JURNAL SUMBAR | Sijunjung – Ternyata di Kecamatan Lubuktarok, Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat, hingga Februari 2022 ditemukan 186 balita dengan kasus stunting (kondisi gagal tumbuh pada anak balita bayi di bawah 5 tahun akibat kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya-red).
Selain kasus stunting, di Kecamatan Lubuktarok itu juga ditemukan 2.127 orang beresiko stunting. Namun jumlah tersebut sudah lebih kecil dibanding temuan dari data hasil survei Study Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021 yang mencapai 2.502 beresiko stunting.
Hal itupun dibenarkan Kepala Puskesmas Lubuktarok, Gusnidar,S.ST kepada Jurnalsumbar.Com, Selasa (21/6/2022). “Yaa.., dari data hingga Februari 2022 memang tercatat ada sebanyak 186 balita stunting ditemukan Kecamatan Lubuktarok,” kata Kapus Lubuktarok itu.
Ke-186 kasus stunting itu terdapat di Nagari Buluhkasok 48 balita, Lubuktarok 26, Lalan 19, Silongo 19, Kampungdalam 43, dan Latang 31. Dengan total stunting 186 orang atau sebanyak 15 persen.
Untuk memperkecil atau menurunkan angka stunting itu, kata Kapus, pihaknya melakukan door to door ke rumah warga yang terduga stunting.
Hasil Survei SSGI, 32.777 Warga Sijunjung Teridentifikasi Beresiko Stunting
“Saat ini, staf kami sedang melakukan peninjauan kelapangan. Termasuk adanya ditemukan adanya kasus gizi buruk di Latang. Kini kita (Puskesmas-red) tengah menunggu hasilnya, apa benar gizi buruk atau masalah kesehatan lainnya,”papar Kapus Lubuktarok.
Koordinator Penyuluh KB , Iza membenarkan ada sebanyak 2.129 orang beresiko stunting di Lubuktarok. Data itu diperolehnya dari 22 Posyandu yang ada di Ranah Godook Obuy itu. Lengkapnya simak video diatas.
Ketua Forum Kabupaten Sehat Sijunjung, Fajar Satrian,SE, mengatakan, agar semua pihak yang terkait untuk saling bersama-sama mengatasi menurunkan angka stunting maupun beresiko stunting.
“Meski begitu, dalam penanganan stunting garda terdepan tentu Dinas Kesehatan. Monggo saling berkolaborasi menekan angka stunting maupun angka beresiko stunting,”ucap Fajar.
Kepala Dinas Kesehatan Sijunjung, drg. Ezwandra, berharap angka stunting maupun beresiko stunting agar dapat ditekan.
“Nah, saya juga berharap sama rekan-rekan dari Forum Kabupaten Sijunjung Sehat juga dapat melaporkan hasil temuannya secara tertulis,”ucap Ezwandra via telepon selularnya, Selasa (21/6/2022).
Wabup Sijunjung, H.Iradatillah,S.Pt, menyebutkan, untuk penanganan kasus stunting maupun beresiko stunting itu, petugasnya sudah diturunkan.
“Dengan turunnya petugas ke masyarakat, diharapkan angka stunting maupun beresiko stunting turun,”kata Politisi PPP Sijunjung itu.
Untuk diketahui, dari 235,045 jiwa penduduk Ranah Lansek Manih, ternyata terdapat 32.777 warga teridentifikasi beresiko stunting. Hal itu terungkap dari data hasil survei Study Status Gizi Indonesi (SSGI) tahun 2021.
Dari 32.777 Warga Sijunjung dilaporkan Teridentifikasi Beresiko Stunting itu, paling banyak berada di Kecamatan Kamangbaru, 7.610 orang, Kecamatan Sijunjung terdapat 6.403 orang, Koto VII sebanyak 4.676 orang, Tanjung Gadang, 4.102 orang, Sumpurkudus 4.005 warga, Lubuktrok 2.502, IV Nagari 1.941 orang dan Kupitan 1.538 orangteridentifikasi beresiko stunting.
“Yaa, itu hasil survei SSGI, 32.777 Warga Sijunjung dilaporkan Teridentifikasi Beresiko Stunting,”kata Plt Dalduk KB Sijunjung, Sukardi,SH alias Kardi Ray pada Jurnalsumbar.Com, Minggu (5/6/2022) lalu.*