Tjahjo Kumolo, Habiskan Separuh Hidupnya di Politik meski Tak Pernah Ingin Jadi Politisi Hingga Hembuskan Napas Terakhir
Sejumlah pejabat negara hadir dalam penghormatan terakhir Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan RB), Tjahjo Kumolo yang wafat pada Jumat 1 Juni 2022.
Salah satu yang hadir pada rumah duka almarhum, Kapolri, Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengatakan sangat kehilangan tokoh bangsa yang konsen terhadap reformasi pada Institusi Polri. Berikut simak sederetan kenangan tentang Menpan-RB Tjahjo Kumolo sebagai Tokoh Bangsa yang dirangkum Jurnalsumbar.Com dari berbagai sumber.
JURNAL SUMBAR | Jakarta- Tak pernah terpikir dalam benak Tjahjo Kumolo dirinya akan menjadi politisi, bahkan lebih dari separuh masa hidupnya.
Panggung politik tanah air jauh dari angan-angan Tjahjo. Sewaktu remaja, alumni Fakultas Hukum Universitas Diponegoro itu bercita-cita menjadi pegawai bank.
Kendati demikian, Tjahjo tak pernah menyesal terjun ke politik.
“Saya dulu punya keinginan jadi pegawai bank makanya ngambil jurusan hukum perdata dagang. Saya suka melihat penampilan pegawai bank kelihatannya selalu rapi dan necis,” kata Tjahjo mengutip arsip Harian Kompas, 8 November 1990.
“Kalau sekarang jadi anggota DPR itu suatu hal yang harus disyukuri,” tutur anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI 6 periode itu.
Meski menjadi politisi bukan impiannya, tapi pentas politik telah Tjahjo kenal sejak masa kanak-kanak. Kedua orang tua Tjahjo merupakan politisi.
Ayahnya, Lettu Bambang Subandiyono, mantan anggota DPR/MPR RI. Sedangkan ibunya, Tuti Slemun, adalah mantan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Jawa Tengah.
Karena melihat kesibukan ayah dan ibunya itulah, Tjahjo semula enggan mengikuti jejak orang tuanya.
“Ayah saya 20 tahun jadi anggota DPR, ibu saya pun pernah jadi anggota DPR. Tadinya saya justru ingin keluar dari aktivitas orang tua, sebab saya lihat kok sibuk sekali,” ujarnya.
Karena kesibukan sang orang tua, Tjahjo jarang bertemu dengan keduanya. Pengetahuan dan pengalaman politik justru Tjahjo dapat dari teman-temannya.
Kendati begitu, sosok sang ayah berperan besar dalam hidup Tjahjo. Ketika akhirnya Tjahjo terjun ke politik, sang ayah menasihatinya agar menekuni bidang itu sebaik-baiknya dan siap dengan segala risiko.
Sang ayah juga mengajari Tjahjo untuk tetap hidup sederhana.
“Berbuat yang terbaik itu yang harus jadi pegangan. Selama 20 tahun jadi anggota DPR, Ayah tak memiliki rumah apalagi mobil,” kenang Tjahjo.
Keberhasilan Tjahjo menapaki tangga-tangga politik pun diakuinya tidak mudah. Capaian itu membutuhkan banyak waktu, tenaga, dan pengorbanan.
“Waktu saya untuk keluarga memang terasa sangat sempit. Ketiga anak saya lahir tanpa saya tunggui karena kesibukan saya di organisasi dan DPR,” tuturnya.
Dalam menjalani hidup, Tjahjo memegang prinsip untuk selalu berbuat yang terbaik dalam setiap langkah.
“Prinsip itu tak bisa dibeli, jadi segala macam tapi kalau dikebiri apa artinya. Hidup itu kan harus dipertanggungjawabkan dan dilaksanakan dengan baik,” katanya.
35 tahun karier politik
Nama Tjahjo memang sudah besar di politik pemerintahan. Bagaimana tidak, selama hidupnya, dia pernah menjabat sebagai anggota DPR RI selama 6 periode.
Politisi kelahiran Solo, 1 Desember 1957 itu mengawali kariernya sebagai anggota dewan tahun 1987 dari Partai Golkar. Saat itu, usianya baru 30 tahun.
Awal berkarier di DPR, Tjahjo sempat ditempatkan di Komisi II, kemudian komisi III, selain juga di Badan Kerja Sama Antarparlemen (BKSAP).
Menyusul jatuhnya rezim Soeharto, Tjahjo berpindah haluan ke PDI-P tahun 1998.
Lewat Pemilu 1999, Tjahjo kembali terpilih sebagai anggota dewan. Kala itu ia ditunjuk menjadi Wakil Sekretaris Fraksi PDI-P.
Tjahjo kembali terpilih sebagai anggota DPR RI lewat Pemilu 2004, lalu Pemilu 2009. Saat itu, dia menjadi anggota Komisi I DPR yang membidangi pertahanan, luar negeri, dan informasi.
Dalam periode yang sama tepatnya tahun 2010, Tjahjo dipercaya menjadi Ketua Fraksi PDI-P di Parlemen.
Tak hanya di DPR, Tjahjo moncer di internal partainya. Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri tampak senang pada kinerja Tjahjo, terbukti dari kariernya yang terus menanjak.
Setelah ditunjuk sebagai Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Bidang Politik PDI-P di tahun 2005, secara mengejutkan, tahun 2010 Tjahjo diberi amanat Megawati untuk menjadi Sekretaris Jenderal (Sekjen) partai. Jabatan itu Tjahjo emban selama 5 tahun hingga 2015.
Setelah tak menjabat sebagai anggota legislatif, Tjahjo masuk ke pemerintahan. Pada periode pertama pemerintahan Jokowi bersama Jusuf Kalla, dia dipercaya menjadi Menteri Dalam Negeri (Mendagri).
Jabatan menteri Kabinet Kerja tersebut Tjahjo emban selama 5 tahun, yakni Oktober 2014 sampai Oktober 2019.
Di periode Jokowi yang kedua bersama Wakil Presiden Ma’ruf Amin, Tjahjo tetap dipertahankan. Dia ditunjuk sebagai Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan RB).
Hingga akhir hayatnya, Tjahjo masih menjabat sebagai Menpan RB di Kabinet Indonesia Maju.
Tutup usia
Tjahjo mengembuskan napas terakhir pada Jumat (1/7/2022) pukul 11.10 WIB karena penyakit komplikasi organ dalam. Ia meninggal dunia dalam usia 65 tahun.
Sebelum tutup usia, Tjahjo sempat dirawat di Rumah Sakit Abdi Waluyo, Jakarta Pusat, selama hampir 2 pekan.
Jenazah Tjahjo dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Jakarta Selatan.
Kepergian Tjahjo meninggalkan luka mendalam tidak hanya bagi keluarga, PDI-P, tetapi juga politik dan pemerintahan Indonesia.sumber; kompas.com