Mendes PDTT Kenalkan Model Bisnis Prukades kepada Ekonom Asia

JURNAL SUMBAR | Jakarta – Dalam upaya meningkatkan daya saing usaha berskala kawasan perdesaan, pemerintah dalam hal ini Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) terus menggenjot program Produk Unggulan Kawasan Perdesaan (Prukades).

Indonesia memiliki pertumbuhan ekonomi yang bagus. Namun masih banyak masyarakat miskin karena salah satunya tidak bisa mengakses pasar dan economic of skill. Melihat kenyataan tersebut, Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, Eko Putro Sandjojo memperkenalkan bisnis model Prukades (Produk Unggulan Kawasan Perdesaan) sebagai usaha untuk meningkatkan perekonomian di kawasan persesaan.

“Bisnis model Prukades ini membuat ekonomi cluster, fokus maksimal pada tiga komoditas. Saya apresiasi seminar internasional ini untuk meng-creat opportunity dan mengatasi masalah-masalah ini dengan para pakar ekonomi,” ujarnya saat menjadi honourable speaker dalam Seminar International Conference Microeconomics of Competitiveness (MOC) bertema Comparative Cluster Initiatives in Asia, dihadapan para ekonom dari Thailand, Filipina, Taiwan, Malaysia dan Korea, di IPMI International Business School Jakarta, Senin (9/7).

Sebanyak 82,77 persen penduduk desa bekerja di sektor pertanian, namun masalahnya yaitu Skala ekonomi kecil, Akses pasar yang sangat  terbatas, tidak terintegrasi vertikal, tidak tersedianya industri paska panen, dan Minim permodalan dan keterlibatan swasta.

“Rata-rata usaha kecil di perdesaan masih mengalami masalah distribusi sehingga menyebabkan harga beli di petani masih rendah, solusinya yaitu klusterisasi produk unggulan desa, Menciptakan integrasi vertikal dan Pelibatan swasta untuk industri paska panen,” tambahnya.

Mendes PDTT Eko berharap produktivitas ekonomi perdesaan bisa ditingkatkan, pengelolaan lebih efisien, dan biaya produksi bisa ditekan dan profit bisa maksimal untuk masyarakat desa.

Dia melanjutkan, konsep model bisnis pengembangan prukades itu, pertama, customer segment yaitu perusahaan komoditas pertanian, e-commerce, konsumen langsung. Kedua, value proposition yaitu bertemunya potensi antardesa dan pasar menciptakan nilai tambah desa. Ketiga, channels, yaitu jaringan bisnis, jaringan program pempus dan pemda, jaringan LSM. Keempat, customer relationship, yaitu konsultasi, WAG, dan website, penanganan masalah, pendampingan. Kelima, revenue stream, yaitu peningkatan PAD, PDRB, pendapatan petani, Bumdesa Bersama, kemajuan desa. Keenam, key resources, yaitu jaringan bisnis dan program, kekuasaan eksekusi pusat, daerah, usaha. Ketujuh, key activities MoU, PKB, pembentukan Bumdesa Bersama, perbup lokasi, SK PIC, pelatihan, persiapan,   produksi, pemasaran hasil. Kedelapan, key partners, yaitu PIC Kemendesa PDTT, Bupati, PIC Perusahaan, Bumdesa Bersama, Petani. Kesembilan, cost structure, yaitu Komunikasi, rapat koordinasi, kajian lapangan, penyusunan dokumen, pendampingan.

Pelaksanaan Forum Prukades ini setidaknya melibatkan langsung para stakeholder yang terkait dengan desa, di antaranya 19 Kementerian / Lembaga, Pemerintah Daerah, Perbankan, Pemerintah Desa, dan Dunia usaha.

Mendes PDTT Eko juga menjelaskan beberapa contoh sukses bisnis model pengembangan prukades di Kabupaten Pandeglang (komoditas jagung dan budidaya kerapu), pengembangan prukades di lahan transmigrasi Melolo, Sumba Timur dengan komoditas tebu, pengembangan prukades di Kabupaten Tulang Bawang dengan komoditas udang.

Beberapa negara memiliki tingkat konsumsi yang lebih tinggi dibandingkan dengan produksinya. Hal ini menunjukkan bahwa masih ada peluang bagi Indonesia untuk menjadi pengekspor komoditi pertanian ke negara lain. Diharapkan dengan program Prukades ini bisa meningkatkan pendapatan masyarakat desa dan petani khususnya. (rilis)

Tinggalkan pesanan

Alamat email anda tidak akan disiarkan.