JURNAL SUMBAR | Sijunjung – Selama masa pandemi Covid-19, penambahan angka stunting di Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat, melonjak drakris. Data yang tercatat pada tahun 2019 hingga tahun 2021 angka stunting meningkat lebih kurang tujuh persen.
Selain stunting, angka kemiskinan di Kabupaten Sijunjung juga meningkat sebesar 0,02 persen jika dibanding dari tahun 2020 ke 2021. Hal itu diungkapkan langsung Bupati Sijunjung Benny Dwifa saat menggelar forum konsultasi publik (FKP) rancangan awal RPJMD.
Dihadapan jajaran perangkat OPD dilingkungan Pemkab Sijunjung, Bupati Benny menekankan bahwa persoalan stunting merupakan PR bersama yang harus dituntaskan. Termasuk sektor ekonomi kerakyatan agar lebih diperkuat melalui kegiatan pembangunan di setiap OPD.
”Sejak Covid-19 angka stunting kita meningkat. Ini jadi PR bagi kita semua, karena persoalan stunting bukan tanggung jawab dinas kesehatan saja, tapi tanggung jawab pemerintah daerah. Kita butuh kolaborasi dan kerjasama dengan organisasi maupun instansi lainnya,” tegas Benny Dwifa.
Sementara, Kadis Kesehatan Kabupaten Sijunjung drg Ezwandra MSi menjelaskan, kenaikan angka stunting semenjak pandemi Covid-19 hampir merata dialami daerah lain, baik di Sumbar maupun nasional, bukan hanya di Sijunjung.
”Memang ada kenaikan sekian persen, tapi itu hampir merata di semua daerah baik di Sumbar hingga nasional. Kenaikan itu karena dampak pandemi Covid-19. Jadi tidak hanya kita di Sijunjung saja yang naik,” tutur Ezwandra, Senin (24/1).
Pada tahun 2019 angka stunting di Sijunjung 23,4 persen, pada tahun 2021 mengalami kenaikan menjadi 30,1 persen. Data tersebut berdasarkan hasil survey study status gizi yang dilakukan oleh Kemenkes.
”Persoalan stunting dilatarbelakangi oleh beberapa faktor, dan banyak pihak yang berperan disana. Diantaranya dipengaruhi oleh pola asuh, pola makan dan sanitasi. Tiga aspek tersebut memiliki cakupan yang luas,” sebut Ezwandra.
Pada bidang kesehatan, lanjut Kadis, selama masa pandemi kegiatan posyandu sempat terhenti akibat dinas kesehatan lebih fokus pada penanganan Covid-19. ”Salah satu cara kita mengontrol stunting itu melalui posyandu, disana perkembangan anak bisa dipantau, baik itu pola asuh, pola makan dan sebagainya. Tapi selama pandemi ini memang terkendala, ini menjadi perhatian kita ke depan agar angka stunting bisa kembali ditekan,” terang Ezwandra.
Hal itu disebabkan oleh konsentrasi dinas kesehatan yang terfokus pada penanganan Covid-19 dan mengejar capaian vaksinasi. ”Ke depan kita telah mengatur secara berjenjang baik ditingkat dinas hingga jajaran kebawah agar pelayanan-pelayanan kepada masyarakat bisa kembali dilaksanakan. Jadi kita bagi-bagi, ada yang untuk vaksin ada yang untuk pelayanan kesehatan lainnya, ” tambah Ezwandra.
“Jadi kita menargetkan pada tahun 2024 nanti angka stunting di Sijunjung sudah tinggal 14 persen. Tentunya ini butuh peran kita bersama untuk menekan angka tersebut,” harap Ezwandra. (ndo)