Sabar Tak Ada Batasnya

JURNAL SUMBAR — Saya buka dengan sebuah hadits Rasulullah

عَجَبًا ِلأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ لَهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَلِكَ ِلأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ، إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْراً لَهُ

“Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, semua urusannya adalah baik baginya. Hal ini tidak didapatkan kecuali pada diri seorang mukmin. Apabila mendapatkan kesenangan, dia bersyukur, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya. Sebaliknya apabila tertimpa kesusahan, dia pun bersabar, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya.” (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh Muslim, no. 2999 dari Abu Yahya Shuhaib bin Sinan radhiyallahu ‘anhu).

Hadits ini adalah pertanda yang diberikan Rasulullah tentang akhlak seorang mukmin. Apa itu? Pertama, setiap seorang mukmin (orang yang beriman) selalu menikmati setiap rezeki yang Allah berikan baik itu sedikit maupun besar. Semua rasa syukur baginya sama saja, menunjukkan dirinya hamba yang pandai berterima kasih kepada Rabb Yang Maha Pencipta dan Yang Maha Pengatur Segala Urusan.

Akhlak seorang mukmin yang kedua, yang disebutkan dalam hadits tersebut adalah senantiasa bersabar manakala ditimpa kesusahan, musibah, atau rasa sempit dalam hidupnya. Hal itu merupakan kebaikan baginya. Mengapa merupakan kebaikan? Karena ia mampu menghadirkan Allah dalam setiap helaan nafas hidupnya. Hidupnya tetap terasa luas disaat kesempitan dalam hidupnya. Dirinya tetap bahagia, walau sedang ditimpa kesusahan. Dirinya tetap berserah diri kepada Allah, saat musibah menimpanya.

Kedua akhlak tersebut, wujud dari kemampuan seorang mukmin, menghadirkan Allah dalam setiap jengkal hidupnya (ma’iyyatullah).

Manakala seseorang tak mampu menghadirkan akhlak tersebut, walaupun ia diberi rezeki yang banyak oleh Allah, dia tidak merasa bahagia, selalu merasa kurang, dan dihantui banyak hal yang membuatnya cemas, gelisah, dan sebagainya. Manakala bermuamalah dengan sesama manusia, hidupnya senantiasa ditemani rasa kesal, emosi atas hal yang kecil sekalipun.

Dalam firman Allah swt, disebutkan
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ ۗ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ. الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ. أُولَٰئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ

Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun”. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. (Q.S. Al Baqarah 155-157)

Itulah janji Allah bagi orang yang senantiasa bersabar, Allah janjikan kabar-kabar gembira yang akan terjadi dalam hidupnya.

أُولَٰئِكَ يُجْزَوْنَ الْغُرْفَةَ بِمَا صَبَرُوا وَيُلَقَّوْنَ فِيهَا تَحِيَّةً وَسَلَامًا. خَالِدِينَ فِيهَا ۚ حَسُنَتْ مُسْتَقَرًّا وَمُقَامًا

Mereka itulah orang yang dibalasi dengan martabat yang tinggi (dalam surga) karena kesabaran mereka dan mereka disambut dengan penghormatan dan ucapan selamat di dalamnya, Mereka kekal di dalamnya. Surga itu sebaik-baik tempat menetap dan tempat kediaman. (Q.S. Al Furqan: 75-76)

Jadi hakikat memupuk kesabaran bukan untuk orang lain, tetapi kita lah yang sangat membutuhkan rasa sabar. Kita harus senantiasa melatih sabar dalam diri kita. Setiap manusia tak akan tahu bagaimana tempat kembalinya di hadapan Allah. Mana amalan-amalan yang akan menjadi pengantar kita masuk ke dalam surga Allah. Dan salah satu berita gembira bagi orang yang sabar adalah surga. Ia akan disambut dengan penghormatan saat masuk ke dalam surga. Bukankah itu yang menjadi cita-cita kita tertinggi.

Sungguh merugi jika kita mengumpat, bersedih berlebihan, marah dan sebagainya saat kita ditimpa musibah, dizalimi, dikhianati dan sebagainya. Hal yang manusiawi memang rasa itu akan muncul. Tapi Allah menghendaki kita untuk segera beristighfar, mengendalikan diri dari perasaan-perasaan negatif tersebut, dan bersabar. Wujud dari sabar, adalah munculnya doa dari seorang hamba, agar menjadikan ujian itu sebagai penguat keimanannya, menjadikannya sebagai penggugur dosanya. Yang demikian itu, jauh lebih baik di hadapan Allah.

Wallahu a’lam bishshawaab
=====================================
Materi ceramah ini bisa disimak di Youtube link:
https://youtu.be/kE-VskBfaSc

Lebih lengkap dengan ceramah saya, bisa disimak di Youtube Channel saya :
https://www.youtube.com/channel/UCGqEXhMnrrMokTHYt_0XMhw

Tinggalkan pesanan

Alamat email anda tidak akan disiarkan.