Perempuan Yang Tertindas Dalam Kisah Cinta Ken Tambuhan dan Juliet

Oleh M Taufan Riyanto

1359

Penindasan terhadap perempuan merupakan cikal bakal lahirnya gerakan perempuan. Penindasan terhadap perempuan menurut Hendri Morgan telah dilakukan sejak zaman berburu meramu, lebih tepatnya pada fase babarisme. Pada fase ini telah muncul konsep pemelikan yang dikuasai oleh institusi keluarga. Laki-laki pada fase ini menjadi pihak yang lebih banyak bekerja dan menguasai alat produksi seperti tanah dan lahan. Sementara perempuan hanya dianggap sebagai mesin reproduksi dan mengurus ranah domestik.

Penindasan terhadap perempuan memang sudah bawaan biologis atau sejak lahir, yang mana laki-laki memiliki penis dan perempuan memiliki vagina. Penis dianggap sebagai organ yang lebih penting disbanding vagina. Penis menurut teori determinasi biologi dianggap sebagai alat pengontrol seksualitas, sebagaimana laki-laki dapat mengatur tubuh perempuan.

Feminisme adalah serangkaian gerakan sosial, gerakan politik, dan ideologi yang memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk mendefinisikan, membangun, dan mencapai kesetaraan gender di lingkup politik, ekonomi, pribadi, dan sosial.

Feminisme merupakan konsep pemikiran yang menuntut adanya kesetaraan hak dan keadilan yang sama pada wanita dengan kaum pria. Konsep ini merupakan salah satu bentuk dari emansipasi wanita di seluruh dunia.

Gerakan feminisme gelombang pertama dimulai pada abad ke-19 hingga awal abad ke-20 di negara-negara Barat. Pada 1972, tokoh feminis perempuan dari Inggris Bernama Marry Wollsstonecraft menulis karya tulis berjudul The Vindication of the Rights of Woman.

Feminisme multkultural adalah feminisme yang menekankan pada pelaku diskriminasi dan penindasan tidak hanya laki-laki, akan tetapi semua orang yang memiliki ras lebih tinggi. Feminism multicultural menentang gagasan bahwa semua perempuan memiliki pandangan dan pikiran yang sama tentang penyebab ketidakadilan atau ketidaksetaraan,dan mengatasnamakan perempuan pada umumnya (Okin, 1999, Tronto, 2006:426, Tong, 2008:309-310).

Feminisme multicultural dapat dilihat dalam kisah cinta Ken Tambuhan dengan Inu Kertapati dan kisah cinta Romeo Juliet. Kedua kisah cinta ini mempunyai kesamaan atas penindasan terhadap perempuan yang status sosialnya rendah di masyarakat. Lewat kisah cinta ini saya akan membahas tentang penindasan yang terjadi di zaman dahulu.

Dalam khazanah Sastra Melayu Klasik ditemukan sejumlah naskah yang berjudul dengan nama dan tokoh perempuan. Jumlahnya tidak banyak, kurang lebih hanya 17 judul dan ditulis dalam bentuk hikayat dan syair. Salah satu syair yang berjudul dan bertokoh perempuan adalah Syair Ken Tambuhan.

Syair Ken Tambuhan termasuk dalam syair yang popular. Jumlah naskahnya banyak disimpan di berbagai negara, antara lain Belanda, Inggris, Singapura, dan Indonesia. Salah satu alas an mengapa syair ini popular dan digemari adalah aspek percintaan antara Ken Tambuhan dan Raden Menteri yang begitu romantis. Syair ini juga menunjukkan Ken Tambuhan sebagai tokoh perempuan yang menderita karena kejahatan Permaisuri, tetapi kemudian Ken Tambuhan memperoleh kemuliaan.

Kisah singkat Syair Ken Tambuhan

Raja Kuripan mempunyai banyak putri tawanan sebagai hadiah dari raja-raja taklukannya. Salah seorang di antaranya adalah Ken Tambuhan, puteri dari Tanjungpuri. Sebenarnya, ia bernama Puspakencana. Bersama para puteri lainnya, mereka tinggal dalam sebuah taman yang berpagar batu. Ken Tambuhan ditemani oleh dua orang dayang yang bernama Ken Tadahan dan Ken Penglipur. Di tempat tersebut, para puteri melakukan segala kegiatan, antara lain bertenun.

Raja Kuripan mempunyai seorang putera tunggal yang bernama Raden Inu Kertapati, yang disebut juga Raden Menteri. Raden Menteri mempunyai pengiring yang bernama Wiradandani. Raden Menteri telah ditunangkan dengan puteri Raja Banjarkulon (Daha).

Suatu hari, Raden Menteri pergi bermain dan menyumpit seekor burung serindit (bayan atau nuri). Sang burung melarikan diri dan jatuh di tempat tenun Ken Tambuhan. Ken Tambuhan hendak menangkap burung itu, tetapi burung terbang kembali. Sementara itu, Raden Menteri mengejar burung buruannya dan masuk ke taman. Di sana ia bertemu dengan Ken Tambuhan. Ketika melihat kecantikan Ken Tambuhan, Raden Menteri jatuh cinta. Ia terus merayu Ken Tambuhan. Ken Tambuhan sangat khawatir, terutama kepada permaisuri, karena ia hanya seorang puteri tawanan. Meskipun demikian, akhirnya Ken Tambuhan menyerah. Mereka hidup bahagia sebagai suami-isteri selama beberapa waktu.

Permaisuri mendengar kabar bahwa Raden Inu menikah dengan Ken Tambuhan. Ia sangat marah karena Ken Tambuhan bukan perempuan yang setara dengan Raden Menteri. Ia memanggil Raden Menteri dan menyuruhnya pergi berburu kijang ke hutan. Setelah itu, Permaisuri memanggil Pelebaya (pemburu) untuk membunuh Ken Tambuhan di hutan.

Sebelum berangkat berburu, Raden Menteri berpamitan dengan Ken Tambuhan. Setelah Raden Menteri berangkat ke hutan, Pelebaya datang ke tempat Ken Tambuhan. Ia mengajak Ken Tambuhan untuk menyusul Raden Menteri. Ken Tambuhan pergi diiringi Ken Penglipur dan Ken Tadahan. Sesampainya di hutan, Pelebaya membunuh Ken Tambuhan. Sebelum dibunuh, ia memberi cincinnya kepada Pelebaya sebagai upah. Ia berpesan supaya jenazahnya diletakkan di atas rakit dan dilarung di sungai. Ken Penglipur dan Ken Tadahan ikut membunuh diri. Pelebaya kemudian meletakkan jenazah Ken Tambuhan dan kedua dayangnya di atas rakit. Pelebaya kemudian kembali ke istana dan memberi tahu Permaisuri bahwa Ken Tambuhan telah mati. Permaisuri sangat senang.

Saat Raden Menteri sedang berburu, perasaan hatinya tak tenang. Ia senantiasa terkenang kepada Ken Tambuhan. Ia tidak memperoleh hasil perburuan. Ia kemudian beristirahat dan mengajak pengiringnya mandi di sungai. Saat mandi, ia melihat rakit yang hanyut. Ia segera mengambil rakit itu. Ketika melihat isterinya ada di atas rakit dan tak bernyawa, Raden Menteri pingsan. Setelah sadar, ia mengambil keris dan membunuh diri.

Wiradandani menyuruh adiknya mengabarkan kematian Raden Menteri kepada raja. Raja sangat sedih. Ketika mengetahui bahwa Pelebaya yang membunuh puteranya, ia sangat marah dan menyuruh orang untuk membunuh Pelebaya. Permaisuri sangat menyesaliperbuatannya. Ia kemudian dikucilkan dan disuruh memelihara anjing perburuan.

Jenazah Raden Menteri dan Ken Tambuhan diletakkan di dalam candi. Selama 40 hari Raja Kuripan bertapa meminta Raden Menteri dihidupkan kembali. Akhirnya, Batara Guru menyuruh Batara Kala turun ke dunia untuk menghidupkan Raden Menteri. Dengan bunga Gandapurawangi atau Wijayamala yang didapatnya dari bidadari Sugarba, Batara Kala menghidupkan Raden Menteri dan Ken Tambuhan kembali. Sementara itu, Raja Banjarkulon sedang gundah karena kehilangan puterinya. Ia mendengar kabar bahwa Raden Menteri akan dinikahkan dengan Ken Tambuhan. Ia segera bersiap untuk datang ke Kuripan. Sesampainya di Kuripan, ternyata bahwa Ken Tambuhan adalah puterinya yang hilang. Pernikahan Raden Menteri dan Ken Tambuhan dilaksanakan dengan meriah. Raden Menteri diangkat menjadi raja di Banjarkulon dan Kuripan, Ken Tambuhan menjadi permaisurinya.

Kisah Singkat Romeo Juliet

Brooke tahun 1562, dan diceritakan kembali dalam bentuk prosa pada Palace of Pleasure karya William Painter tahun 1582.

William Shakespear meminjam ide dari kedua karya itu untuk dikembangkannya. William Shakespear berhasil dalam mengembangkan cerita ini dan menjadi karya yang paling terkenal. Romeo and Juliet juga merupakan karya yang sering dipentaskan selain Hamlet and Macbeth.

Cerita ini bersetting di Kota Verona, Italia. Terdapat dua keluarga yang saling bermusuhan sejak lama, yaitu Keluarga Montague dan Keluarga Capulet. Mulanya, Romeo yang berasal dari keluarga Montague jatuh hati kepada Rosaline yang berasal dari keluarga Capulet.

“Di Verona hidup dua orang bangsawan yang saling bermusuhan, yaitu tuan Capulet dan tuan Montague. Karena sesuatu hal yang menyinggung harga diri, persahabatan itu akhirnya retak kemudian pecah berubah menjadi perselihan yang mengandung api kebencian.” (RJ 2010:1). Kutipan ini menjelaskan penyebab awal terjadinya perselisihan keluarga Montage dan Capulet.

Suatu ketika, Tuan besar Capulet, yaitu ayah Juliet, berencana mengadakan pesta besar dan mengundang semua rekan bisnis serta teman-temannya. Karna perselisihan tersebut tentu Keluarga Montague tidak diundang. Namun, Romeo yang berasal dari keluarga Montage nekat menghadiri pesta tersebut karena ingin bertemu Rosaline.

Begitu sampai di tengah pesta, perhatian Romeo justru teralihkan dengan pesona Juliet, bukannya Rosaline. Romeo pun langsung jatuh hati. Juliet merupakan anak dari Raja Capulet yang masih berumur 13 tahun. Pada saat itu Julia ingin dilamar oleh seorang bangsawan Verona yaitu Count Paris. Namun, Capulet meminta untuk menunggu dua atau tiga tahun lagi.

“Sementara Juliet begitulah nama gadis cantik menawan itu, mengedarkan pandangan menatap setiap orang yang hadir melalui keindahan bola matanya. Tiba-tiba ia tercekat saat matanya memandang Romeo. Seketika Juliet seolah ingin memasrahkan seluruh jiwa dan raga, tanpa memperdulikan keadaan diri baik kebebasan maupun kesehatan raga.” (RJ 2010:22-23). Kutipan ini menjelaskan cinta pada pandangan pertama Romeo terhadap Juliet.

“Romeo mengunjungi taman rumah Juliet secara sembunyi-sembunyi untuk melihat sang kekasih dari kejauhan, agar tidak diketahui oleh orang lain. Dari taman itu ia dapat melihat wajah Juliet yang cerah, sembari menyandarkan tubuhnya di jendela.” (RJ 2010:43).

Juliet yang mengetahui dia akan dinikahkan meminta bantuan ke Frater lawren untuk membatalkan pernikahaannya dengan Paris. Ia menawarkannya obat yang akan membuatnya seperti orang yang meninggal. Ketika pagi hari menjelang pernikahan dengan Paris, dia minum obat yang akan membuatnya tampak seperti sudah meninggal. Agar dia tidak jadi menikah dengan Paris.

Dengan hati yang hancur, Romeo pun pergi melihat Juliet untuk terakhir kalinya. Di sana, ia sempat dihadang oleh Paris yang dengan sekejap dibunuh oleh romeo. Tak ada satu pun yang bisa menghentikannya untuk bersatu dengan kekasih tercintanya.

Di samping tubuh Juliet, ia menelan racun yang dibelinya lalu mati seketika. Namun beberapa waktu kemudian, Juliet pun terbagun dengan sebuah harapan kosong. Ia justru melihat tubuh suaminya yang tak berdaya lagi. Merasa tak punya alasan untuk hidup, Juliet perlahan mengambil belati Romeo dan menghujam dirinya dengan benda tersebut.

“Juliet melihat belati Romeo tergeletak, meraih dengan gerakan cepat lalu ditusukkan ke dadanya sendiri. Tubuhnya roboh menimpa tubuh Romeo.” (RJ 2010:175).

Perbedaan sosial membuat kisah cinta Ken Tambuhan dan Juliet sangat rumit yang diakibatkan oleh perbedaan status sosial di masyarakat. Dalam kisah cinta Ken Tambuhan menjadi tokoh yang tertindas karena kekejaman Permaisuri. Ken tambuhan berstatus sebagai putri tawanan yang tidak setara dengan Raden Menteri. Perbuatan Ken Tambuhan membuat Permaisuri gusar. Permaisuri menista Ken Tambuhan dengan sebutan yang merendahkan. Ia disebut sundal, candal, dan tawanan yang bebal.

Kisah cinta Romeo dan Juliet menggambarkan kehidupan masyarakat. Sebuah perselisihan antara pihak keluarga Romeo yang tidak menyetujui kisah percintaan Romeo dengan Juliet, karena jukiet berstatus kalangan bawah dan tidak setara dengan status Romeo.

Kedua kisah ini mempunyai kisah yang sama, akan tetapi pada akhir cerita berbeda. Pada kisah Ken Tambuhan berakhir bahagia. Sedangkan pada kisah Romeo Juliet berakhir dengan romantic karena Juliet ingin sama-sama mati bersama Romeo.

Cara mengakhiri penindasan terhadap perempuan adalah pertama, laki-laki dianjurkan mengambil posisi yang ketiga karena kesetaraan gender akan terwujud jika laki-laki ikut bertanggung jawab atas bentuk-bentuk kekerasan yang dialami perempuan baik dalam rumah tangga, keluarga, atau kehidupan masyarakat. Kedua, hubungan yang timpang dalam kehidupan sosial bisa berupa pembatasan perempuan untuk menjadi wanita karir harus dibenahi. Karena perempuan juga bisa bekerja di berbagai sektor. Ketiga, status sosial perempuan di masyarakat seperti feminism multikular harus dihentikan, karena di era globalisasi seperti ini semua gender harus setara, semuanya sama di mata hukum tidak ada kalangan atas dan bawah. Demikianlah kisah kekerasan perempuan dari dua kisah cinta antara Ken Tambuhan dan kisah cinta Romeo dan Juliet.

Penulis adalah mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here