Gawat, Puluhan Warga Kota Sawahlunto Diduga Tertular HIV/AIDS

Ilustrasi

JURNAL SUMBAR | Sijunjung – Ditengah hiruk-pikuk jelang pelantikan kepala daerah, masyarakat Kota Sawahlunto, Sumatera Barat, digegerkan adanya puluhan warga diduga tertular penyakit Human Immunodeficiency Virus dan Acquired Immunodeficiency Syndrome (HIV/AIDS).

Gawatnya lagi, penderita penyakit HID/AIDS itu mencapai puluhan bahkan hampir seratus orang. Demikian informasi yang dihimpun Jurnalsumbar.Com.

“Bahkan sudah ada yang meninggal akibat lemahnya kekebalan dalam tubuh pasien,”kata Asrul, S.KM., Sekretaris Dinas Kesehatan Kota Sawahlunto menjawab Jurnalsumbar.Com, Jumat (14/2/2025) via telepon selularnya.

Ia tak menampik, terdata, ada puluhan warga terjangkit Human Immunodeficiency Virus dan Acquired Immunodeficiency Syndrome (HIV/AIDS) di Kota Sawahlunto.

Asrul, S.KM., Sekretaris Dinas Kesehatan Kota Sawahlunto

Sayangnya, ia tak merinci kasus yang sudah termasuk KLB (kasus luar biasa) itu penyebarannya di kecamatan mana saja.

Disebutkannya, HIV adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh, khususnya sel CD4 (jenis sel darah putih yang penting untuk melawan infeksi).

“Seseorang yang terinfeksi HIV dapat tetap hidup sehat selama bertahun-tahun tanpa mengalami gejala yang signifikan, asalkan menjalani terapi antiretroviral (ARV) dengan disiplin,”sebut Asrul.

Namun, katanya, jika tidak diobati, HIV secara bertahap akan melemahkan sistem kekebalan tubuh, membuat pengidapnya rentan terhadap berbagai infeksi dan penyakit serius.

“Sedangkan AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome), adalah tahap akhir dari infeksi HIV, di mana sistem kekebalan tubuh telah rusak parah sehingga tidak lagi mampu melawan infeksi atau penyakit tertentu”.

Ditambahkannya, AIDS ditandai dengan turunnya jumlah sel CD4 hingga di bawah 200 sel/mm³ atau munculnya infeksi oportunistik serius, seperti tuberkulosis, kandidiasis, atau sarkoma Kaposi.

Namun, tidak semua orang dengan HIV akan berkembang menjadi AIDS, terutama jika infeksi HIV ditangani dengan pengobatan yang tepat.

“Dengan menjalani pengobatan tertentu, pengidap HIV bisa memperlambat perkembangan penyakit ini, sehingga pengidap HIV bisa menjalani hidup dengan normal,”papar mantan Kabid Pelayanan RSUD Sawahlunto itu.

Ditambahkannya, kurangnya pemahaman tentang HIV menjadi salah satu faktor utama dalam penyebarannya.

Misinformasi mengenai cara penularan, pencegahan, dan pengobatan sering kali membuat seseorang lebih rentan terhadap infeksi.

Misalnya, sebagian orang mungkin tidak menyadari pentingnya penggunaan kondom saat berhubungan seksual atau bahaya berbagi jarum suntik tanpa sterilisasi.

Selain itu, stigma sosial yang masih melekat sering kali menghalangi diskusi terbuka tentang HIV, sehingga banyak orang enggan mencari informasi atau pengobatan dini.

HIV-1 adalah jenis virus yang paling umum dan bertanggung jawab atas mayoritas infeksi HIV di seluruh dunia. HIV menyebar melalui cairan tubuh tertentu, seperti:

Darah

Air mani

Cairan vagina

puasa noverma

ASI

Penularan umumnya terjadi melalui:

Hubungan seksual tanpa kondom dengan orang yang terinfeksi HIV.

Penggunaan jarum suntik secara bergantian.

Transfusi darah yang terkontaminasi (sangat jarang sekarang karena proses skrining ketat).

Penularan dari ibu ke bayi selama kehamilan, persalinan, atau menyusui (dapat dicegah dengan pengobatan yang tepat).

Di negara Indonesia, penyebaran dan penularan HIV paling banyak disebabkan melalui hubungan intim yang tidak aman, dan bergantian menggunakan jarum suntik yang tidak steril saat memakai narkoba.

Seseorang yang terinfeksi HIV dapat menularkannya kepada orang lain, bahkan beberapa minggu sejak tertular. Nah, berikut cara penularan HIV yang paling umum:

Terjadi ketika jarum bekas atau luka terbuka bersentuhan dengan darah yang terinfeksi.

Penularan terjadi ketika ada kontak langsung antara cairan tubuh yang terinfeksi, seperti cairan semen, cairan vagina, atau darah, dengan mukosa atau jaringan terbuka.

Penggunaan jarum suntik tidak steril, misalnya pada pengguna narkoba, meningkatkan risiko penularan HIV secara signifikan.

Penularan dapat terjadi selama kehamilan, persalinan, atau menyusui jika ibu tidak mendapatkan pengobatan ARV.

Meski jarang karena adanya screening ketat, risiko penularan melalui transfusi darah yang terkontaminasi tetap ada.

DR. Dedi Wandra, S.Ag.M.A

Kepala Kantor Kementrian Agama (Ka.Kanmenag) Sawahlunto, DR. Dedi Wandra, S.Ag.M.A., sempat kaget mendapat informasi tersebut.

“Ini perlu kita diskusikan secara bersama semua sektor terkait harus duduk semeja untuk mengatasi masalah tersebut. Termasuk ninikmamak harus dilibatkan dalam mencegah penyebaran virus HIV/AIDS tersebut,”ucap Kakanmenag Sawahlunto.

Ir. H. Dahler Djamaris Datuak Pangulu Sati, M.Sc.,

Ketua Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM) Kota Sawahlunto, Ir. H. Dahler Djamaris Datuak Pangulu Sati, M.Sc., sempat kaget mendengar informasi tersebut.

“Ini tak bisa kita hanya diam saja. Semua pihak berkompeten untuk segera turun tangan untuk mengatasi penyebarannya agar tak meluas,”tandas Ketua LKAAM Sawahlunto.

Pj Walikota Sawahlunto, Fauzan Hasan, S.STP.,M.Si.,

Pj Walikota Sawahlunto, Fauzan Hasan, S.STP.M.Si, akan segera menindaklanjuti informasi tersebut. “Saya cek dulu ke OPD terkait pak,”jawabnya singkat via WhatsAppnya, Jumat (14/2/2025).*

Tinggalkan pesanan

Alamat email anda tidak akan disiarkan.