Hampir sebulan bencana banjir dan tanah longsor yang melanda Kabupaten Pesisir Selatan, namun hingga kini masih menyisakan banyak pekerjaan rumah, bagi masyarakat terdampak maupun bagi Pemerintah Daerah.
Duka itu masih tersisa, nampak dari raut wajah yang lelah dan pasrah. Mereka butuh bahu untuk sekedar bersandar. Betapa bencana dahsyat itu telah menghancurkan harta benda bahkan merenggut nyawa orang-orang tercinta.
Kepada siapa lagi mereka bersandar, kalau bukan kepada sanak saudara, kepada pemerintah. Karena, tak seorangpun berharap bencana, _mujua sapanjang hari, malang sekijok mato._
Kondisi terkini, ribuan rumah terdampak rusak, Pemda segera melakukan verifikasi dan validasi lapangan terhadap data awal yang masuk, dengan melibatkan unsur pemerintah nagari dan masyarakat.
Berbagai donasi dan bantuan mengalir sebagai bentuk dukungan moril dan materil bagi korban yang terdampak. Empati yang disampaikan oleh lembaga pemerintah, dan non pemerintah, serta komunitas maupun pribadi, menunjukan kepedulian yang besar bagi mereka yang ditimpa musibah.
Hingga saat ini, Pemda Pessel masih menerapak status darurat bencana dan akan berakhir pada tanggal 4 April ini. Masa tanggap darurat yang kedua.
Pertanyaan yang muncul mengapa masa tanggap darurat mesti diperpanjang. Jawabnya, karena begitu dahsyatnya dampak buruk dan kerugian yang ditimbulkan bencana tersebut. Tak cukup masa 14 hari, perlu penambahan.
Bahkan kedahsyatan bencana banjir dan longsor 7-8 Maret lalu dianggap sebagai yang terbesar dalam sejarah Kabupaten Pesisir Selatan.
Betapa tidak, menurut prediksi awal jumlah kerugian mendekati Rp1 triliun. Kerugian itu berupa ribuan rumah terendam beserta perabot dan perlengkapan rumah tangga, ratusan diantaranya ambruk dan hanyut terbawa longsor dan arus. Ribuan ternah besar dan kecil mati dan mengapung disepanjang aliran sungai dan muara-muara. Belum lagi ribuan hektar sawah dan lahan siap panen hanyut dan tertimbun material banjir. Sementara itu, 25 orang meninggal dunia, 4 orang masih dinyatakan hilang.
Dampak yang sangat besar dan jelas memukul berbagai sektor kehidupan rakyat. Bahkan mereka kesulitan mengakses kebutuhan dasar.
Sebagai penerima amanah, maka Pemerintah senantiasa hadir ditengah-tengah rakyat yang ditimpa bencana. Pemda dan seluruh kepentingan yang ada, bahu membahu, mendirikan dapur umum agar rakyat memberoleh akses makanan, mendirikan tenda-tenda penampungan, mengevakuasi warga dan mencari warga yang menjadi korban.
Seakan berpacu dengan waktu, semua pihak turun tangan, saatnya bergandengan tangan dan menyediakan bahu bagi rakyat yang tengah berduka.
Pada waktu berdekatan, bulan Ramadhan juga datang menghampiri. Ditengah makanan yang masih kurang, pakaian yang tinggal dibadan serta rumah yang dipenuhi material banjir, panggilan Allah untuk berpuasa datang.
Sebagai orang yang beriman, musibah banjir yang melanda Pesisir Selatan, mesti dimaknai sebagai ujian, cobaan maupun teguran.
Karena, 220.000 jiwa menjadi korban terdampak. 13 kecamatan dari 15 kecamatan tergenang air bah, dan melingkupi 134 nagari dari 182 nagari yang ada.
Secara topografi nagari-nagari di Pesisir Selatan memiliki 4 karakter alam; nagari yang berada ditepi pantai, nagari dipunggung/lereng bukit, nagari yang berada dilembah atau cekungan, serta nagari yang berada didataran.
Variasi topografi tersebut salah satu kekayaan sekaligus memiliki tantangan masing-masing. Termasuk pekerjaan yang mereka geluti.
Oleh karena itu, setiap bencana alam mestinya menjadi iktibar bagi rakyat, termasuk pemerintah daerah. Karena bagaimanapun ketika bencana terjadi, unsur pemerintah yang mesti turun tangan paling awal. Mereka melepaskan seluruh kelentingan pribadi, rakyat harus yang utama.
Tugas pemerintah memastikan rakyat yang terdampak memperoleh hak atas pangan, sandang maupun perumahan tinggal sementara.
Kejadian bencana alam ini menjadi pengalaman bagi Pemda untuk terus memperbaiki tata kelola tanggap darurat. Manajemen kebencanaan, dan berjalannya standar operasional sesuai ketentuan yang ditetapkan.
Rumah-rumah rusak berat yang akan segera diverifikasi tersebut diatas akan diusulkan sebagai penerima bantuan dari Pemerintah.
Hendaknya, bulan puasa ini, kepedulian dan kerja keras dan ikhlas akan mendapat nilai disisi Allah sebagai amal kebaikan.
Semoga rakyat yang terdampak bencana alam, tetap sabar dan tabah, semoga peristiwa ini sebagai ujian sehingga dapat meningkatkan keimanan kepada Allah Swt.
Penulis adalah Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Kab. Pesisir Selatan