Tomat Bike, Sepeda Terapi Otomatis Karya Mahasiswa UNP

JURNAL SUMBAR | Padang — Annisa dan Faiurz Luthfiyah mahasiswa Pendidikan Luar Biasa 2017 dan Ahlul Aulianur mahasisa Pendidikan Teknik Elektro 2015 Universitas Negeri Padang (UNP) menciptakan sebuah alat terapi untuk anak yang mengalami gangguan sistem gerak pada alat gerak bawah atau kakinya, alat terapi tersebut bernama Tomat Bike yang merupakan singkatan dari Automatic Bike.

“Karena adanya Program Kreativitas Mahasiswa Karsa Cipta (PKM-KC) yang didanai oleh Kemristekdikti pada tahun 2019, didampingi oleh dosen pendamping bapak Arisul Mahdi, M.Pd kami berhasil menciptakan sebuah alat terapi ini,” ujar Annisa, yang saat berita ini diturunkan persiapan dirinnya menuju Bali, guna mengikuti Pekan Ilmiah Nasional (Pimnas) ke-32, yang akan dibuka Menristekdikti RI, Selasa (27/8) malam ini.

Dikatakannya tomat Bike atau sepeda terapi otomatis terbuat dari beberapa komponen seperti besi stalbush, box control dan monitor, motor DC sebagai penggerak pedal. Serta Tomat Bike didesain sedemikian rupa sehingga bisa digunakan oleh individu gangguan gerak dimulai dari tempat duduk yang dilengkapi oleh tiga titik sabuk pengaman agar pengguna tidak terjatuh, pedal yang dilengkapi oleh ikatan seperti sendal gunung, dan box control yang memiliki dua monitor yaitu untuk menghitung jumlah putaran dan stopwatch.

“Kedepannya Tomat Bike mesti diproduksi dalam jumlah besar, karena banyak diluar sana yang saya rasa sangat membutuhkan alat seperti ini. Jumlah penderita stroke dari tahun ke tahun selalu bertambah, melalui tomat bike mampu memberikan aktifitas gerak kepada individu tersebut tanpa merepotkan orang lain, dan tidak membutuhkan biaya serta ahli terapis lagi,” harapnya.

Adapun ide awal karya cipta mahasiswa UNP ini dikatakanya, banyaknya penderita gangguan sistem gerak sepertiCerebral Palsy (Lumpuh otak), Dystrophy muscular, stroke, kanker sumsum tulang belakang yang hanya berdiam di tempat tidur atau di kursi roda, setiap aktivitas selalu membutuhkan bantuan orang lain. Sroke sendiri harus melakukan terapi dengan bantuan terapis dan membutuhkan biaya yang besar.

Dari hal tersebut muncul sebuah gagasan untuk menciptakan sebuah alat yang dapat membantu individu gangguan gerak dapat melakukan gerakkan guna menstimulus kerja otak, membantu aliran darah, dan menghindari kekauan pada sendi. (Humas UNP/Agusmardi)

Tinggalkan pesanan

Alamat email anda tidak akan disiarkan.