Paguyuban Subur Budoyo Gelar Kuda Kepang Sambut Bulan Suro di Sawahlunto

JURNAL SUMBAR | Sawahlunto – Paguyuban Subur Budoyo menggelar pementasan kuda kepang (kuda lumping) dalam menyambut dan memeriahkan bulan suro sekaligus melestarikan kebudayaan masyarakat keturunan Jawa di Sawahlunto yang merayakan tahun baru Islam atau bulan Suro, Minggu (16/7/2023) di Lapangan Segitiga Ombilin.

Bulan Suro atau Muharram merupakan salah satu bulan yang sangat sakral bagi masyarakat Jawa, yang senantiasa diperingati dengan berbagai kegiatan baik kegiatan agama maupun budaya.

Ketua paguyuban Subur Budoyo, Marjadi mengatakan penampilan kuda kepang ini merupakan bagian dari kegiatan menyambut datangnya bulan suro, sekaligus menghibur masyarakat di akhir pekan.

“Kami mengembangkan kesenian ini tidak terlepas dari upaya untuk melestarikan kebudayaan dan mengalihkan perhatian generasi muda anggota paguyuban dari hal negatif,” ujarnya.

Momen Suro lanjut Marjadi, momen mengenang kembali berbagai kejadian yang terjadi dalam sejarah Islam dan perkembangan Islam di Nusantara.

Epi

“Kegiatan – kegiatan yang biasanya dilakukan oleh nenek moyang kita terdahulu, kita coba pertahankan untuk senantiasa lestari, sebagai keturunan suku Jawa di Sawahlunto,” ujarnya lagi.

Selain kuda kepang lanjutnya, Paguyuban Subur Budoyo juga memiliki kesenian Reog, yang merupakan kesenian dari Ponorogo Jawa Timur. Sebelum benar benar komit dalam mengembangkan Reog Ponorogo ini, Subur Budoyo banyak belajar kepada sanggar Singo Ludoyo Payakumbuh yang telah terlebih dahulu eksis. Bahkan lanjutnya, pihaknya saling berkolaborasi dengan latihan bersama mengenalkan lebih luas kesnian khas asal Ponoroga Jawa Timur itu.

“Saat ini anggota paguyuban berjumlah 40 orang, dengan tiga jenis kesenian yang dikembangkan, yakni Reog Ponorogo, Kesenian jaranan pegon ciri khas Kediri Jawa Timur dan Kuda lumping,” ujar Marjadi.

Paguyuban Subur Budoyo lanjutnya, membuka seluas luasnya bagi generasi muda yang berminat untuk belajar, terkait yang ingin bergabung, pihaknya tidak mengkhususkan kepada keturunan etnis jawa saja, tetapi terbuka untuk siapa saja yang suka dan berkeinginan untuk mengembangkannya.

“Harapannya, paguyuban Subur Budoyo semakin berkembang dan dapat eksis sebagai pemersatu kekuatan dalam melestarikan khasanah budaya yang ada di Nusantara ini,” harapnya. Kiy

Tinggalkan pesanan

Alamat email anda tidak akan disiarkan.