Makna Ukhuwah Islamiyyah

JURNAL SUMBAR — Berbicara tentang ukhuwah atau persaudaraan, saya awali dahulu dengan untaian firman Allah swt berikut
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّن قَوْمٍ عَسَىٰ أَن يَكُونُوا خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَاءٌ مِّن نِّسَاءٍ عَسَىٰ أَن يَكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّ ۖ وَلَا تَلْمِزُوا أَنفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ ۖ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ ۚ وَمَن لَّمْ يَتُبْ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَّحِيمٌ
Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat. Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang. (Q.S. Al-Hujurat: 10-12)
Ukhuwah Islamiayah adalah sebuah istilah yang menunjukkan persaudaraan antara sesama muslim/ mukmin di seluruh dunia tanpa melihat perbedaan kulit, suku, bahasa dan kewarganegaraan. Yang mengikat persaudaraan itu adalah kesamaan keyakinan atau iman kepada Allah Swt. dan Rasul-Nya. Ikatan keimanan ini jauh lebih kokoh dan abadi dibandingkan dengan ikatan-ikatan primordial lainnya, bahkan jauh lebih kuat dibandingkan dengan ikatan darah sekalipun. Supaya ukhuwah islamiah dapat tegak dengan kokoh diperlukan sedikitnya empat tiang penyangga, yaitu ta’aruf, tafahum, ta’aruf,dan takaful.
Ta’aruf
Saling kenal mengenal, tidak hanya perkenalan fisik dan identitas saja, tapi lebih jauh lagi juga ta’aruf latar belakang pendidikan, budaya, keagamaan, ta’aruf pemikiran, ide, cita-cita, dan ta’aruf problem kehidupan yang dihadapi.
Tafahum
Saling memahami kelebihan dan kekurangan, kekuatan dan kelemahan masing-masing, sehingga segala macam kesalahpahaman dapat dihindari.
Ta’awun
Saling tolong-menolong. Yang kuat menolong yang lemah, yang mempunyai kelebihan menolong yang kekurangan.
Takaful
Saling memberi jaminan, sehingga menimbulkan rasa aman, tidak ada rasa kekhawatiran dan kecemasan menghadapi hidup ini karena ada jaminan dari sesama saudara untuk memberikan pertolongan.
Dengan keempat tiang persaudaraan di atas, umat Islam akan saling mencintai, bahu-membahu, tolong-menolong dalam menjalani dan menghadapi tantangan kehidupan. Bahkan mereka sudah menjadi seperti satu batang tubuh yang masing-masing bagian tubuh ikut merasakan penderitaan bagian tubuh lainnya. Dalam beberapa hadis Rasulullah saw. Menggambarkan bagaimana persaudaraan sesama Muslim tersebut.
Demikianlah ukhuwah Islamiyyah secara normatif. Hal-hal yang normatif di atas seharusnya dapat diwujudkan dalam kehidupan kita sehari-hari. Jangan ukhuwah Islamiyah yang sekedar teori, atau menjadi ajaran kosong yang tidak terlihat dalam realitas kehidupan.
Supaya ukhuwah Islamiyah tetap erat dan kuat, setiap Muslim harus dapat menjauhi segala macam sikap dan perbuatan yang dapat merusak dan merenggangkan ukhuwah tersebut. Sesudah menyatakan bahwa orang-orang yang beriman itu bersaudara, Allah swt. melarang orang-orang beriman untuk melakukan beberapa hal yang dapat merusak dan merenggangkan ukhuwah Islamiyyah.
Ada enam sikap dan perbuatan yang dilarang oleh Allah swt. yang termaktub dalam Al Qur’an surah Al Hujurat 11-12 di atas, antara lain
1), memperolok-olokan orang lain, bagi laki-laki maupun wanita, dengan kata-kata maupun dengan gerak-gerak yang dapat menumbulkan sakit hati dan pemusuhan;
2). Mencaci orang lain dengan kata-kata yang menyakitkan menghina;
3). Memanggil orang lain dengan gelar-gelar yang tidak disukai;
4). Berburuk sangka;
5). Mencari-cari kesalahan orang lain;
6). Bergunjing.
Demikinlah. Mudah-mudahan kita dapat selalu menjaga diri dari sikap dan perbuataan yang dapat merusak ukhuwah Islamiyah di atas.
Wallahu a’lam bisshawab
Tinggalkan pesanan

Alamat email anda tidak akan disiarkan.