Orasi Ilmiah di UNP, Ini Kata Sutan Riska

573

JURNAL SUMBAR | Padang – Komplek Universitas Negeri Padang (UNP) pagi Sabtu (14/9/19) telah dipenuhi para wisudawan bersama keluarganya. Kesibukan terlihat mulai dari pengaturan lalulintas hingga para calon wisudawan yang berselfieria. Sejurus kemudian mereka memasuki ruang auditorium, dan rombongan rektor, guru besar, para dekan dan pejabat universitas melintas dari gedung rektorat ke auditorium berkapasitas 5000 orang itu.

Diantara yang menjadi perhatian publk adalah tampilnya Sutan Riska dalam barisan civitas akademika UNP. Bupati Dharmasraya ketiga itu, selain tampak masih muda belia, juga tampilan pakaiannya yang juga berbeda. Civitas akademika memakai toga kebesaran, sementara Sutan Riska memakai pakaian sipil lengkap, jas hitam dibadi kemeja putih dan dasi merah kesukaannya.

Kehadiran Sutan Riska juga membuat para penari gelombang menjadi lebih bersemangat. Para mahasiswi jurusan senitari itu dengan piawai melenggokkan tubuhnya menurut irama tambur tasa yang mengirngi. Kidmat terasa benar dalamnacara itu. Rangkaian acara wisuda 116 perguruan tinggi tempat para guru menuntu ilmu ini. Salah satunya dipicu kehadiran bupati termuda di Indonesia.

Memasuki auditorium, paduan suara menyanyikan lagu lagu latin spesial wisuda. Para wisudawan tampak berwajah cerah menyaksikan para petinggi universitas menuju podium. Sejurus kemudian Rektor UNP Prof. Ganefri, PhD membentangkan pidato pembukaan. Prof. Ganefri menyinggung bahwa setelah dirinya akan ada orasi ilmiah yang akan disampaikan bupati termuda kebanggaan Sumatera Barat, Sutan Riska Tuanku Kerajaan.

Para guru besar di barisan depan berdiri saat Sutan Riska disilahkan menuju podium oleh pembawa acara. Dengan langkah pasti, putra seorang walinagari itu berjalan ke podium. Memulai orasi, Sutan Riska menyampaikan bahwa tampilnya dalam forum itu menjadi bagian dari pemberian motivasi dsn semangat juang bagi para wisudawan yang akan memulai pengabdan kepada kehidupan nyata di masyarakat.

Untuk itu, kata bupati peraih satya lencana pembangunan, yang sangat dibutuhkan adalah semangat juang dan doa orang tua, terutama doa ibu. “Sewaktu saya dilantik jadi bupati, usia saya 26 tahun. Sebelum itu selama lima tahun saya pulang pergi ke RSUD Sawahlunto mengantar ibu cuci darah. Dalam Kesempatan tersebutlah saya minta izin sama ibu saya untuk mencalon menjadi bupati Dharmasraya. Saya ingin berbuat untuk masyarakat. Banyak masyarakat yang membutuhkan pertolongan kepada kita ketika jadi bupati. Dan alhamdulilkah, setehun saya berjuang kemudisn terpilih,” terang Sutan Riska.

Menurut Sutan Riska, sebagai generasi milenial, dirinya sudah kenyang dengan cimeeh dan cercaan dari berbegai pihak. “Di awal awal pemerintahan saya, ada yang bilang dalam sebulan Dharmasraya akan hancur karena dipimpin orsng yamg belum mengerti pemerintahan. Saya terus mengabdi, saya lakukan koordinasi dengan DPRD, dengan Forkopimda, saya minta petunjuk kepsda senior, dan akhirnya, sampai sekarsng, Dharmasrsya tetap eksis dan dalam banyak hal malah berprestasi,” kata Sutan Riska.

Dari pengalamannya itu, Sutan Riska kemudian menyeru kepada semua wisudawan UNP agar tetap menjaga semangat dan senantiasa berdoa dalam menapaki setiap langkah kehidupan. Jebolan UNP yang hari itu diwisuda akan mendarmabhaktikan pengetahuan dan kemamouannya kepada banysa dan negara. Tantabtan akan datang sikih berganti dan itu dihadapi dengsn semangat dan doa. “Duku saya dicomooh, sekarsng diapresiasi. Dulu Dharmasraya rangking 18 di Sumbar, kini nomor satu,” katanya. Sutan Ruska mengakhiri orasi ilmiah dengan menandatantani kerjasama peningkatan mutu pendidikan dengsn rektor UNP.humas
editor; saptarius

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here