Pasca Galodo dan Longsor Hantam Sumatera Barat, 37 Korban Meninggal

JURNAL SUMBAR | Agam – Masyarakat Sumatera Barat (Sumbar) berduka. Bencana yang datang silih berganti  seakan mencapai puncaknya dengan musibah banjir lahar dingin dari Gunung Marapi, Sabtu (11/5/2024).

Air bah bercampur tanah, batu, kayu dan material Galodo menimpa beberapa kawasan di daerah Kabupaten Agam dan Tanah Datar.

Galodo yang datang secara tiba-tiba tersebut, menerjang perumahan, persawahan, ladang dan rumah ibadah. Jalanan tiba-tiba berubah menjadi lautan air bah dengan warna kehitaman yang bercampur material batu dan kayu. Menerjang apa saja yang menghalangi jalannya galodo. Korban pun berjatuhan.

Tak hanya galodo, banjir besar juga menimpa Kawasan Lembah Anai, Kabupaten Tanah Datar. Banjir bandang ini memutuskan jalan lintas dan memporakporandakan bangunan yang ada di sepanjang tepian Batang Anai. Bahkan sebuah kafe yang berada di tepi Sungai, ludes tak berbekas hilang dibawa banjir.

Masyarakat pun terkejut. Mereka tak pernah melihat banjir besar melanda ksawan Lembah Anai sedahsyat itu. Seorang dosen Univ Leiden Dr Suryadi Sunuri, menulis di medsos bahwa air bah besar di kawasan itu sebelumnya terjadi th 1892.

Banjir Bandang dan aliran lahar dingin menghantam sejumlah kecamatan di Kabupaten Agam pada Sabtu (11/5/2024). Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Barat (Sumbar) jumlah korban meninggal dunia dari empat kabupaten terdampak, sebanyak 37 orang. Sebanyak 17 lagi masih dinyatakan hilang.

Korban berasal dari Kabupaten Agam sebanyak 19 orang, Tanah Datar 9 orang, Padang Pariman 7 orang dan Padang Panjang 2 orang. Sampai malam tadi, sudah 35 korban yang berhasil diidentifikasi, sedangkan dua orang lagi belum diketahui identitasnya.

Bencana di Kabupaten Agam berdampak besar terhadap tiga kecamatan, yakni Kecamatan Canduang, Kecamatan Sungai Pua dan Kecamatan IV Koto. Peristiwa ini menyebabkan sejumlah korban jiwa dan membuat akses jalan terputus. Sebanyak 19 orang korban jiwa meninggal dunia dan 16 luka-luka.

Pantauan Padang Ekspres (RPG) di salah satu lokasi kejadian, Jembatan Kasiak, Simpang Bukik Jorong Kubang Duo Koto Panjang, Nagari Bukik Batabuah, Kecamatan Canduang, Ahad (12/5/2024) pagi, material banjir bandang berupa batu, pohon dan pasir, masih menutup aliran air di bagian jembatan tertutup.

Material banjir bandang juga menutupi jalan. Selain itu tampak material banjir bandang merusak sejumlah rumah warga dan lahan pertanian. Sejumlah kendaraan juga terlihat terseret dan tertimbun.

Selain itu, di lokasi juga terlihat tim gabungan yang terdiri dari BPBD Agam-Bukittinggi, TNI/Polri, PMI dan masyarakat membersihkan material banjir bandang baik di gorong-gorong jembatan, bagian jembatan dan jalan. Selain itu juga terlihat sejumlah warga mencoba menyelamatkan kendaraan yang tertimbun material banjir bandang.

‘’Ada tiga kecamatan yang terdampak serius oleh banjir bandang dan aliran lahar dingin di Kabupaten Agam. Kecamatan Canduang, Sungai Pua dan IV Koto,’’ ujar Kalaksa BPBD Agam Budi Prawiranegara saat diwawancarai di posko utama di SD 08 Nagari Bukik Batabuah, Kecamatan Canduang, Ahad (12/5/2024).

‘’Kejadian ini disebabkan oleh curah hujan yang tinggi yang bercampur dengan material vulkanik Gunung Marapi. Untuk lokasi di Nagari Bukik Batabuah, Kecamatan Canduang merupakan lokasi yang sama dengan peristiwa banjir bandang aliran lahar dingin pada 5 April yang lalu,’’ tambahnya.

Galodo Hantam Enam Kecamatan di Tanah Datar

Hingga Ahad (12/5/2024) sore, tim gabungan berhasil mengevakuasi 36 korban Galodo yang menerjang enam kecamatan di Tanahdatar yang terjadi pada Sabtu (11/5/2924) malam sekitar pukul 22.30 WIB.

Berdasarkan data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tanahdatar, dari 36 jumlah korban yang dievakuasi sejak Sabtu malam hingga Ahad (12/5/2024) sore pukul 16.30 WIB, 18 di antaranya telah rawat jalan atau dipulangkan.

Selain itu, enam orang menjalani rawat inap, dan tujuh orang ditemukan meninggal dunia, satu lainnya menjalani observasi di IGD RSUD Al Hanafiah Batusangkar. Juga ditemukan anggota tubuh berupa tiga potongan kaki, dan satu potongan badan. Semuanya ditemukan di beberapa titik seperti di kawasan Kecamatan Limakaum, Rambatan, dan Tanjung Emas.

Kemudian tim lainnya juga berhasil menemukan tiga orang korban meninggal dunia di Nagari Pandai Sikek, Kecamatan X Koto. ‘’Sejauh Ini, peristiwa ini adalah kejadian dengan jumlah korban jiwa terbesar sejak Desember kemarin sampai saat ini,’’ ujar Kalaksa BPBD Tanahdatar Ermon Revlin, Ahad (12/5/2024) malam.

Selain menelan korban jiwa, kejadian galodo atau banjir bandang juga menerjang nagari yang berada sepanjang aliran Sungai Batang Lona yang berhulu dari Gunung Api Marapi dan melalui Kecamatan Limakaum, Rambatan hingga bermuara di Batang Selo di Kecamatan Tanjung Emas itu.

“Dari aliran Batang Lona menghantam beberapa nagari yang ada di kecamatan, Limakaum, dan Rambatan, namun ada aliran sungai lain yang juga menghantam beberapa daerah lain di antaranya, Kecamatan X Koto dan Sungaitarab, Batipuh dan Pariangan,’’ ujar Ermon.

Nagari Parambahan Paling Parah
Dari enam kecamatan di Tanahdatar, Nagari Parambahan di Kecamatan Limakaum merupakan daerah terdampak paling parah. Permukiman warga di beberapa jorong berada tidak jauh dari aliran Batang Lona tersebut. Jorong Tigo Batur, Nagari Parambahan, mengalami terdampak paling parah. Lima warganya ditemukan meninggal, sedangkan empat lainnya masih dalam pencarian.

Selain itu, Galodo yang didominasi oleh kayu-kayu besar itu juga merusak rumah warga, hingga jalanan dipenuhi lumpur, dan fasilitas umum lainnya seperti irigasi rusak, serta lahan pertanian terancam gagal panen.

Selain itu, jalan masuk menuju nagari itu tidak bisa dilalui karena dipenuhi lumpur hingga lutut orang dewasa. Kendaraan roda dua bisa melewati jalur memutar menuju Nagari Labuah, ataupun melewati jalur alternatif melewati area persawahan dengan jalan coran. Selain itu di dalam nagari sendiri, lima jembatan yang ada putus total diterjang Galodo, hingga memutuskan aksea dari jorong Tigobatur ke beberapa jorong lainnya.

Wakil Ketua DPRD Tanahdatar Anton Yondra, didampingi Camat Limakaum Ikrar Phalepi, dan Wali Nagari Parambahan Robbi Yasdi mengatakan, hal paling parah adalah matinya listrik sejak sebelum kejadian hingga Ahad malam.

19 Meninggal Dunia

Kejadian ini menyebabkan setidaknya 19 orang korban jiwa yang berhasil ditemukan. Selain itu masih ada dua orang yang dalam pencarian.

Berdasarkan data yang dirilis BPBD Agam, pada jam 17.00 WIB daftar korban jiwa di Nagari Bukik Batabuah Kecamatan Canduang terdapat 10 korban atas nama Ade Hendra (40)  laki-laki, Resfanel (68) perempuan, Warni Bahar (70) perempuan, Angeli (15) perempuan, Maryam M. Akbar (8) perempuan. Selanjutnya Shanum (3) perempuan, Hilian Azizah (4) perempuan, Lem Yatril (60) laki-laki,Ujang (71) laki-laki dan Nelda (65) perempuan.

Kemudian untuk korban jiwa di Kecamatan Sungai Pua ialah Adilla (57) perempuan, Suryani (52) perempuan, Mimi Maryani (71) perempuan, Syaukani Sari (56) perempuan, Efrizal Zainal (60) perempuan, Naila Rusda (16) perempuan, Nur Jannah (78) perempuan, Saskia Tahira (16) perempuan, Dahniar (80) perempuan.

Selain itu, bencana ini juga menyebabkan 16 orang mengalami luka-luka dan memaksa 134 orang mengungsi.

‘’Kita mendirikan dua posko, pertama di SD 08 Kecamatan Canduang  sebagai posko utama dan yang kedua di SMP 01 Kecamatan IV Koto. Di SD 08 terdapat 74 pengungsi dan SMP 01 terdapat 60 pengungsi,’’ ucapnya.

Kalaksa juga menambahkan saat ini tim kesehatan Kabupaten Agam dibantu tim kesehatan Kota Bukittinggi tengah melakukan pemeriksaan kesehatan dan pendampingan psikologi kepada pengungsi.

“Untuk kerusakan sarana publik dan rumah warga, kita masih melakukan pendataan. Sampai saat ini tercatat ada empat masjid dan musala yang terdampak, satu SD, satu polindes, dan satu kantor BMT. Kemudian untuk dampak terhadap rumah warga masih pendataan dan verifikasi,” sebutnya.

Ia juga menerangkan tim gabungan juga tengah melakukan pendataan verifikasi jumlah lahan pertanian yang terkena dampak dari banjir bandang ini.

Kalaksa BPBD Agam juga mengimbau warga untuk selalu siaga terkait kemungkinan adanya banjir bandang susulan, mengingat cuaca masih ekstrim.

Siaga Darurat Bencana

Masih di lokasi yang sama, di Posko pengungsian di SD 08 Kecamatan Canduang, Sekda Kabupaten Agam Edi Busti menyebutkan saat ini Pemkab Agam telah menetapkan status siaga darurat untuk peristiwa ini.

Epi

‘’Tadi pagi kita sudah menetapkan status siaga darurat bencana dari hari ini hingga 14 hari ke depan. Keputusan kita ambil setelah melakukan koordinasi yang melibatkan bupati dan seluruh unsur Forkopimda Kabupaten Agam, serta stakeholder terkait,” tambahnya.

Edi Busti juga menambahkan selain melakukan pencarian dan evakuasi terhadap warga terdampak saat ini tim gabungan tengah melakukan pembersihan material banjir bandang yang menutup akses jalan.

‘’Kami juga mengupayakan pembukaan akses transportasi Lubuk Basung-Bukittinggi. Salah satu jalur di IV Koto terputus dan kita tengah berupaya membersihkan material dari jalan. Kita mengupayakan secepatnya jalur ini bisa kembali di akses,’’ ucapnya.

Perumdam Tirta Serambi Hanyut
Dampak derasnya arus sungai yang mengelilingi Kota Padangpanjang, selain memutus akses jalan ke sejumlah daerah tetangga, juga berdampak parah terhadap pendistribusian air Perusahaan Umum Daerah Air Minum (Perumdam) Tirta Serambi ke rumah warga.

Direktur Perumdam Tirta Serambi Kota Padangpanjang, Adrial A. Bakar dalam Rapat Tanggap Bencana di Balai Kota mengungkapkan, akses air dari Lubuk Matakucing yang mencakup Bukit Surungan, Pasar, Baru, Pasar Usang, sebagian Guguk Malintang, Tanah Paklambik, Balai-Balai, Silaing Atas dan Silaing Bawah mati total.

Dikatakan Adrial, pendistribusian air ke pelanggan dari sumber Lubuk Matakucing menggunakan dua sistem, berupa pompanisasi dan gravitasi. Sistem pompanisasi yang berfungsi mengisi bak penampungan (reservoir) di Kelurahan Bukitsuruangan, pendistribusian air sempat terkendala akibat terputusnya aliran listrik untuk menjalankan pompanisasi di Lubuk Matakucing.

“Namun sore ini (kemarin, red) sudah menyala, sehingga air ke sejumlah pelanggan sudah dapat dialirkan secara bertahap. Namun untuk kawasan pelanggan di Kelurahan Silaiang Atas dan Silaiang Bawah yang menggunakan sistem pipa gravitasi dari Lubuk Matakucing mengalami putus total akibat pipa terbawa hanyut,” tutur Adrial.

Adrial mengatakan untuk penanganan distribusi air terhadap lebih kurang 3.000 pelanggan di Kelurahan Silaiang Bawah dan Silaiang Atas tersebut, Perumdam menargetkan dalam satu hingga dua hari ke depan sudah dapat teratasi dengan membuat koneksi pipa di Pasar Usang.

“Untuk mengatasi masalah ini, sementara akan dilakukan koneksi pipa di Pasar Usang dari aliran sumber mata air Sungai Andok. Namun untuk prakiraan waktu cukup sulit karena sebelumnya sudah tidak dapat digunakan. Akan tetapi kita tetap berupayak maksimal satu sampai dua hari ke depan, agar bisa difungsikan,” ucap Adrial.

Ratusan Warga Mengungsi
Kejadian Galodo yang menghebohkan Tanahdatar, Sumatera Barat dan viral di berbagai media sosial juga menyebabkan trauma bagi para korban terdampak. Bahkan hingga Ahad malam ratusan warga terdata mengungsi.

Di Nagari Parambahan sendiri, puluhan warga mengungsi ke Masjid Ubudiyah. Selain karena kehilangan tempat tinggal karena rusak, warga lainnya juga masih trauma dan kondisi kampung gelap gulita.

‘’Ada puluhan warga yang mengungsi, kita terpaksa mengaktifkan mesin jenset masjid untuk daya listrik, agar warga bisa mengisi daya ponsel mereka agar bisa berkomunikasi dengan sanak saudara, “ tutur Anton Yondra.

Anton Yondra yang juga berasal dari Nagari Parambahan itu menyebutkan, Jorong Tigo Batur merupakan jorong terparah yang menerima dampak Galodo tersebut.

‘’Yang paling dibutuhkan untuk saat ini adalah kebutuhan untuk pengungsi, karena disini warga tidak bisa memasak, makanya butuh pasokan makanan jadi, selain itu juga selimut serta banyak lagi,’’ ujarnya.

Sementara itu, berdasarkan data dari BPBD Tanahdatar, setidaknya ratusan orang terdata mengungsi, seperti di Kecamatan Rambatan tercatat 180 orang mengungsi ke kantor wali nagari setempat.

‘’Sebelumnya ada yang ke rumah sanak saudara yang di lokasi dirasa aman, ada juga yang di musala dan masjid. Sedangkan 70 orang lainnya setelah kejadian ada yang mengungsi ke pondok sawah,’’ ujar Zul Doni Putra, Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Tanahdatar.

Sementara itu di Kecamatan Batipuh tercatat setidaknya 75 orang mengungsi di Musala Darussalam di Jorong Kubu Karikia.

‘’Kita telah melalukan upaya sejak kejadian seperti evakuasi dan penyelamatan, pembukaan akses, pendataan, dan pemenuhan kebutuhan warga terdampak serta pengungsi,’’ ujarnya.

Sementara itu, Bupati Tanahdatar yang saat kejadian berada di Jakarta, langsung pulang dengan segera, saat sampai langsung melakukan peninjauan ke beberapa lokasi pada Ahad sore, seperti ke Rambatan, Parambahan, dan Simpang Manunggal Limakaum.

Bupati berharap agar kejadian ini tidak menjadi wisata bencana bagi warga. Pada saar di lokasi Bupati Eka Putra mengarahkan kepada petugas agar menertibkan warga yang dapat menganggu kelancaran dalam pekerjaan lokasi.

‘’Kita minta kumpulkan data dan laporan dari nagari terdampak, nanti akan kita laporkan ke BNPB pusat,’’ ujarnya.

Dikepung Banjir Bandang dan Longsor
Kabupaten Agam dilanda serangakaian bencana alam banjir bandang dan longsor, Sabtu (11/5). Berbagai bencana itu dipicu cuaca ekstrem berupa hujan deras yang mengguyur daerah tersebut.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Agam mencatat bencana banjir bandang atau lahar dingin dan longsor tersebar di sembilan wilayah kecamatan. Meliputi Kecamatan Canduang, Ampekkoto, Ampekangkek, Sungaipua, Banuhampu, Palupuah, Malalak, Tilatangkamang dan Baso.

‘’Bencana banjir bandang lahar dingin Gunung Marapi berdampak pada lima kecamatan, yakni Canduang, Ampekkoto, Ampekangkek, Sungaipua dan Banuhampu. Sementara longsor terjadi di Malalak, Palupuah, Baso dan Tilatangkamang,” kata Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Agam, Ichwan Pratama Danda.

Longsor Sitinjau Lauik rute Padang-Solok Memakan Korban, Dua Mobil Masuk Jurang

Di Palupuah lanjut Kabid, tanah longsor menutupi ruas jalan terjadi Jumat malam di Jorong Pagadihmudiak, Nagari Pagadih. Paginya pihaknya langsung berkoordinasi dengan Dinas PUTR Agam melakukan upaya pembersihan.

Di malam yang sama, longsor juga menutupi akses jalan sepanjang 10 meter di Jorong Mancuang, Nagari Padangtarok, Kecamatan Baso. Material longsor selesai dievakuasi Sabtu sore, sekitar pukul 16.30 WIB.

Sementara di Tilatangkamang, terdapat jalan amblas sepanjang 20 meter dan tinggi 15 meter di Jorong Koto Malinta, Nagari Kototangah. Di nagari ini, yakni di Jorong Pamdan juga terdapat lima titik tebing sungai yang amblas tergerus air. BPBD aku Kabid, telah melakukan survei dan pendataan dengan instansi terkait ke lokasi.

Kemudian sambungnya lagi, bencana longsor juga terjadi di Kecamatan Malalak pada Sabtu sore, sekitar pukul 17.45. Material longsor menutupi ruas jalan penghubung Kota Padang-Bukittinggi di Jorong Limobadak, Nagari Malalak Timur, sepanjang 12 meter dengan ketinggian 2-3 meter.

“Sekitar pukul 15.00  WIB, material longsor di Malalak sudah selesai dibersihkan dengan satu unit alat berat. Sekarang kami bersama tim gabungan dan relawan bencana fokus menangani dampak bencana banjir bandang,” katanya.

Pendataan sementara hingga pukul 20.30 tambah Kabid, dampak banjir bandang menelan korban jiwa 19 orang dan dua korban masih dinyatakan hilang. Identitas dua korban yang masih dalam pencarian yakni Halimah Tusyadiah, 30, perempuan, dan Nanda, 35, laki-laki. Keduanya merupakan warga Simpangbukik, Nagari Bukikbatabuah.

Sementara dari belasan korban meninggal, 10 orang merupakan warga Canduang dan 9 orang warga Sungaipua. Selain itu, bencana ini juga menyebabkan 16 korban luka dan 204 warga mengungsi.

Ruas Jalan Padang-Bukiittinggi Tertimbun Longsor

72 Ha Pertanian Rusak

Selain menelan belasan korban jiwa, banjir lahar dingin Gunung Marapi yang melanda lima wilayah kecamatan di Agam juga berdampak pada ratusan rumah, kerusakan infrastruktur publik dan puluhan hektar lahan pertanian.

Data sementara yang dilaporkan BPBD Agam tercatat sebanyak 193 unit rumah dan 72 hektare lahan pertanian rusak akibat bencana. Data yang dihimpun baru menyasar empat wilayah kecamatan.

Dari ratusan rumah yang terdampak, baru 23 unit yang diklasifikasikan rusak berat dan 15 unit kategori rusak ringan. Sementara, puluhan hektar lahan pertanian yang terdata rusak sebarannya yakni, dua hektar di Kecamatan Ampekangkek, 50 hektar di Kecamatan Canduang dan 20 hektar di Kecamatan Sungaipua.

Harus Ada yang Bertanggung Jawab
Pengamat lingkungan hidup dari Universitas Negeri Padang (UNP) Indang Dewata menggolongkan musibah ini sebagai gabungan antara bencana alam dan lingkungan. Karena Marapi masih aktif, gunung tersebut terus menerus menyemburkan abu vulkanik yang berpotensi membuat kolam-kolam air.

”Dengan adanya kolam tersebut ketika hujan menjadi kolam penampungan air. Pada saat hujan lebat berubah menjadi banjir lahar dingin dan tentunya menuju ke daerah rendah aliran sungai,” sebutnya. berbagai sumber/riaupost/yudalius

Tinggalkan pesanan

Alamat email anda tidak akan disiarkan.