi,” sebutnya. “Kemudian, dilanjutkan dengan “Menjujai” ketika bayi sudah lahir,” tambahnya. “Menjujai adalah pola asuh Minangkabau sebagai media interaksi orang tua dengan anak, yaitu berupa stimulasi psiko-sosial,” jelasnya. “Anak diajak berkomunikasi dan didendangkan sebelum tidur,” jelasnya lagi.

Sebagai pembicara terakhir, Raymond, SH, MH dari BNN Sumbar memaparkan ancaman penyalahgunaan narkoba bagi anak dan remaja. “Kita harus membangun komunikasi yang baik dengan anak,” ujarnya. “Karena, anak SD saja sekarang sudah banyak yang jadi korban penyalahgunaan narkoba,” tambahnya. “Jangan sampai pula anak curhat dengan orang lain, karena itu awal terjebaknya anak dalam peyalahgunaan narkona,” tegasnya.

Seminar Parenting dengan tema, “Keselarasan Pola Asuh Antara Satuan Pendidikan, Keluarga dan Masyarakat Dalam Membentuk Karakter Anak” yang dibuka oleh Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Sumbar, Drs. Burhasman Bur, MM atas nama Gubernur Sumbar dan digelar sehari penuh itu, adalah yang kedua kalinya digelar oleh Perguruan Islam Nibras Padang dan Yayasan Pendidikan Pencerdas Bangsa. “Seminar yang awalnya hanya mengundang 400 peserta dari kalangan pendidik, Bundo Kanduang, HIMPAUDI dan Aisyiyah dihadiri 500 orang lebih,” sebut Pengawas Perguruan Islam Nibras, Ir. Syahrial Syam, MS.

“Setelah mengikuti seminar ini, peserta diharapkan bisa memiliki pemahaman tentang pembentukan karakter anak, serta mampu menjalin kemitraan antara keluarga, satuan pendidikan dan masyarakat dalam menciptakan yang kondusif bagi perkembangan anak, mampu membantu anak melalui tantangan sekaligus ancaman pengaruh globalisasi, dan menjadi suri tauladan bagi anak dalam berperilaku dan bersikap,” harap Penanggungjawab Seminar, Firmaniah Z, M.Ed.

Perguruan Islam Nibras didirikan oleh Jusna Zainal Zein, Nibras OR. Salim dan Prof. dr. Fasli Jalal, Ph.D pada tahun 2001. Nama Perguruan Islam Nibras diambil dari nama Nibras OR. Salim sebagai tokoh Pendidikan Anak Usia Dini Nasional yang mengembangkan sistem pedidikan “Bermain Sambil Belajar Integrasi Kehidupan Beragama Islam Melalui Pembiasaan dalam Kegiatan Sehari-hari“. Advertorial/Enye

Tinggalkan pesanan

Alamat email anda tidak akan disiarkan.