Bupati Yuswir Arifin Buka Kegiatan Penguatan Gugus Tugas GNRM Tingkat Kabupaten Sijunjung di Batusangkar

Sambautan bupati

JURNAL SUMBAR | Batusangkar – Puluhan peserta dari berbagai elemen masyarakat, Kabupaten Sijunjung, mengikuti kegiatan Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM) pada Rabu (18/11/2020) di Emersia Hotel Batusangkar, Sumatera Barat.

Menurut Kepala Kantor Kesbanglingmas Sijunjung, David Rinaldo,S.STP, menyebutkan, kegiatan sehari penuh itu diikuti unsur OPD terkait, Tokoh Masyarakat, Budayawan, Pendidik dan juga melibatkan media serta unsur Forkofimda juga hadir, seperti Ketua DPRD Sijunjung, Bambang Surya Irawan Wakapolres Kompol Andi Sentosa, SH, Letkol Inf Endik Hendrasandi, dan dari Kejari Sijunjung juga hadir termasuk Kaban Lesbanglunmas Sumbar serta Asisten Deputi Eevolusi Mental, Kemenko PMK, Redemtus Alfredo Sani Fenat.

Kepala Kantor Kesvanglunmas Sijunjung menyampaikan laporan

Disebutkan David, Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM) yang dicanangkan oleh Pemerintah tersebut telah dilakukan oleh berbagai provinsi di Indonesia melalui berbagai aksi. Sijunjung sendiri sejak 2018 kegiatan tersebut diusulkan.

Bupati Sijunjung, Drs. H. Yuswir Arifin Dt Inda Marajo,MM, menyebutkan, untuk tingkat kabupaten dan kota, Kabupaten Sijunjung pertama kali melaksanakan kegiatan GNRM yang telah memiliki gugus tugas.

Menurut Yuswir, dalam kehidupan sehari-hari, praktek revolusi mental adalah menjadi manusia yang berintegritas, mau bekerja keras, dan punya semangat gotong royong.”

Penyerahan Cendramata

“Revolusi Mental adalah suatu gerakan untuk menggembleng manusia Indonesia agar menjadi manusia baru, yang berhati putih, berkemauan baja, bersemangat elang rajawali, berjiwa api yang menyala-nyala.”

Itulah adalah gagasan revolusi mental yang pertama kali dilontarkan oleh Presiden Soekarno pada Peringatan Hari Kemerdekaan 17 Agustus 1956. Soekarno melihat revolusi nasional Indonesia saat itu sedang mandek, padahal tujuan revolusi untuk meraih kemerdekaan Indonesia yang seutuhnya belum tercapai.

Para peserta
Epi

Dikatakan bupati, Revolusi di jaman kemerdekaan adalah sebuah perjuangan fisik, perang melawan penjajah dan sekutunya, untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kini, 70 tahun setelah bangsa kita merdeka, sesungguhnya perjuangan itu belum, dan tak akan pernah berakhir. Kita semua masih harus melakukan revolusi, namun dalam arti yang berbeda. Bukan lagi mengangkat senjata, tapi membangun jiwa bangsa.

Membangun jiwa yang merdeka, mengubah cara pandang, pikiran, sikap, dan perilaku agar berorientasi pada kemajuan dan hal-hal yang modern, sehingga Indonesia menjadi bangsa yang besar dan mampu berkompetisi dengan bangsa-bangsa lain di dunia.

Kenapa membangun jiwa bangsa yang merdeka itu penting? Membangun jalan, irigasi, pelabuhan, bandara, atau pembangkit energi juga penting. Namun seperti kata Bung Karno, membangun suatu negara, tak hanya sekadar pembangunan fisik yang sifatnya material, namun sesungguhnya membangun jiwa bangsa. Ya, dengan kata lain, modal utama membangun suatu negara, adalah membangun jiwa bangsa.

Inilah ide dasar dari digaungkannya kembali gerakan revolusi mental oleh Presiden Joko Widodo. Jiwa bangsa yang terpenting adalah jiwa merdeka, jiwa kebebasan untuk meraih kemajuan. Jiwa merdeka disebut Presiden Jokowi sebagai positivisme.

Gerakan revolusi mental semakin relevan bagi bangsa Indonesia yang saat ini tengah menghadapi tiga problem pokok bangsa yaitu; merosotnya wibawa negara, merebaknya intoleransi, dan terakhir melemahnya sendi-sendi perekonomian nasional.

Dalam kehidupan sehari-hari, praktek revolusi mental adalah menjadi manusia yang berintegritas, mau bekerja keras, dan punya semangat gotong royong. Para pemimpin dan aparat negara akan jadi pelopor untuk menggerakkan revolusi mental, dimulai dari masing-masing Kementerian/Lembaga (K/L). Sebagai pelopor gerakan revolusi mental, pemerintah lewat K/L harus melakukan tiga hal utama yaitu; bersinergi, membangun manajemen isu, dan terakhir penguatan kapasitas aparat negara.

Gerakan revolusi mental terbukti berdampak positif terhadap kinerja pemerintahan Jokowi. Dalam waktu yang tidak terlalu lama, ada banyak prestasi yang diraih berkat semangat integritas, kerja keras, dan gotong royong dari aparat negara dan juga masyarakat.

Bahkan di Sijunjung sendiri sudah melaksanakan kegiatan penguatan Gugus Tugas Revolusi mental menghadirkan sebanyak 4.000 guru dengan menghadirkan Kak Seto.

Kegiatan juga dilaksamakan penyerahan cendramata dari Asisten Deputi Eevolusi Mental, Kemenko PMK, Redemtus Alfredo Sani Fenat kepada Bupati Yuswir Arifin.ius

Tinggalkan pesanan

Alamat email anda tidak akan disiarkan.