JURNAL SUMBAR | Bengkulu – Desa Rinduhati Kecamatan Taba Penanjung Kabupaten Bengkulu Tengah Provinsi Bengkulu hampir 99 % penduduk suku bangsa Rejang dan berkomunikasi sehari hari berbahasa Rejang, Desa Rinduhati ini lebih tepatnya berada di kaki bukit barisan, desa ini terkenal dengan wisata pemandian air deras dan wisata perkemahan, banyak dikunjungi oleh warga kota Bengkulu.
Ketika jurnalis Jurnal Sumbar com berkunjung ke desa Rinduhati ada yang menjadi perhatian dan merasa ada yang khusus, dimana di tengah tengah desa berdiri megah sebuah rumah adat Minang Kabau (Rumah Gadang) terletak di jalan utama.
Lengkapnya, simak Laporan Jon Aidi dari Bengkulu
Sekilas kita melihat masyarakat desa Rinduhati 99 % suku Rejang dan sehari-hari berkomunikasi dengan bahasa Rejang.
Jurnal Sumbar com mencoba mencari informasi kenapa di tengah tengah penduduk mayoritas penduduk rejang, jauh dari ranah Minang dan desa terpencil ada rumah adat Minang (Rumah gadang), ternyata rumah gadang ini dibuat oleh Sutan Muklis SH, semasa menjadi kepala desa bahwa rumah gadang ini ada lah bentuk rasa cintanya terhadap leluhurnya, dimana Sutan Muklis, SH ada hubungan kekerabatan dengan tanah Pagaruyung atau minang Kabau, orang tua laki lakinya berasal dari Pagaruyung sedangkan ibu asli suku Rejang desa rindu hati.
Ketika jurnalis jurnal Sumbar com berbincang bincang dengan Sutan Muklis, SH. Tokoh masyarakat desa rindu Rinduhati mengatakan
“Leluhur desa Rinduhati ini berasal dari Pagaruyung batu sangkar sumatera barat, yang diawali dengan pengungsian putra mahkota Pagaruyung yang bungsu pada perang Padri yang bernama TUANKU DAULAT MAHARAJO PANGGOYANG ALAM alias tuanku GAGOK bersama rombongan dan ini dibuktikan makan leluhur ada di desa Rinduhati, ayah saya salah satu rombongan dari putra mahkota Pagaruyung. Saya sangat mencintai tanah leluhur orang tua saya yaitu ranah Pagaruyung saya adalah keturunan dari Minang kabau,
Kemudian Sutan Mukhlis,SH, yang mantan Kepala Desa Rinduhati 2 priode ini melanjutkan
” Rumah gadang ini kami menyebutnya istana Pagaruyung ditanah rejang khusus di bangun untuk mengingat jasa para pendahulu yang berasal dari Pagaruyung dan kami mencintai para leluhur kami berasal dari Minang kabau, yang waktu itu datang dalam pengisian ketika terjadi perang Padri di Minang kabau dan mereka menetap di desa Rinduhati”
Sutan Mukhlis, SH. Yang juga anggota DPRD terpilih kabupaten Bengkulu Tengah priode 2024 – 2029 yang maju melalui partai PAN mengatakan
“Rumah gadang ini kita bangun untuk kita dedikasikan melestarikan rumah adat Minang di ranah rejang untuk mengingat bahwa kita berasal dari Pagaruyung, juga bangunan ini bukan untuk hunian diperuntukan untuk pertemuan pertemuan seperti rapat rapat di tingkat desa maupun ada tamu tamu, baik kabupaten maupun provinsi kita sambut dan bermusyawarah di sini, seperti balai adat begitu lah , yang jelas rumah adat ini dibangun untuk mengingat bahwa kami masih ada keturunan Minang kabau, kami mencoba untuk bersilaturahmi dengan keturunan leluhur yang berada di pagauyung batu sangkar ”
Kemudian Sutan Muklis SH, mengatakan
” Raja Pagaruyung sangat mensuport istana pagaruyung di tanah Rejang ini hal ini dibuktikan dengan kunjungan Raja Pagaruyung SUTAN TAUFIK (alm) sudah tiga kali mengunjungi istana Pagaruyung ditanah rejang ini ” dan mengakhiri percakapan.
Orang Minang terkenal suka hidup merantau., Mereka tersebar di berbagai wilayah di Indonesia dan juga di mancanegara, para perantau Minang yang sudah bertahun tahun meninggalkan tanah kelahiran nya dan keturunannya telah menjadi warga masyarakat tempat tapi mereka tidak akan lupa dengan adat istiadat daerah asal, hal ini bisa jadi kerna Peribahasa Minang yang berbunyi
“dimaa Bumi dipijak disinan Langiiek dijunjung , dimaa air dusawuk disitu ranting dipatah” Pepatah ini sebagai pedoman bagi perantau Minang dalam merantau dimana pun kita berada harus bisa menyesuaikan diri di daerah yang kita tempati.
Semoga saja antara perantau Minang maupun keturunanya bisa menjalin silaturahmi sehingga bisa menyelusuri silsilah keturunannya.
Jon Aidi Patopang