Terima Kasihnya Irwan Prayitno
Irwan Prayitno, mendengar nama ini orang yang belum mengenalnya akan menyangka bahwa dia orang Jawa. Tetapi dia orang Minang tulen, malah seorang pengulu Suku Tanjung Pauh IX Padang dengan gelar
Datuk Rajo Bandaro Basa.
Justru tidak perlu diragukan pemahaman gubernur Sumbar dua kali ini terhadap adat dan filosopi Minang Adat Basandi Sarak Basandi Kitabullah.
Pak Irwan juga seorang akademisi dengan sejumlah titel kesarjanaan dan agamawan serta tokoh multi talenta, bisa main dram, balap motor terabas juga karate.
Di kancah politik dia dibesarkan oleh Partai Keadilan Sejahtera(PKS), dia termasuk tokoh dipartai ini, bahkan digadang sebagai salah seorang bakal calon wakil presiden 2019 dari 9 nama yang disebut-sebut partainya.
Menjelang pencalonan Capres/Wacapres, PKS yang merupakan oposisi pemerintahan Jokowi melakukan serangan tajam dengan mengkritik nyaris semua kebijakan Jokowi dan jelas-jelas menyatakan tidak mendukung Jokowi dalam Pilpres 2019 nanti.
Bahkan tokoh PKS Mardani Ali Sera mencetuskan gerakan#Ganti Presiden 2019 secara konstitusional, begitupun tokoh dan simpatisan PKS lainya banyak yang menyerang Jokowi dengan nyinyiran, sindiran, yang kadang secara vulgar melalui statemen terbuka maupun melalui medsos.
Sebaliknya kubu Jokowi juga membalas dengan hal yang sama. Maklumlah ini namanya “perang” opini untuk memenangkan calon masing-masing.
Namun Pak Irwan Prayitno tidak terlibat dengan perang kata-kata itu, kendati dia dedengkot PKS yang harus memenangkan pilihan partainya. Setahu saya dia tidak pernah terlibat polemik dengan nada vulgar, dia menghadapi lawan politik yang beseberangan tetap dengan mengedepankan “keminanganya”, seperti diungkap kata pepatah “harimau bana dalam paruik kambiang juo nan bakaluakan”.
Begitupun menghadapi presiden Jokowi yang sedang “dibombardir” PKS, Pak Datuk ini tetap memperlakukan presiden dengan hormat dan santun, tanpa kata sindiran dan nyinyiran.
Sewaktu Jokowi berkunjung ke Dharmasraya beberapa bulan lalu, Pak Irwan mengikuti blusukan Jokowi, melalui koran Singgalang malah dia menulis apresiasi terhadap blusukan tersebut.
Lalu pada kunjugan Jokowi ke Padang meresmikan kereta bandara dan psantren Hamka, Senin(21/5), Pak Irwan satu kereta dengan presiden dari BIM ke kota Padang, duduk berhadapan sambil cerita-cerita.
“Peresmian KA bandara ini merupakan kebanggaan karena Sumbar sudah menanti selama 12 tahun untuk KA bandara. Sudah 12 tahun. Namun baru di pemerintahan bapak Jokowi baru bisa diresmikan. Untuk itu saya mengucapkan terima kasih,” ujar Irwan Prayotno.
Bahkan koran Harian Umum Rakyat Sumbar menulis, Gubernur: Semoga Jokowi Terpilih lagi.
Lalu muncul komentar di medsos yang menyatakan, itu cuma ucapan basa-basi, ada yang bilang, ah kepingin jadi menteri dan sebagainya. Komentar dan pendapat bisa melebar kemana-kemana, itu hak bicara, yang tahu persis keinginan dan maksud ucapanya tentu Pak Irwan sendiri.
Tetapi beliau sebagai orang Minang tulen yang harus mengedepankan, “nan baiak budi nan inadah baso” dalam berkomunikasi telah menunjukan wajah serta prilaku santun menghargai tamu dan pimpinan. “Kok harimau bana dalam paruik kambiang juo nan bakaluakan”
Dalam memerintah di Sumbar Irwan memiliki banyak kelebihan dan ada kekurangan, tetapi itu biasa sebagai manusia, tak ada gading yang tak retak, ! Selamat Pak Irwan! (Penulis adalah wartawan senior di Agam, Sumatera Barat)