Tingkatkan Nasionalisme, Pemkab Limapuluh Kota Gelar Dialog Kebangsaan

JURNAL SUMBAR l Limapuluh Kota – Dalam rangka peringatan khaul 115 tahun Muhammad Hatta dan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-72 di Kabupaten Limapuluh Kota, digelar dialog kebangsaan bersama Putri Bung Hatta, Kamis (10/8).

di kesempatan itu hadir wakil bupati Limapuluh Kota, Ferizal Ridwan, Kepala OPD se kabupaten Limapuluh Kota, pelajar, mahasiswa, tokoh masyarakat, keluarga Aziz Haili, beserta keluarga Mohhamad Hatta dan rombongan, di antaranya putri Menteri Kesehatan RI 1950, Nuryani,  Putri Desalwi, putra angkatnya bung Hatta beserta lainnya.

Dalam sambutannya, wakil bupati Limapuluh Kota, Ferizal Ridwan mengucapkan terimakasih atas kedatangan rombongan untuk silahturahmi sekaligus menggelar dialog kebangsaan yang tujuannya sebagai bentuk pengoptimalan pembangunan dan pelaksanaan nilai kesadaran berbangsa dan bernegara.

“Tujuannya, bagaimana meningkatkan kesadaran kita sebagai warga Negara Kesatuan Republlik Indonesia (NKRI). Wawasan kebangsaan ini perlu dimantapkan sebagai semangat mempererat persatuan, serta mengingat bagaimana perjuangan Bung Hatta dalam memerdekakan Republik Indonesia ini,”ujarnya.

Dalam kesempatan itu Ferizal Ridwan juga menjelaskan Kabupaten Limapuluh Kota yang sudah berdiri 176 tahun lalu ikut andil dalam kemerdekaan Republik Indonesia. “Di sini sangat banyak potensi yang kita miliki, dimana lahir pejuang-pejuang bangsa seperti Bapak Republik Indonesia, Tan malaka, termasuk Bung Hatta yang merupakan keturunan daerahnya dari kabupaten Limapuluh Kota,” tambahnya.

Sementara itu, putri Bung Hatta, Gemala Hatta dalam kuliahnya menyampaikan ucapan terimakaasih atas segala acara yang diadakan untuk mengenang Bung Hatta. “Sungguh suatu kehormatan bagi kami, karena acara ini dekat dengan ulang tahun Bung Hatta dan juga peringatan hari proklamasi kemerdekaan Indonesia yang beliau proklamirkan. Untuk itu perkenalkan saya sebagai anggota keluarga mengajak semua mengenal buah pikirannya yang menunjukkan kepedulian Bung Hatta kepada NKRI,” ujarnya.

Dikatakannya, musuh kita saat ini adalah kemiskinan, pengangguran, kejahatan, terorisme dan kejahatan lainnya, kita tidak bisa mengatasi musuh bersama ini bila tidak bersatu antar sesame anak bangsa Indonesia. “Maka seharusnya kita bisa mencegah semua bentuk kekerasan dan kesedihan dengan berdasarkan prinsip Bung Hatta, agar kita hidup dalam kebersamaan dan saling tolong sebagaimana yang terdapat dalam budaya Minangkabau,” tambahnya.

Sejak dekade 1930-an telah diingatkan Bung Hatta bahwa yang harus dibangun adalah persatuan hati, bukan persatuan orang sesaat. Jadi janganlah persatuan hanya sekedar berkumpul tetapi tidak terjadi persatuan hati. “Kondisi sekarang terasa sekali kata-kata Bung Hatta itu bahwa kesatuan tanpa persatuan mangka perkotak-kotakan akan semakin marak, ini bahaya karena kitalah sebagai bangsa harus melindungi negara kita secara bersama-sama,” jelasnya.

Kaum birokrat dan kaum akademisi mereka harus memahami desain pembangunan Indonesia yang disusun para pendiri bangsa demi tercapainya kesejahtraan rakyat. “Rakyat berhak mendapatkan pekerjaan dan hidup layak, tanpa itu mustahil mereka dapat meraih pendidikan yang tinggi untuk bisa menyadari haknya untuk menjadi warga negara yang handal,” katanya.

Saat ini, kiranya hal yang diarasakan krusial untuk dilakukan adalah menanamkan kesedaran pada para pengambil keputusan,untuk mendorong terbentuknya gerakan yang dapat menggagalkan pola pikir terjajah menjadi pola pikir bansa yang merdeka di lingkungan masyarakat.

“Melemahnya rasa kebersamaan dan persatuan di lingkungan masyarakat karena yang mengambil keputusan belum cukup paham bahwa pembangunan nasional dan pembangunan daerah ditujukan untuk pembangunan manusia agar lebih sejahtera. Terjadinya hal itu, terkait adanya kondisi bahwa pelajaran sejarah kurang tersusun dengan baik,” pungkasnya. Suwanda

Tinggalkan pesanan

Alamat email anda tidak akan disiarkan.