Resensi Naskah Randai Jami Jobang

oleh. Marwati,S.Pd,M.Sn

KISAH atau cerita randai telah banyak dimainkan masyarakat Minangkabau (Sumatera Barat). Beberapa cerita yang sering dimainkan oleh masyarakat antaranya Rambun Pamenan, Cinduo Mato, Jami Jobang. Pada resensi kali ini penulis akan membahas tentang salah satu cerita randai yang berasal dari kota Sawahlunto cerita Jami Jobang. 

Cerita JAMI JOBANG adalah kisah nyata yang benar benar terjadi di Kota Sawahlunto tepatnya di kenagarian Talawi Desa Bukit Gadang. Jami Jobang adalah seorang pemuda desa yang mempunyai kisah hidup yang sangat rumit, sejak masih dalam kandungan Jami Jobang sudah dijodohkan oleh mandehnya (ibu) yang bernama Saudah dengan anak mamak (paman) Jami Jobang yang bernama Janesa. Setelah dewasa Jami Jobang memiliki prilaku yang kurang baik, suka main digelanggang, sedangkan Janesa adalah seorang gadis desa yang lembut dan patuh pada orang tuanya. 

Melihat prilaku Jami Jobang yang demikian, ibu Janesa berubah pikiran dan berniat membatalkan perjodohan Jami dengan Janesa dan secara diam-diam mereka menjodohkan Janesa dengan seorang guru mengaji yang bernama Pakiah Soma. Pakiah Soma adalah guru mengaji (ustad) dan seorang pemuda yang arif bijaksana, baik budi, memiliki harta yang lebih dibanding Jami Jobang dan disukai banyak orang. 

Perihal perjodohan antara Janesa dengan Pakiah Soma sampai ketelinga Jami Jobang sewaktu digelanggang, seketika itu juga Jami marah dan menemui Janesa untuk membicarakan tentang hubungan mereka. Janesa menolak Jami Jobang dengan halus ketika Jami mengajak Janesa kawin lari, Jami pun bertambah marah dan akhirnya membunuh gadis Janesa. Setelah membunuh Janesa, Jami menyerahkan diri pada Angku Palo untuk disidang. 

Hasil keputusan sidang, Jami dihukum dan dibuang ke Nusa kembangan. Mendengar hasil keputusan tersebut mandeh Saudah menangis terisak melepas kepergian anaknya Jami Jobang ke penjara Nusa Kambangan untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya. Tokoh atau  Pemeran dalam cerita dengan alur cerita tujuh legaran dalam randai ini, yang berujung Jami Jobang menyerahkan diri pada Angku Palo untuk menjalani proses hukum. 

Dan kelebihan naskah ini, adalah  diangkat dari kisah nyata yang benar-benar terjadi dalam kehidupan masyarakat sehingga menarik untuk ditampilkan, mudah dipahami oleh pembaca dan sudah disusun lengkap dengan petunjuk-petunjuk legaran serta dendangnya, sehingga memudahkan bagi grup seni untuk memahami dan mempelajarinya di lapangan, begitu juga tentang alur ceritanya maju sehingga pembaca pun tidak merasa bosan.

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Sawahlunto bersama dengan Ibu Herawati mampu menjadikan Floklor Kota Sawahlunto yang berjudul Jami Jobang menjadi sebuah kesenian tradisional randai, sehingga kisah perjodohan maut antara Janesa dan Jami Jobang lebih dikenal oleh masyarakat kota Sawahlunto dan masyarakat Sumatera Barat pada umumnya.

Namun sisi kekurangannya, Pada legaran IV terdapat pengantar cerita yang tidak sesuai dengan tatanan adat “alua jo patuik,patuik jo mungkin (hal yang sesuai dengan kaidah sepantasnya), karna pada dialog ini Jenesa dan Jami Jobang bersilat, sementara Janesa adalah seorang gadis Minang yang memakai baju kurung sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan adegan tersebut.

Dalam naskah ini terdapat beberapa watak tokoh yang tidak patut untuk diteladani seperti perilaku Jami Jobang yang suka main digelanggang, berjudi dan barambung serta yang paling fatal adalah membunuh dengan adegan pembunuhan.

Setidaknya, dalam cerita randai Jami Jobang mengajarkan banyak petuah-petuah Minang tentang kehidupan masyarakat Minangkabau pada zaman dahulu, dalam kehidupan masyarakat di Minangkabau anak-anak nya diajarkan untuk memahami petuah-petuah (nasehat) yang dituangkan berupa pantun. Dalam kisah ini kita banyak diajarkan untuk berlaku sopan kepada orang tua, menghargai sesama dan tidak menghalalkan segala cara untuk mendapatkan apa yang kita inginkan.

Judul Naskah    : Jami Jobang
Pengarang    : Hj. Herawati,S.Kar,M.Pd
Pekerjaan    : Dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Padang Panjang
Tahun Terbit    : 2015
Ketebalan    : 93 halaman

Tinggalkan pesanan

Alamat email anda tidak akan disiarkan.