Survey “Road to Pilkada Sumbar 2020”, Kapolda Fakhrizal Ungguli Wagub Nasrul Abit

2374

JURNAL SUMBAR | Sumbar – Informasinya, survei saat ini untuk “Road to Pilkada Sumbar 2020”, bakal calon gubernur Fakhrizal, yang juga Kapolda Sumbar, unggul atas bakal calon lainnya Nasrul Abit, Wakil Gubernur Sumbar, yang merupakan petahana. Hal ini tentunya akan membuat banyak pihak, yang menganggap Fakhrizal bisa menjadi batu sandungan, akan merancang strategi untuk melakukan penetrasi.

Kemunculan “Harimau Agam” Fakhrizal –yang merupakan putera Tilatang Kamang, Kabupaten Agam– yang banyak didukung secara spontan oleh masyarakat Sumbar, terlihat dari baliho-baliho maupun bentuk sosialisasi lainnya, yang dipasang masyarakat. Euphoria masyarakat Sumbar tersebut bisa jadi karena sosok Fakhrizal yang independen (tidak orang partai), merakyat, tegas dan seorang ninik mamak lagi. Masyarakat kepincut dan merindukan sosok demikian.

Suasana kebatinan masyarakat Sumbar menjelang Pilkada Sumbar 2020, saya rasakan sama saat sebelum Pilkada Sumbar 2005, dimana Bupati Solok Gamawan Fauzi mendapatkan dukungan luas dari masyarakat Sumbar. Akhirnya Gamawan yang berpasangan dengan Rektor Unand Marlis Rahman berhasil menang, walaupun hanya didukung partai yang memperoleh kursi kecil di DPRD Sumbar, yakni PBB dan PDIP. Sosok Fakhrizal yang berkumis, auranya sekilas memang mirip Gamawan Fauzi.

Sesaat pikiran saya berkelebat dengan adanya polemik mengenai cuitan Andre Rosiade di twitter yang “menyerang” Fakhrizal, sehubungan dengan maraknya baliho-baliho sosialisasi jenderal bintang dua itu. Andre Rosiade, yang sekarang telah jadi orang hebat, anggota DPR RI dari Partai Gerindra, sama dengan Nasrul Abit, mempertanyakan baliho-baliho tersebut.

Melihat itu, sontak saja pendukung, atau fans Fakhrizal menggeliat. Ada yang mengatakan sikap Andre itu kekanak-kanakan. Dan ada pula saya dengar, Andre itu “seperti beruk yang baru dapat mainan”. Maklum, kan baru saja menjadi anggota dewan yang terhormat, jadi onjak sana onjak sini, dada busung menantang semua orang. Demikian beberapanya, tapi kalau dibuat di tulisan ini semua yang saya dengar, banyak juga.

Tapi sudah lah, ada aksi dan ada reaksi. Yang mengganjal dalam pikiran saya, jangan-jangan Andre sudah tahu dengan hasil survei seperti yang diungkap di atas, dimana posisi Fakhrizal sudah unggul dari Nasrul Abit, sehingga perlu untuk “menekan” laju jenderal polisi alumni SMAN2 Padang itu –dimana Andre juga alumni sekolah yang sama. Andre menjadi paranoid. Kalau ini kejadiannya, betapa naifnya.

Dalam pandangan saya, tidak ada yang salah dengan baliho-baliho Fakhrizal, sebab tidak ada aturan yang melarangnya. KPU dan Bawaslu Sumbar pun tidak bisa melarang, karena belum ada penetapan calon gubernur. Kalau baliho kedinasan, ketika polsek juga ikut memasang, itu bagian dari tupoksi. Toh, tidak ada sebut menyebut calon gubernur di baliho kedinasan tadi. Kalau baliho spontan dari masyarakat, tidak dapat akal bagi Fakhrizal sendiri untuk mencegahnya.

Dan lagi, Fakhrizal itu tentu melangkah bukan sembarang saja. Pasti sudah dikaji matang, dan ada pertimbangan-pertimbangan hukumnya. Harusnya Andre berbesar hati saja. Jangan ketika politisi yang akan maju jadi calon gubernur, khususnya orang partai yang kepala daerah, semuanya boleh. Aman-aman saja. Giliran di luar politisi, seperti ASN dan TNI / Polri, ada keinginan untuk ikut, ada-ada saja yang jadi masalah. Untuk itu, bersikap adil lah. Penulis: ISA KURNIAWAN (Koordinator Komunitas Pemerhati Sumbar/Kapas).

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here