Menikmati Pesona Raja Ampatnya “Mandeh” Indonesia Barat, Baga Beach Cottage Sediakan Segalanya
SABTU (20/06/2020) pagi usai hujan mendadak cerah. Ketika mentari bersinar, “terbit pangana” (muncul keinginan) turing ke Pesisir Selatan. Karena kami saudagar kecil, ingin juga menikmati keindahan alam sembari berdagang.
Kebetulan kami jualan online mpekempek Lamakbana, yang sensasinya tak asing lagi di mata pelanggan yang tersebar di Nusantara, Sumatera Barat khususnya.
Ketika ada yang pesan, kami tambah semangat. Langit semakin membiru. Sebagai pemburu keindahan, langit biru adalah modal utama memotret. Semangat kian menggebu.
Pukul 10.00 WIB, dengan motor kami meluncur dengan kecepatan relatif lambat, karena kami tak ingin melewati sesuatu yang menarik menurut matahati dan kata hati.
Memang sejak tiga tahun terakhir, kalau ke Pesisir Selatan, pantang tak melewati Kawasan Wisata Terpadu Mandeh, yang kini sudah mendunia. Mendunia karena tiada duanya, pesona keindahannya. Ibarat 1001 potong surga di dunia.
Sebagai wartawan, saya terus memantau kawasan wisata ini sejak era Darizal Basir bupati Pessel tahun 2000an sampai era Nasrul Abit hingga Hendrajoni, bupati Pessel sekarang. Lalu di balik percepatan pembangunan Kawasan Mandeh oleh Presiden Jokowi, tentu, tak bisa dilepaskan dari kepedulian Andrinof Chaniago yang ketika itu orang nomor satu di Bappenas.
Sekarang Kawasan Wisata Mandeh terus tumbuh dan berkembang. Pengunjung terus meningkat. Biasanya kalau wisatawan ke Sumbar pasti ke Bukittinggi, maka dengan adanya Kawasan Mandeh yang dijuluki Raja Ampatnya Indonesia barat, tujuan utama wisatawan beralih ke Kawasan Wisata Mandeh. masalahnya, jarak tempuh dari Bandara Internasional Minangkabau lebih cepat (berjarak 55 km)dibanding ke Bukittinggi (berjarak 92 km).
Lantas apa yang menarik, unik di Mandeh? Untuk itu, baca terus catatan saya ini.
Bicara Kawasan Wisata Mandeh tak bisa dilepaskan dari Pantai Baga, yang sekaligus punya fasilitas Baga Beach Cottage. Kenapa? Karena untuk bisa menikmati pesona Mandeh, Baga, di kawasan Sungai Nyalo, menyediakan segalanya. Untuk kawasan yang berpantai landai dan luas, bersih dan putih, hanya ada di kawasan Baga Beach Cottage.
Kawasan lautnya hanya beriak, nyaris tak ada gelombang. Sebab di depannya ada pulau-pulau yang menghalangi gelombang Samudera Hindia. Sehingga di kawasan ini dan sekitarnya bisa menyelam, bisa snorkeling. Bisa mancing, dan aktivitas lain. Anak anak bisa bermain di laut dan pantai dengan aman. Ingin keliling kawasan Mandeh, juga tersedia dermaga dan kapal yang siap melayani tetamu.
Khusus bagi tetamu yang suka menikmati alam bawah laut, maka Kawasan Mandeh adalah surga bawah laut. Terumbu karangnya lebih bagus dari kawsan wisata Bunaken. Di Mandeh juga banyak ditemui ikan hias Balong Padang (Premnas Biaculeatus atau Premnas Epigrammata). Ini ikan hias endemik perairan Samudera Hindia di wilayah Sumatera Barat.
“Ikan ini banyak ditemui pada kedalaman 20-30 meter,” kata Tanjung dan Indrawadi Mantari, dua penyelam profesional yang bisa siagakan untuk memandu tetamu Baga Beach Cottage, untuk memotret keindahan bawah laut Mandeh.
Kawasan wisata Mandeh tak hanya sekadar menawarkan terumbu karang dengan ikan hias endemik yang tiada duanya di dunia, tetapi juga menyimpan harta Karun berupa situs kapal tenggelam milik Belanda, MB Boelongan Nederland (dibuat tahun 1915), berdimensi 72,6 x 11,63 x 3,7 meter, tonase 1053 gross ton). Kapal tersebut tenggelam tahun 1942 dan sudah ditetapkan sebagai Situs Budaya Bawah Air dan Kawasan Konservasi Maritim. Situs kapal tenggelam ini, tentu saja, menjadi alternatif destinasi yang bisa menyaingi situs kapal tenggelam USAT Liberty Wreck di Tulamben, Bali.
“Jadi ada sensasi yang luar biasa, selain menikmati terumbu karang dengan ikan endemik, juga ada situs kapal tenggelam. Inilah keistimewaan Kawasan Wisata Mandeh,” kata Manajer Baga Beach Conttage, Alessandro Satri, sembari menambahkan, “jika ingin bermalam di Baga harus booking jauh-jauh hari, soalnya antrean panjang.”
(Penulis adalah Salah seorang pendiri Forum Wartawan Pariwisata Sumatera Barat, Penulis Terbaik Peraih Pariwisata Award dari Kementerian Pariwisata, 2016)