Secara Politis, Justru Fakhrizal dan Genius Umar Berpeluang Besar Gaet APBN

Saya tersintak membaca berita di Detik.news yang bersumber dari jurubicara Paslon Nasrul Abit dan Indra Catri, tentang klaim Nasrul Abit lebih berpeluang menggaet APBN dibandingkan Paslon lain yang sedang bertarung di Pilgub Sumbar.
Saya kira Bung Hidayat, yang juga salah satu anggota DPRD Sumbar dari Partai Gerindra lupa, bahwa partai pengusung dan pendukung paslon no 3, Irjen Pol (P) Drs H Fakhrizal Umar, MHum dan Dr Genius Umar, Msi adalah koalisi utama bentukan pemerintah saat ini.

Dan Partai Gerindra, yang mengusung Nasrul Abit adalah partai terakhir yang masuk dalam kabinet Jokowi. Jadi salah besar jika kemudian Hidayat ‘membesar besarkan prospek’ lobi Nasrul Abit bisa lebih besar dibandingkan paslon lain, apalagi dibandingkan Fakhrizal dan Genius Umar.

Saya adalah saksi hidup pertarungan Jokowi dan Prabowo, khususnya di wilayah paling ganas Sumatra Barat, dengan hasil akhir yang sangat menyakitkan bagi Jokowi, karena saya berada di salah satu relawan Jokowi yakni Solideritas Merah Putih (Solmet) Jakarta, tetapi wilayah main saya di Sumbar.

Saya sangat merasakan tekanan psikologis luar biasa atas pertarungan dua musuh bebuyutan di Pilpres itu. Sebab materi serangan yang dipakai oleh teman teman pendukung Prabowo, maaf kadang, tidak masuak diutak.

Tetapi saya memahami mekanisme perang urat syaraf di media sosial. Panek bana menghadapi serangan, jalan paling aman adalah memblokir akun yang bersangkutan.

Kisah sedih itu pun terulang lagi pada Pilpres tahun lalu. Suara Jokowi benar benar hancur, hanya tersisa 14 persen kurang sedikit saja lagi.
Semua suprastruktur pemenangan Jokowi dari unsur orang Minang, dengan ikhlas menarik diri dari eforia pemenangan Jokowi di Jakarta. Sejumlah nama tokoh Minang yang sudah disiapkan jadi pembantu Jokowi ditarik dari kesepakatan awal.

Kawan kawan Minang di Jakarta sangat memahami dan menyadari arti kekalahan kedua kalinya Jokowi di Sumatra Barat. Saya sendiri pun banyak disentil kawan kawan relawan dari luar Sumbar tentang kekalahan telak Jokowi di Sumbar.

Kini, setelah semuanya berjalan normal dan pemerintahan Jokowi bertambah kuat, lalu akan lebih memprioritaskan perhatian kepada calon gubernur yang pernah ‘menistanya secara politik’ di Sumbar, dibandingkan calon yang pernah membantunya meski kemudian kalah, itu sesuatu hal yang mustahil.

OTW 2

Justru harapan Sumbar untuk memperbaiki nama Sumbar dan membangkit lagi famor orang Minang ada ditangan Jenderal Fakhrizal dan Genius Umar.
Peranan Jenderal Fakhrizal dan Genius Umar amat teramat strategis dalam membuhul kembali harmonisasi psikopolitik daerah Sumbar dengan Jokowi sebagai presiden. Saya tidak menempatkan Jokowi dalam tulisan ini sebagai dendam ke Sumbar, tidak. Tetapi saya menggunakan istilah harmonisasi tadi adalah dalam kaitan bagaimana kita membuhul suasana baru kembali.

Dan orang paling nyaman melakukan itu, dibandingkan Nasrul Abit, adalah Jenderal Fakhrizal dan Genius. Secara pribadi Genius juga punya hubungan kedekatan emosional dengan Jokowi sebagai pribadi dan presiden.

TETAPI jika komentar Hidayat itu dimaksudkan untuk mengkail emosional lama antara Jokowi dan Prabowo, untuk kepentingan Pilkada Sumbar, bagus. Artinya, Hidayat ingin menegaskan kembali ‘kekuatan Gerindra’ dalam melawan Jokowi dalam dua Pilpres, silahkan.

Tetapi Hidayat jangan lupa, bahwa Prabowo Subianto, sudah ada dalam kabinet Pemerintahan Jokowi. Artinya, Hidayat tidak bisa serta menggunakan kekuatan hubungan Jokowi dan Prabowo saat ini sebagai perisai untuk menyebut Nasrul Abit lebih punya peluang menggaet APBN.
kalau boleh saya tafsirkan, makna kata Hidayat tentang lebih mampu menggaet APBN itu mencitrakan ketakutan dan kekuatiran berlebihan akan performa Jenderal Fakhrizal dan Dr Genius Umar di mata pemerintah pusat, apabila menang nanti.

Makanya pagi pagi sekali Hidayat mengerluarkan statemen ini di media fatner ketua DPD Gerindra- nya, Andre Rosiade, dan dalam wawancara tertulis pula. Itu menunjukan bahwa Hidayat memang dipakai untuk membahasakan peluang NA lebih kuat dalam menggaet APBN dibandingkan paslon lain di Pilgub Sumbar.

Saya tidak akan membahas seperti apa pula peluang dari dua cagub lain dalam konteks APBN seperti dikemukakan Hidayat. Sebab bukan menjadi hak saya untuk menjawabnya. Sebab kedua tim paslon tersebut, pastilah punya argumentasi pula, seperti yang saya tulis saat ini.
Demikian tanggapan saya atas narasi politik Hidayat tentang gaet menggaet APBN versi unggulan Nasrul Abit, supaya masyarakat Sumbar tau tentang kondisi sebenarnya. Sebab dalam situasi Pilkada saat ini siapa boleh berkata apa saja, demi keuntungan paslonnya.

Jadi setiap kita harus berhati hati dalam meresfon pernyataan timses di media online dan media sosial.

(Awaluddin Awe, Tim Media Centre Pemenangan Fakhrizal Genius Umar (FAGE) Sumbar)

Tinggalkan pesanan

Alamat email anda tidak akan disiarkan.