JURNAL SUMBAR | Tanah Datar – Dentuman martil godam terdengar bertubui-tubi menghantam lantai, dan dinding GOR ( Gedung olahraga raga) Cinto (Cindua Mato) yang terletak di lapangan Cindua Mato Batusangkar. Dinding itu terban jatuh menghempas bumi. Atap-atapnya pun dibuka, dipreteli tanpa hampun oleh beberapa laki-laki bertelanjang dada, kekar berkeringat, sehingga kondisi gor tersebut kelihatan tidak keru-keruan lagi, porak poranda.
Itu lah kini nasib GOR Cindua Mato yang bersejarah, Selasa (3/3/20) sudah mulai dirubuhkan karena lapangan Cindua Mato akan dilakukan revitalisai pembabangunan satu dengan taman kota. Dalam 20 hari ke depan sesuai kontrak gor tersebut harus sudah rata dengan tanah.
Gor yang dibangun semasa mantan bupati Tanah Datar Mohd Nalis tahun 1982 itu berukuran 30 X 20 meter dalam empat dasawarsa ini dimanfaatkan untuk berbagai iven , dan tahun 1984 gor itu dijadikan tempat pembukaan Porda ke – 3 Tanah Datar. Terakhir gor memiliki histori itu, sebelum dihabisi, digunakan untuk kegiatan Festival GSB X (Gelanggang Siliah Baganti ) antar nagari ,13 — 15 Desember 2019. 13 belas hari lagi gor ini akan tinggal nostalgia !.
Menatap dan mengamati gor Cindua Mato yang memiliki banyak memori itu, membuatku manggut-manggut. Aku pun punya kenangan tersendiri di gor tersebut. Di dalam gedung itu, aku pernah kolaps dalam acara GSB tahun 1994, saat menyaksikan seorang pesilat yang menggunakan tombak bermata tajam yang dihatamkan kepada rival pesilatnya, sehingga tubuh rivalnya berdarah-darah.
Darah yang menetes di ujung mata tombak itu membuat ku ngeri, dan tiba-tiba saja kepala ku pusing ,dan mata berkunang-kunang, dan langsung kolaps di floor gor, setelah dibawa ke RSUD Batusangkar untuk perawatan, diri ku berangsur pulih, dan hari itu juga diri ku dinyatakan sembuh, dan dokter mengizinkan ku pulang untuk istirahat di rumah.
Terakhir aku mendapat kabar, tombak bermata tajam itu ternyata palsu, sebelumnya mata terbuat dari karet sudah diisi air gincu berwarna darah, ketika tombak itu dihujamkan kepada korban rival, air darah itu muncrat ke mana-mana, sehingga membuat penonton terkejut ngeri ,dan berteriak ketakutan serta ada yang kolaps. Hehehe.
Setiap kali ada pembangunan baru, tidak dapat dipungkiri, pasti ada pula korban yang berjatuhan. Revitalisasi Lapangan Cindua dilakukan, korbannya Gor Cindua Mato, serta tugu pahlawan menjadi korban yang menimbulkan kontroversial di kalangan masyarakat. Pembangunan menimbulkan pengorbanan, pembangunan jalan terus.
Now ..let’s come back to the point tentang revitalisasi pembangunan lapangan Cindua Mato. Melanjutkan pembangunan Tribun dan Medan Nan Bapaneh tahun 2019 yang menelan dana APBD Tanah Datar sebesar Rp 5,4 miliar.
Tahun 2020 ini kembali dilanjutkan revitalisasi pembangunan Air Mancur, Gerbang, Mushala, Pagar, Taman Bermain Anak-anak, dan Fasilitas Umum lain bakal menelan dana APBN sebesar Rp 16 Milyar lagi. ” Pembangunan revitalisasi lanjutan akan dimulai sekitar bulan April 2020 usai tender dilaksanakan,” tutur Kadis Parpora Tanah Datar Abdul Hakim seraya menyebutkan biaya pembongkaran Gor Cindua Mato sebesar Rp 37,5 juta.
Adanya pro kontra revitalisasi pembangunan lapangan Cindua Mato Batusangkar menuai pro kontra, Kadis Abdul Hakim mengapresiasi beda pendapat itu yang jelas pemerintah daerah memiliki nawaitu hakiki untuk kepentingan masyarakat.
Saat ini boleh lah kita beda opini, tutur Abdul Hakim berpenampilan ‘ mellow ‘ itu, tetapi setelah revitalisasi selesai baru lah kita angkat topi, mengacungkan jempol, memuji pemerintah daerah dipimpin Irdinansyah Tarmizi ‘ Iko iyo ko pak bupati Irdinansyah, ko yo mantul pak bupati, dan berbagai macam puja-puji lain ‘, karena punya Taman kota yang nyaman, menawan, dan dibutuhkan masyarakat.
Namun selaku Kadis Parpora Tanah Datar, Abdul Hakim mengharapkan masyarakat memberi motivasi, mendukung kebijakan pemda Tanah Datar dalam melaksanakan pembangunan di Luhak Nan Tuo.
Sebelum gor itu rata dengan tanah, dan meninggalkan kita untuk selama-lamanya. Bagi anda yang sudah pernah menikmati eksistensi gor tersebut sekaligus yang memiliki hubungan emosional dengannya. Sempatkan juga lah waktu agak sejenak, tidak usah membawa karangan bunga duka untuk dipersembahkan, cuma hanya sekedar menatap kondisi nya yang lagi sekarat.
Setelah berada di situ, sesudah tafakur mengenang jasa-jasanya , kemudian tersenyumlah sambil berucap dengan tender ” Gor jasa-jasamu sudah tidak bisa kami hitung, dan saatnya kamu istirahat, istirahat lah dengan tenang untuk selama-lamanya. Gor sayang selamat jalan, jasa-jasamu tetap kami kenang, Farewell… !. Dan Izinkan juga kami masuk ke dunia baru, Taman kota Batusangkar Cindua Mato nan indah yang kontroversial. .. ! “. h bakhtiar danau, mr.