FGD Polhukhankam, MDN Global Dorong Generasi Muda Minang Warnai Politik Nasional
JURNAL SUMBAR | Jakarta – Generasi muda Minang didorong aktif berpolitik, dan tokoh muda yang sudah mewarnai pentas nasional sangat diapresiasi, seperti Fadli Zon, Yuliandre Darwis, Andre Rosiade, Arteria Dahlan dan lain-lain. Namun ada yang mengkhawatirkan, yaitu sedikitnya yang aktif di bidang dakwah, dan kini sedikit sekali ulama-ulama besar asal Minang dibanding masa lalu.
Demikian diungkapkan tokoh Minang, Fahmi Idris pada Fokus Gruop Discution (FGD) tentang politik, hukum, pertahanan dan keamanan (Polhukhankam) yang digelar Minang Diaspora Network (MDN) Global atau Jaringan Perantau Minang Dunia di Wisma Kodel di Jakarta beberapa waktu lalu.
“Etnik Minang adalah etnik yang unik dan istimewa, dan kita harus mensyukuri anugerah tersebut dengar berbuat maksimal untuk agama, bangsa dan negara,” sebut Fahmi. “Orang Minang adalah pahlawan yang tidak menggunakan senjata, tapi lebih mengedepankan diplomasi dan kecerdasan bernegosiasi,” tegasnya.
FGD yang dipandu Burmalis Ilyas, Direktur Eksekutif MDN Global itu juga banyak pandapat dan harapan dari tokoh-tokoh Minang lainnya. DR. Saafroedin Bahar mengatakan, literatur tentang elit dalam kajian-kajian politik sangat sedikit. “Alhamdulillah banyak orang minang yang sukses di dunia penerbitan,” sebutnya. “Tokoh-tokoh Minang juga memainkan peran yang sangat penting dalam kilasan politik Indonesia sejak zaman kemerdekaan sampai saat ini,” tambahnya.
“Etnik Minang harus menjadi lokomotif integrasi nasional, karena pendiri bangsa Indonesia banyak berasal dari Minang,” tegas Saafroedin sembari meminta supaya ormas-ormas Minang terus mencetak SDM-SDM yang berkualitas dan calon-calon pemimpin masa depan bangsa dan negara.
DR. Iramady Irdja menambahkan, harus dibuat pakem rumusan peran politik masyarakat Minang. “Saat ini sudah lumayan banyak politisi dan konsultan politik dari Minang,” ujarnya. “Untuk itu, perlu dibuat dasar-dasar alur politik orang Minang. Dan, dasar politik orang Minang itu adalah ABS-SBK (Adat Basandi Syarak, Syarak Basandikan Kitabullah),” tegasnya.
Dikatakan Iramady, orang Minang harus menyelamatkan NKRI dari perpecahan, karena orang Minang adalah pendiri NKRI. “Demokrasi Minang bukanlah voting, tapi musyawarah untuk mufakat,” tegasnya.
Iramady juga mendorong generasi muda Minang terjun ke dunia politik, birokrasi, TNI/Polri, dan lain-lain. “Karena orang Minang minoritas, hendaknya aktif di berbagai partai politik, dan mewarnai dan mempengaruhi kebijakan-kebijakan partainya,” ujarnya. “Kepentingan Minang harus sejalan dengan kepentingan nasional,” tegasnya.
Dikatakannya, saat ini orang Minang tidak banyak hadir di berbagai instansi pemerintah, tidak seperti zaman dulu, seperti Kemenlu dan lain-lain. “Orang Minang itu bisa diterima dimana saja, karena orang Minang fleksibel, adaptif dan biasanya menjadi mediator,” ujarnya. “Orang Minang adalah diplomat ulung, cerdas dan idealis,” tegasnya.

Selanjutnya Brigjen TNI (Purn) Asmarbi Arbi menyebutkan, masyarakat Minang diharapkan memperjuangkan DIM (Daerah Istimewa Minangkabau). “DIM itu mambangkik batang tarandam,” katanya. “Pengalaman saya sewaktu menjadi Konjen RI di Filipina, sangat cocok dengan ide untuk membentuk DIM,” tambahnya.
Asmardi Arbi menegaskan, bila DIM yang bernilai strategis itu terwujud, maka masyarakat Minang punya payung hukum dalam mengatasi semua persoalan di bidang kehidupan Poleksosbudhankam di era globalisasi ini, dan tetap berada dalam koridor NKRI.
Ambassador Ibrahim Yusuf, mantan Dubes RI untuk Thailand mengharapkan hendaknya tokoh-tokoh Minang membuat sekolah-sekolah atau universitas unggulan di sektor-sektor khusus untuk mencetak bibit unggul/generasi emas Minangkabau, seperti yang dilakukan oleh tokoh-tokoh Batak. “Sekolah atau universitas tersebut bisa seperti SMA Nusantara, sekolah diplomasi (School of Diplomacy), entrepreneur dan lain-lain. “Orang Minang juga harus menguasai IT,” tegasnya. “Saat ini di Kemenlu tidak banyak lagi orang seperti di zaman Adam Malik dulu,” tambahnya.
Agustanzil Sjahroezah menegaskan, orang Minang boleh ada di banyak partai, namun harus berarti dan berperan. “Harus jadi leader, bukan follower saja, dan kiprah politiknya harus berlandaskan ABS-SBK,” tegasnya. “Politisi Minang harus jadi negarawan (statesmen) bukan politisi belaka (politician),” tegasnya lagi. “Kiprah politik orang Minang untuk agama, nusa dan bangsa, dan nilai-nilai kebenaran universal,” tambahnya.
Zaitul Ikhlas memuji nasionalisme orang Minang yang tiada duanya. “Terbukti tidak ada kampung Minang, karena orang Minang bisa melebur dan berasimilasi dengan etnik-etnik lainnya,” jelasnya. “Makanya harus ada upaya-upaya strategis, taktis dan teknis dalam memperkuat peran etnik Minang di bidang politik dan kebangsaan,” tegasnya. “Harus ada pola pendidikam yang lebih berorientasi bela negara,” tegasnya lagi.
Laksamana Muda TNI (Purn) Dr. Darmansyah menekankan agar peran nagari dan suku yang ada harus diperkuat dalam mencetak SDM-SDM Minang. “Juga harus didorong agar generasi muda Minang untuk masuk di instansi-instansi militer/Polri, karena merupakan tulang punggung bangsa dan negara,” ujarnya.
Haswin Darwis, perantau Minang di Malaysia menyebutkan, masyarakat Minang di Malaysia sudah membentuk jaringan masyarakat Minang Malaysia, dan siap bersinergi dengan semua masyarakat Minang yang ada di seluruh dunia, dalam memperkuat dan membangun masyarakat Minang yang ada di ranah maupun di rantau, nasional dan internasional.
Desti Jamal meminta supaya memperkuat fungsi Bundo Kanduang dalam mencetak SDM-SDM Minang yang berkualitas.
Burmalis Ilyas mengatakan, MDN Global secara berkala terus mengadakan FGD dan forum-forum komunikasi guna mengangkat potensi perantau Minang. “Tujuannya adalah supaya bisa berkontribusi aktif membangun kampung halaman dan berperan di pentas nasional dan internasional,” ujarnya. Enye/rls