Pertemuan Da’i dan Ulama, Gubernur Irwan Prayitno: Wadah Silaturahmi Umat Islam Dunia  

JURNAL SUMBAR | Padang – Hari ini, Senin (17/7), bertempat di Masjid Raya Sumatera Barat (Sumbar), acara Pertemuan Da’i dan Ulama se-Asia Tenggara, Eropa, dan Afrika resmi dibuka oleh Gubernur Sumbar Irwan Prayitno.

Dalam sambutannya sebelum membuka acara, Irwan Prayitno mengutarakan betapa ia senang dan bahagia Kota Padang, Ibukota Provinsi Sumatera Barat, dipercaya sebagai tuan rumah acara yang baginya merupakan wadah silaturahmi umat Islam dunia guna memperkuat ukhuwah.

“Terima kasih telah menunjuk Kota Padang. Kami sangat senang dan bangga. Pertemuan ini adalah media silaturahmi kita sesama umat Islam untuk membicarakan program-program dan kegiatan dakwah demi memperkuat ukhuwah agar umat semakin kokoh dan tidak mudah diadu-domba,” ujarnya.

Dengan diadakannya acara ini, Gubernur berharap akan timbul rekomendasi maupun pedoman yang dapat dimanfaatkan tidak saja oleh Pemerintah Daerah namun juga masyarakat untuk kehidupan beragama di Sumbar yang lebih baik.

“Tentu kita mengharapkan dari acara ini akan keluar rekomendasi dan pedoman bagi kehidupan kita agar lebih baik lagi,” katanya.

Lebih lanjut, dalam sambutannya, Gubernur menyisipkan harapan kepada Duta Besar Arab Saudi untuk Indonesia, Osama bin Mohammed Abdullah al-Shu’aibi, agar berkenan menyetujui dan menyegerakan pendirian Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA) di Sumbar.

“Sumatera Barat ini daerah yang mayoritas etnisnya Minangkabau. Masyarakat Minangkabau menganut Islam dan memiliki falsafah hidup ‘Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah’. Oleh karena itu, pembangunan LIPIA sangat tepat di sini,” ujarnya mempersuasi.

Epi

Senada dengan Gubernur, Dubes Osama bin Mohammed Abdullah al-Shu’aibi dalam sambutannya di kesempatan yang sama juga mengatakan bahwa Pertemuan Da’i dan Ulama ini salah satunya dimaksudkan untuk memperkuat persatuan umat Islam di dunia. Katanya, (setelah dialihbahasakan oleh penerjemah), acara ini digelar untuk menguatkan persatuan umat.

Sementara itu, Ketua Yayasan al-Manarah al-Islamiyah Kholid al-Hamudi, sembari menyepakati tujuan pertemuan sebagai wadah silaturahmi untuk memperkuat persatuan umat, juga mengurai bahwa persatuan yang dimaksud bukanlah persatuan tanpa adanya perbedaan.

Ia menjabarkan, perbedaan dalam sebuah kesatuan bukanlah sesuatu yang harus dihindari. Namun, sambungnya kemudian, perbedaan tersebut, jika ada, tidak perlu menjadi sumber perpecahan umat.

Disebutkannya (setelah dialihbahasakan oleh penerjemah), “Tujuan kita (diadakannya pertemuan) adalah untuk menyatukan umat. Bukan berarti bersatu tanpa perbedaan. Yang harus dipahami adalah, perbedaan yang ada tidak harus menjadi sumber perpecahan.”

Acara Pertemuan Da’i dan Ulama se-Asia Tenggara, Eropa, dan Afrika kali ini yang akan berlangsung dari tanggal 17 sampai dengan 20 Juli 2017, merupakan pertemuan ke-3 kalinya. Hal ini dikatakan oleh Muhammad Zaitun Rasmin, mantan Wakil Ketua Komisi Hubungan Luar Negeri Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat dan beberapa waktu lalu didapuk sebagai Wakil Ketua GNPF-MUI yang turut hadir dan memberikan sambutan.

Zaitun Rasmin juga menyebutkan, acara yang sama direncanakan akan digelar di Makassar.

Selain Dubes Arab Saudi untuk Indonesia, Kholid al-Hamudi, dan Zaitun Rasmin, turut hadir dalam acara ini Mantan Presiden Sudan, Perwakilan dari Bangladesh Hasan Mahmud, serta sejumlah ulama dari Australia, Burkina Faso, dan Sri Lanka. rilis

 

Tinggalkan pesanan

Alamat email anda tidak akan disiarkan.