JURNAL SUMBAR | Limapuluh Kota — Guru besar dari Universitas Negeri Padang (UNP), Prof Syahrial Bakhtiar mengingatkan pentingnya keterampilan gerak dasar yang merupakan ABC dari gerak yang akan menentukan perkembangan fisik dan kognitif anak di masa mendatang. Menurutnya penguasaan gerak dasar menjadi salah satu solusi terhadap tantangan yang sedang dihadapi Indonesia.
Syahrial Bakhtiar menambahkan kemampuan gerak dasar harus menjadi fokus pembelajaran di PAUD dan TK di Indonesia, maka dibutuhkan program yang terstruktur dan berkelanjutan dalam upaya untuk menjadikan aktifitas fisik dan berolahraga menjadi sebuah kebutuhan di tengah-tengah masyarakat Indonesia.
“Usia dini merupakan usia ideal untuk mengembangkan dan melakukan berbagai macam aktifitas gerak termasuk gerak dasar untuk mempersiapkan mereka melakukan keterampilan gerak spesialisasi saat masa sekolah dan pada cabang olahraga tertentu,” katanya, pada pelatihan di Kabupaten 50 Kota yang diadakan di SMP Negeri 1 Harau, Kamis (9/7),
Syahrial yang juga Ketua Tim TID (Talent Identification in Development) mengatakan kelebihan berat badan (obesitas) masih menjadi masalah di Indonesia. Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), terdapat sekitar 2,3 miliar orang dewasa di dunia mengalami kelebihan berat badan dan 700 di antaranya mengalami obesitas.
“Kondisi ini menempatkan Indonesia berada pada posisi ke-5 di Asia Tenggara sebagai negara dengan jumlah obesitas terbanyak. Kondisi ini juga sejalan dengan Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 dengan prevalensi obesitas mencapai 21,8 persen. Jauh meningkat dibandingkan lima tahun lalu sebesar 14,8 persen,” katanya.
Melihat kondisi yang kian berkembang, berbagai penelitian dilakukan sebagai upaya untuk mengantisipasi kasus obesitas di Indonesia. Salah satunya penelitian gerak dasar (fundamental motor skill) yang telah dilakukannya sejak tahun 2014 bersama dengan peneliti Amerika Serikat, Prof. Jackie Goodway dan Ruri Famelia, Ph.D yang juga peneliti asal UNP yang saat ini sedang melanjutkan Post-Doctoral Program di Ohio State University, Amerika Serikat.
Hasil penelitian lain yang dilakukan Prof. Syahrial pada tahun 2014 dan 2015 enunjukkan bahwa masih rendahnya kemampuan gerak dasar baik itu locomotor dan object control anak-anak di beberapa daerah khususnya yang tinggal di perkotaan di Sumatera Barat. Hal ini disebabkan masih rendahnya kesadaran masyarakat Indonesia dalam melakukan aktivitas fisik dan berolahraga.
Saat ini Prof. Syahrial bersama dengan tim yang tergabung dalam Fundamental Motor Skill dan Talent Identification in Sport tengah melakukan road show dan pelatihan-pelatihan kepada guru PAUD/TK dan SD di 19 Kabupaten/Kota di Sumatera Barat.
Sebelumnya pelatihan keterampilan gerak dasar dan identifikasi bakat olahraga sudah dilakukan di Kabupaten Pesisir Selatan tanggal 4 Juli 2020 lalu.
Dalam pelatihan ini, Yayasan Sekolah Olahraga yang dikepalai oleh Prof. Syahrial Bakhtiar bekerja sama dengan pemerintah daerah dan dinas pendidikan dan kebudayaan kabupaten/kota untuk menyelenggarakan pelatihan kepada guru-guru PAUD/TK dan SD.
Pada pelatihan di Kabupaten 50 Kota yang diadakan di SMP Negeri 1 Harau, Kamis (9/7), guru-guru PAUD/TK diberikan materi tentang Pembelajaran Keterampilan Gerak Dasar (Fundamental Motor Skill / FMS) yang materi pelatihannya disampaikan oleh Tim FMS. Dalam pelatihan ini guru-guru PAUD/TK diajarkan tentang bagaimana peran dan fungsi gerak dasar kepada anak-anak usia dini.
Prof. Syahrial dalam pembukaan yang disampikannya di Kabupaten 50 Kota menjelaskan bahwa ukuran, kompleksitas dan synapsis pada otak anak akan tumbuh seiring dengan peningkatan kuantitas dan kualitas pengalaman sensori saat beraktifitas fisik. Fakta ini menegaskan bahwa tidak hanya lama anak bermain yang harus ditingkatkan, namun kualitas dalam permainan juga harus diperhatikan.
Ia juga menambahkan bahwa anak-anak harus menjelajahi lingkungan mereka jika ingin mengembangkan kemampuan kognitif maksimum mereka. Selama tahun-tahun awal, anak-anak menghabiskan banyak waktu berinteraksi dengan lingkungan melalui aktifitas gerakan seperti bergerak pelan-pelan, merangkak, berjalan, melompat dan sebagainya. Riset telah membuktikan bahwa aktifitas fisik anak pada usia ini akan sangat memicu perkembangan kemampuan kognitif anak.
Pada ruangan terpisah, guru-guru SD diberikan materi tentang Program Identifikasi Bakat Olahraga (Sport Talent Identification, TID) oleh TIM TID Indonesia. Di hadapan peserta yang berjumlah sekitar 100 orang, Prof. Syahrial menjelaskan bahwa program identifikasi bakat adalah upaya untuk mengidentifikasi dan mengembangkan bakat anak pada cabang olahraga tertentu.
Dikatakanya, bakat adalah kemampuan genetik yang terbatas dan diperoleh oleh individu dalam suatu populasi. Bakat merupakan gabungan dari gen (bawaan) dan faktor-faktor lingkungan. Latihan, kerja keras dan semangat menjadi faktor penentu dalam keberhasilan. Di bidang olahraga, identifikasi bakat sangat penting dilakukan kepada anak sejak usia dini sebagai upaya untuk mengetahui dan mengembangkan potensi mereka.
Melalui program ini, lanjut Prof. Syahrial anak-anak pada rentang usia 7-10 tahun akan dideteksi kemampuan bakat olahraga melalui serangkaian tes fisik (test battery) dengan sistem pengambilan data yang sudah terhubung melalui sistem aplikasi. Setelah mendapatkan data anak, program pengembangan secara spesifik pada cabang olahraga tertentu akan terus dilakukan dengan memperhatikan perkembangan fisik dan kognitif anak.
Program ini telah dibuktikan dan dilakukan oleh beberapa negara maju di Eropa seperti Belanda dan Belgia dalam melahirkan atlet-atlet profesional di ajang Olimpiade.
”Program Identifikasi Bakat ini adalah kerja sama antara saya dan Prof. Johan Pion selaku Kepala Penelitian Identifikasi Bakat Olahraga di HAN University of Applied Sciences, Belanda”, terangnya
Pelatihan yang diikutu 100-an guru-guru itu dibuka secara resmi oleh Bupati Irfendi Arbi diwakili Asisten III Setdakab, Joni Anto dan dihadiri Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan 50 Kota Indrawati. (Agusmardi)